Hari kian semakin larut malam. Billy beserta teman-temannya tengah berjalan untuk pulang. Mereka menghabiskan waktu karaokean bersama. Mereka memang sering ke club tapi hanya untuk sekedar nongkrong doang tanpa mau melakukan tindakan berlebihan. Minum sih iya, hanya masih diatas kata wajar. Bagi mereka bertiga, nakal boleh asal jangan sampai kelewatan batas. Mereka juga berprinsip bahwa kesucian tubuhnya hanya untuk orang-orang yang berhak yaitu, istri sah. Kalaupun pacaran hanya sebatas bergandengan tangan tidak lebih.
"Bro, kapan-kapan kita nongkrong lagi disini." Ucap Bima paling semangat nongkrong di club tersebut.
"Gue sih hayu saja asalkan ada waktunya. Kau kan tahu kalau kita sudah memiliki kesibukan masing-masing. Apalagi gue sedang sibuk mengurusi pernikahan gua. Billy yang sibuk dengan pekerjaannya."
"Kita atur saja waktunya asalkan kalian bisa menyempatkan," timpal Billy.
"Pasti." Jawab Bima dan Dirga bersamaan sembari berjalan menuju parkiran.
Mereka berpencar memasuki mobil masing-masing. Bima dan Dirga telah meninggalkan parkiran tapi tidak dengan Billy yang terdiam melihat Aiden tengah keluar club berbarengan dengan pria paruh baya bernama William. Dia melihat interaksi keduanya terlihat akrab bahkan pria paruh baya itu mengusap kepala Aiden. Terlihat juga rambut basah Aiden dan itu membuat Billy berpikiran jika mereka telah melakukan hubungan badan. Tangan Billy terkepal kuat merasakan ketidaksukaan dan marah.
"Kupu-kupu malam brengsekk..."
"Kau yakin tidak ingin saya antarkan pulang?" tanya Wiliam.
Aiden tersenyum tulus, "Makasih untuk tawarannya, Pah. Aku yakin akan pulang sendiri. Kan bawa motor."
"Baiklah, jika itu maumu. Kau hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut!" balas Wiliam memperingati.
"Siap, Pah." Aiden memberikan hormat layaknya prajurit pada atasannya. William tersenyum mengelus rambut Aiden layaknya seorang Ayah.
"Kau jangan sering mandi malam, Aiden. Tidak baik buat kesehatan kamu."
"Kalau tidak mandi badanku terasa gerah, Pah. Dan kalau sampai rumah suka malas mandi. Jadi, sebelum pulang mandi dulu di sini."
William mengangguk-angguk.
"Aku pamit dulu." Aiden menyalami pria itu kemudian berjalan ke area parkir motor setelah di persilahkan oleh William. Sedangkan pria paruh baya itu masuk lagi ke dalam Club.
Billy memperhatikan mereka bedua. Lalu, dia turun dari mobilnya menghampiri Aiden. "Rupanya kupu-kupu malam sepertimu bekerja di sini."
Aiden yang sedang bersiap memakai helm menoleh. Matanya melotot kaget ada Billy, suaminya. "Kamu?! kenapa ada di sini?"
"Bukan urusanmu. Berapa pria yang telah kau puaskan sampai rambutmu masih terlihat basah seperti itu? satu, dua, tiga, atau sepuluh? Ck, murahan." Billy menatap jijik sembari menelisik penampilan Aiden yang terlihat menggoda dengan bentuk tubuhnya yang ideal.
Gadis itu hanya memejamkan mata menahan rasa amarah di dada. Dia menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya secara kasar. "Aku bukan kupu-kupu malam."
Hanya itu yang Aiden ucapkan lalu ia menaiki motornya ingin segera sampai rumah kemudian ke rumah sakit menemani Ibunya.
Billy mencegahnya dengan menarik tangan Aiden. "Mau kemana kau? kau harus ikut denganku!" sergah Billy menarik paksa Aiden kedalam mobilnya.
"Aww.. sakit, Tuan. Anda mau membawa saya kemana? saya harus segera pergi, ada urusan yang harus saya lakukan."
"Urusan apa, hah? urusan melayani para pria. Sekarang waktunya kau mengurusi diriku. Kau ingat, kau itu istriku. Meski hanya istri siri. Jadi kau harus mengikuti perintahku, paham!" sentaknya sambil menjalankan mobilnya.
Ya, Aiden tahu jika dia istrinya Billy. Istri yang tidak pernah di inginkan. Aiden hanya diam tak ingin menimpali lagi. Ia harus menuruti perintah suaminya, walau bagaimanapun dia adalah seorang istri.
********
"Kenapa Anda membawa saya ke sini?" Aiden tak mengerti kenapa dirinya di bawa kesebuah apartemen mewah. Entah milik siapa, Aiden tidak tahu.
Billy tidak menjawab, dia kembali menyeret paksa wanita berstatus istri itu ke dalam apartemen nya kemudian menghempaskan tangan Aiden ke depan sampai gadis cantik berambut pirang itu terhempas ke lantai.
"Bersihkan tempat ini sampai bersih sekarang juga! Jangan ada debu tertinggal!" titahnya menatap tajam penuh kebencian. Bagi Billy, Aiden hanyalah seorang kupu-kupu malam dan ia akan menjadikan Aiden sebagai pembantunya.
"Tapi Tuan, saya harus..."
"Bersihkan sekarang juga!" sentaknya.
Aiden terlonjak kaget, ia kemudian menggerakkan kepalanya mengangguk. Billy sendiri langsung pergi meninggalkan apartemen tersebut dan menguncinya.
Aiden memperhatikan setiap tempat itu yang terlihat sangat berantakan. "Mama, maafkan aku tidak bisa menemanimu malam ini." Lirihnya berkaca-kaca sambil berusaha berdiri. Dia menggapai gawainya menelpon seseorang.
"Megan, tolong bantu aku mengawasi Mamaku. Malam ini aku tidak bisa menginap di rumah sakit."
"Memangnya kau kemana? apakah pekerjaanmu belum selesai?"
"Iya, aku lembur sampai pagi untuk menambah gaji demi pengobatan Mamaku." [ Maafkan aku membohongimu, Megan. Untuk saat ini aku belum siap berbagi masalahku. ]
"Oh, aku mengerti. Baiklah, aku akan menggantikanmu menjaga Ibumu mumpung aku ada shift malam di rumah sakit ini. Kau semangat Aiden, tidak boleh menyerah. Demi Ibumu."
Aiden mendongak mengerjapkan mata menahan tangis. "Iya, aku akan tetap berjuang demi Mama."
Dirinya sedikit lega kalau Mamanya ada yang menjaga. Hanya Megan teman setianya, hanya Megan yang tidak pernah menjauhinya, hanya Megan juga yang mengetahui apa yang di alami Aiden. Kemudian, dia mulai membersihkan tempat itu.
Lain halnya dengan Billy yang tengah terlelap di kediamannya tanpa memikirkan keadaan Aiden. Pria itu sungguh tak memiliki perasaan membiarkan Aiden membersihkan apartemen nya seorang diri dan menguncinya tanpa memikirkan keadaan perempuan itu.
Di tengah tidur panjangnya Billy tanpa beban, Aiden tak bisa tidur dikarenakan perutnya tengah kelaparan. Gadis cantik berambut pirang bermata hazel kebiru-biruan itu mencari sesuatu di dapur untuk ia makan. Ingin keluarpun tak bisa.
"Tuan arogan itu sungguh menyebalkan, bisa-bisanya dia mengurungku disini. Mana tidak ada makanan lagi. Duuuh... laper sekali." rutuknya seraya membuka lemari pendingin di dapur berharap ada makanan. Dia tidak peduli di sebut lancang atau apapun itu karena saat ini dirinya buruh asupan makanan.
"Kosong! Cuman air doang!" Aiden sungguh merutuk pria itu. Dia kembali mencari makanan. Setelah mencari kesana kemari, dirinya terduduk lemas tak bisa menemukan makanan apapun.
Rasa sesak tiba-tiba menghampiri menghimpit dadanya. "Mama," lirihnya menunduk menyembunyikan wajahnya di kedua lipatan tangannya. "Aku lapar."
Aiden tengah merasakan lapar setelah membereskan seluruh apartemen Billy. Dia juga belum memakan apapun lagi sehabis bekerja. Yang ia pikirkan adalah ingin cepat kerumah sakit menemani Mamanya namun, ia tak menduga jika akan bertemu suaminya dan berakhir terkunci di sebuah apartemen tanpa ada makanan yang ingin ia makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Muhyati Umi
Billy kalo ngaku Aiden istrinya berarti harus ngasih nafkah
2023-02-14
0
Novianti Ratnasari
harus nya si Billi selidiki lah.Aiden gmn latar belakangnya, kisah nya. ini mah menderita bgd
2022-10-13
1
shofia fadhila
sedih ak thor bc x
2022-10-03
0