Orang bilang cinta seperti benih.
Dia bisa tumbuh di mana saja.
Dan bisa jadi milik siapa saja.
Kedua mata Noah tidak bisa berpaling dari satu sosok gadis yang duduk di salah satu meja. Gadis berambut hitam yang dikepang satu ke belakang dengan menggunakan pita putih dan beberapa jepit bunga yang dibiarkan terpasang di antara kepangan itu. Cantik. Pikiran Noah telah terbagi oleh kecantikan itu.
Anting berlian kecil yang disematkan di kedua kuping mungil itu membuat darah Noah berdesir. Asing bagi Noah dengan perasaan berdebar-debar yang tiba-tiba menguasainya. Degh! Matanya bertemu dalam satu garis lurus dengan si gadis cantik, sampai tepukan ringan menyadarkannya dari decak kagum dalam diam yang dia rasakan.
“Kamu ngeliatin apa sih?” tanya perempuan yang sejak tadi bergelanyut manja padanya.
Noah mengelus pelan punggung tangan tunangannya itu selama beberapa saat, “Bunga-bunga yang kamu pesan cantik sekali.” Ujar Noah bohong.
Noah sudah bertunangan dengan wanita pilihan orangtuanya. Dia percaya bahwa orang tuanya tidak mungkin memilihkan pasangan yang tidak baik bagi dirinya. Terlebih dia adalah seorang pewaris tunggal perusahaan keluarganya. Tentu Papa dan Mamanya akan sangat berhati-hati dalam memilihkan calon istri untuknya.
“Baiklah, kita mulai acara pesta ulang tahun Noah Colin Finlay !!” teriak pembawa acara diiringi dengan suara musik dan riuh-rendah tepuk tangan seantero Ballroom.
Suara musik, dan keseruan pembawa acara dalam memandu jalannya pesta, tidak membuat Noah bergeming. Dia masih tidak bisa melepaskan tatapannya dari gadis cantik yang duduk di meja yang berada sangat dekat dengan panggung. Bahkan Noah hanya menjawab semua pertanyaan basa-basi pembawa acara dengan formal. Sampai selesai tiup lilin dan potong kue. Noah tidak sabar untuk berkeliling ke tiap-tiap meja dan segera mengetahui siapa gadis cantik yang dibawa oleh teman dekatnnya itu.
Sarah bergabung dengan orang tua Noah untuk menyapa kolega-kolega bisnis dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Finlay, sementara Noah meminta izin untuk bergabung dengan teman-temannya.
“Hai.” Sapa Noah antusias sembari menepuk-nepuk punggung Daniel beberapa kali.
“Ih, lo apaan sih nepuk-nepuk punggung gue. Sakit.” Ujar Daniel menggerutu sambil balik memukul punggung sahabatnya itu dengan sekuat tenaga.
“Sakit!” Seru Noah sembari berusaha mengusap-usap punggungnya dengan susah payah.
Daniel tertawa puas.
“Oh iya, kenalin adik gue.”Ucap Daniel.
“Halo, kak Noah. Oya, selamat ulang tahun ya.”Ujar Stella sembari mengulurkan tangan.
Noah dengan sigap langsung menjabat tangan yang jauh lebih kecil dari miliknya itu. Matanya berbinar terang. Daniel yang melihat reaksi sahabatya itu dibuat heran.
“Thank You.”Balas Noah dengan suara lembut.
“Udah ah, ngapain sih salaman lama-lama.” Daniel buru-buru menarik tangan adiknya dari genggaman Noah. “Eh, bentar deh. Gue titip Stella dulu ya, gue mau ke toilet.”
Daniel langsung beranjak meningalkan Stella dan Noah. Tiba-tiba suana canggung muncul di antara mereka berdua.
“Ngobrol sambil duduk, yuk.” Ucap Noah akhirnya.
Stella mengiyakan ucapan Noah, dan langsung duduk di samping sahabat kakaknya itu.
“Aku kok nggak pernah lihat kamu ya, sebelum ini?” tanya Noah.
“Aku selama ini memang sekolah dan tinggal di Ausie, kak.”Jawab Stella sembari meneguk minuman di depannya.
“Daniel juga enggak pernah cerita kalau dia punya adik perempuan yang cantiknya sama kayak Tante Vony.” Canda Noah, namun buru-buru menyesali apa yang baru saja dia katakan.
Noah merasa ucapannya bisa saja membuat Stella salah paham dan menganggap dirinya sedang mencoba untuk melecehkannya.
“Sori, aku beneran nggak ada maksud gimana-gimana...” Noah panik.
Stella tertawa ringan sebentar. “Stella paham kok, kak. Anyway thank you.” ujarnya sembari tersenyum.
Entah sudah keberapa kalinya, hati Noah dibuat meleleh.
“Kak Noah, sekarang stay di mana?” tanya Stella.
“Di deket sini-sini aja, sih. Baru kalau butuh material atau import barang tertentu, aku ke luar indo.” Jelas Noah.
“Hmmm...”
“Kenapa?” tanya Noah penasaran.
“Enggak kenapa-kenapa kok, kak. Lihat deh...”Stella mengeluarkan ponsel dari dalam tas kecilnya, lalu menunjukkan sederet koleksi foto jalan-jalannya yang dia post di Instagram.
Noah langsung bersemangat melihat postingan-postingan yang ditunjukkan oleh Stella. Sepertinya ini saatnya. Noah menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan, kemudian mengambil ponsel dari dalam saku kemejanya.
“Dari semua negara yang pernah aku kunjungi, aku paling suka dengan Jepang. Kalau kamu?” Noah membuka topik obrolan lain demi bisa mendapatkan follow back dari Stella.
Stella lanjut memperlihatkan foto-foto lain yang ada di intagramnya. Kini Noah mendapatkan perhatia Stella secara penuh.
“Aku follow kamu ya.” Ucap Noah berusaha terdengar se-normal mungkin. Dia tidak ingin Stella berpikir bahwa dia adalah pria yang agresif.
“Oke, kak. Udah aku follow ya.” balas Stella sembari tersenyum simpul.
“Nanti...”
“Noah!” suara yang sangat tidak asing di telinga Noah terdengar tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Suara Papanya memanggil dari salah satu meja yang berada tidak jauh dari meja Stella. Noah melambaikan sebelah tangannya, berusaha memberi kode bahwa ia mendengar panggilan Papanya itu.
“Kok nggak cepet ke sana, kak?”tanya Stella bingung.
Noah menggeleng cepat. “Nunggu kakak kamu balik dulu.” Jawab Noah.
Stella hanya merespon dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Noah terpana dengan gerak imut gadis di depannya.
“Stella lihat-lihat hight light snapgram kak Noah boleh ya?” tanya Stella sembari menarikan jarinya di atas layar ponselnya.
“Boleh dong.” Sergah Noah cepat.
Noah dan Stella terdiam selama beberapa saat. Masing-masing dari mereka fokus ke layar ponsel mereka.
“Aku dari dulu pengen banget ke Aquarium.” Ujar stella tiba-tiba. “Aku suka lihat ikan-ikan berenang. Seolah-olah mereka tidak memiliki berat yang menghalangi mereka. Ringan.” lanjutnya sembari kedua matanya tetap menatap lurus ke arah layar.
Noah tidak lekas merespon. Dia mengintip apa yang sedang adik sahabatnya itu lihat. Ahh...hight light Jepang.
“Kamu suka lihat ikan apa?”tanya Noah.
“Kakak pernah lihat film Finding Nemo atau Finding Dory, nggak?” Stella balik bertanya.
“Pernah.”Jawab Noah singkat. Dia ingin segera mendengar kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir mungil Stella.
“Kak Noah tahu karakter Dory, kan?”
Noah menghela napas panjang, “Iya...” Dia berusaha menahan ketidak-sabarannya.
“Aku suka karakter Dory. Meskipun aku nggak tahu pasti apakah Dory benar-benar ikan yang pelupa atau enggak, tapi ingin rasanya aku jadi Dory. Aku tidak harus ingat hal-hal menyakitkan. Aku hanya perlu terus berenang.” Jelas Stella. Dia berhenti berbicara untuk sejenak. “Aku ingin jadi Dory, dia kuat dan yang terus dia lakukan adalah terus berenang tanpa memikirkan perkataan orang lain. Penerimaan yang selalu aku inginkan, untuk diriku sendiri,” lanjutnya tanpa sadar bahwa dia sudah berbicara terlalu banyak.
Ini adalah kesekian kalinya Noah terdiam. Dia melihat ada binar yang pudar dari mata Stella. Rasa penasaran memenuhi dirinya. Aku ingin mengenalnya lebih dari ini. Mata itu, apa yang dia simpan di sana. Apa yang mebuatnya memiliki kesenduan yang kumengerti. Aku ingin mengenalmu, Stella.
Atmospher di antara Stella dan Noah menjadi tidak seceria beberapa menit yang lalu. Noah menangkap sosok penyelamat datang dari kejauhan, Daniel. Tentu saja Noah ingin berbincang lama dengan Stella. Menghabiskan waktu dengannya, mendengarcerita dan keluh kesahnya, sepertinya menyenangkan di mata Noah.
“Thanks, man.”Ucap Daniel ketika sudah kembali ke mejanya.
“No prob.” Noah menepuk-nepuk pundak Daniel pelan. “Gue gabung ke sana ya. By the way, thank you udah dateng. Nanti kita kontekan lagi.”
“Happy Birthday, ya.” Daniel menarik Noah kedalam pelukan singkat.
***
Pesta belum usai, bahkan ketika si raja pesta telah usai menyapa ‘rakyat’nya. Malam belum ingin menutup tirai dan menyerahkannya pada pagi. Ini baru di mulai. Stella tidak menyangka jalannya untuk balas dendam dipermudah bahkan sebelum dia memulainya. Bumi seolah mengiyakan rasa sakit yang telah dipendam Stella sejak lama, pantas untuk mendapat pembelaan.
Papa dan Mamanya sudah menelepon hampir lima kali, sebelum akhirnya menyerahkan ponselnya pada Daniel. Stella masih ingin tinggal di pesta ini sedikit lebih lama lagi. Dia ingin tahu sebesar apa dorongan keberuntungan membawanya. Apakah dia bisa memanfaatkan momen pesta ini lebih jauh atau tidak.
Stella terus saja memperhatikan Noah yang asyik bercengkrama dengan kolega-kolega bisnis orang tuanya. Begitu pula Sarah, dia terus saja berputar-putar mengikuti kemanapun orang tua Noah pergi. Sedikit-banyak Stella mulai tahu karakter tunangan Noah. Namun, Stella tidak bisa menemukan keberadaan kedua orang tua Sarah. Tidakkah seharusnya mereka juga datang karena calon mantunya sedang berulang tahun? Stella tidak bisa berhenti memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang semakin liar di dalam kepalanya.
“Setengah jam lagi kita pulang.”Ucap Daniel seraya menyerahkan kembali ponsel milik adiknya itu. “Mama bisa ngamuk kalau kita pulang lewat tengah malam.”
“Pulang sekarang aja deh.” Stella berubah pikiran.
“Kenapa?”tanya Daniel penasaran.
“Ngantuk.” Jawab Stella asal.
Tentu saja alasan sebenarnya bukan itu. Dia hanya tidak sabar untuk melanjutkan apa yang telah keluarga Sarah mulai.
***
>Jangan lupa vote ceritaku ya.. tinggalkan komentar dan kritik kalian juga. Thank You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments