Venus sudah tahu akan posisi yang akan diembannya di kantor pusat atas keterangan dari pak Hasan atasannya di kantor cabang. Keputusan tersebut bukan tanpa alasan, Venus adalah karyawan yang cerdas dan berdedikasi tinggi terhadap perusahaan. Dan keuntungan yang didapatkan perusahaan cabang tempatnya bekerja 2 tahun terakhir tidak lepas dari ide-ide cemerlang dari seorang Venus.
Ia berhasil memangkas waktu dan jumlah pekerjaan serta memotong rantai jalur distribusi hasil tambang yang menurutnya terlalu panjang dan memakan banyak biaya. Karenanya, keuntungan perusahaan naik secara signifikan dalam satu tahun terakhir.
"Panggil Venus aja, bu Anggi!"
Sela Venus setelah sekian lama berbicara dengan ibu Anggi. Ia merasa kurang nyaman dipanggil ibu meskipun usianya kini sudah di akhir angka 26 tahun.
Ibu Anggi sedikit mengerutkan keningnya, tapi tidak keberatan dengan permintaan Venus.
"Venus masih single yah, gak nyaman dipanggil ibu-ibu." Seolah memahami kegelisahan Venus dari permintaannya tadi. Ibu Anggi hanya melempar senyum dengan sedikit gelengan kepala.
"Oh yah, tidak apa-apa kan kalau sekertaris kamu masih pakai sekertaris yang lama? Orangnya masih muda juga, mungkin seumuran kamu. Namanya Muthia, seharusnya jam segini dia sudah datang. Mejanya ada tepat di depan ruangan kamu."
Ruangan kerja Venus saat ini berada di dalam ruangan departemennya. Venus sendiri membawahi 10 orang karyawan dan tambahan 1 sekertarisnya.
"Gak papa bu, yang lama aja lebih baik, sudah berpengalaman juga jadi akan sangat membantu saya agar cepat beradaptasi dengan ritme kerja di kantor ini." Jawab Venus sopan.
"Kamu benar, Muthia sangat cekatan, tapi sedikit cerewet." Ibu Anggi memelankan suaranya diujung kalimatnya.
Venus tersenyum lebar menanggapinya.
"Bagus dong bu, soalnya saya agak pendiam orangnya." Venus mencoba meyakinkan kalau itu bukan masalah baginya.
"Baiklah kalau begitu, ibu tinggal yah dan selamat bekerja. Kalau ada yang ingin kamu ketahui, jangan ragu hubungi saya atau Muthia. Tapi Muthia tentu saja yang paling tau, nanti kamu tinggal tunggu informasi selanjutnya kapan kamu akan bertemu dengan pak Sam."
"Menghadapi pak Sam harus punya mental baja, jangan menunjukkan wajah terintimidasi di hadapannya, cuek saja! Ini rahasia menghadapi mood swing pak Sam." Ucap ibu Anggi pelan dengan senyum smirk di wajahnya sebelum benar-benar meninggalkan Venus di dalam ruangannya.
Deg...
Jantung Venus seketika berpacu di dalam sana, bagaimana mungkin satu sosok dengan kepribadian yang bertolak belakang dari apa yang dulu pernah diingatnya.
Hidup berubah, seseorang akan berubah seiring waktu dan sepertinya waktu memang sudah berhasil mengubah seorang Samudera Biru yang pecicilan dan teraniaya menjadi seorang yang sangat disegani, ditakuti dan dipuja oleh banyak orang.
Belum reda pacuan detakan jantung Venus mendengar nama Sam di sebut, tiba-tiba saja pintunya terbuka lebar dari luar.
"Eh.. maaf..maaf.. maaf bu, saya terlambat!" Seorang gadis datang buru-buru masuk dan langsung minta maaf kepada Venus dengan wajah memelas.
"Muthia yah?" Tanya Venus dengan wajah datar. Bukan bermaksud tidak ramah, ia hanya sedang ingin mempelajari karakter setiap orang yang baru pertama kali ditemuinya.
"Benar bu, saya adalah sekertaris ibu. Maaf atas keterlambatan saya." Sekali lagi Muthia meminta maaf dengan penuh penyesalan.
Venus melirik jam di tangannya, terlambat 10 menit.
"Baik, kali ini saya maklumi, tapi lain kali jangan diulangi atau beri kabar jika memang ada hal mendesak yang membuat kamu datang terlambat." Ucap Venus menjeda kalimatnya dan diangguki Muthia.
"Iya bu, InsyaaAllah ini yang terakhir." Melihat penampilan dari busana yang dikenakan atasan barunya itu, Muthia bisa pastikan bahwa atasannya tersebut adalah perempuan agamis.
Venus mengangkat wajahnya menatap lamat-lamat Muthia yang masih setia berdiri di depan meja kerjanya.
"InsyaaAllah itu dalam pemahaman saya artinya adalah absolutely YES, bukan maybe yes or maybe no seperti kebanyakan orang memaknainya!" Sarkas Venus.
"Karena itu saya pakai kata InsyaaAllah, karena saya tau ibu pasti memegang teguh defenisi asli dari ungkapan tersebut." Ucap Muthia penuh keyakinan.
"Menarik!" Batin Venus.
"Baiklah, sebagai tanda perkenalan kita, saya minta kamu hilangkan kata 'ibu' itu dari panggilan nama saya. Lagian sepertinya kita seumuran."
"Maaf bu, koreksi sedikit, usia saya 3 tahun di atas ibu." Sela Muthia dengan wajah innocent-nya.
"Saya tidak peduli perbedaan usia kita, kalau kamu keberatan, kamu boleh cari atasan lain!"
"Jangan bu, maksud saya...jangan lempar saya ke orang lain, sama ibu saja. Eh.. maksudnya, saya tetap di sini, jadi sekertarisnya dek Venus!" Ucapnya nyengir menunjukkan gigi gingsulnya.
Venus menggeleng dan menghembuskan nafas kasar.
"Venus.. bukan dek Venus kakak Muthia!" Koreksi Venus yang sukses membuat tawa Muthia pecah.
Tak pelak tawa Muthia pun menular kepada Venus.
"Oke.. kita deal yah!"
Akhirnya Venus menyerah, sepertinya menghadapi Muthia butuh banyak bersabar untuk mendengar tukang ngelesnya yang over.
"Panggil aku Venus, mba Muth." Ucapnya seraya menjulurkan tangan kanannya dan langsung disambut oleh Muthia.
"Dan saya Muthia, Ve. Sekertaris kamu yang bisa kamu pake tenaga, waktu dan fikirannya demi kesejahteraan dan kewarasan hidupmu selama bekerja di sini. Welcome to the blue ecean company!" Ucap Muthia panjang lebar dalam sekali tarikan nafas.
"Maksudnya?" Venus tidak mengerti dengan kalimat terakhir sekertarisnya itu.
Muthia memutar bola matanya.
"Blue Ocean, Ve. Samudera Biru, alias pak Sam pimpinan tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini."
Venus hanya bisa membulatkan mulutnya membentuk huruf o besar.
"I see.. i see!" Kata Venus mengangguk. "Mohon kerjasamanya yah mba Muth, dan tolong siapkan semua file-file atau apapun berkas yang perlu saya pelajari terlebih dahulu sebelum aku bertemu pak Sam."
"Siap.. laksanakan..!" Muthia dengan sigap berlalu keluar dari ruangan Venus untuk segera mengambil bahan-bahan yang sesuai dengan permintaan Venus tadi.
Tidak berselang beberapa menit, kembali Muthia menghampiri Venus di meja kerjanya.
"Ini..!" Ucap Muthia meletakkan beberapa tumpukan kertas di hadapan Venus, "dan lainnya coba cek di email, semua udah aku kirim ke email kamu."
"Oke, thanks yah!"
"Sama-sama. Oh..ya, apa kamu gak mau keluar menyapa semua crew kita, mereka sudah penasaran banget seperti apa tampang dan bentukan atasan baru mereka."
Venus mengerucutkan bibirnya. Memangnya dia apa sampai membuat orang-orang penasaran dengan tampangnya.
"Satu jam lagi baru aku keluar, katakan kepada mereka, mohon bersabar..ini ujian!" Ucap Venus setengah bercanda.
Muthia hanya menggelengkan kepalanya, ternyata atasan barunya yang masih tergolong sangat muda rupanya punya selera humor yang tidak buruk. Ia merasa kali ini beruntung karena atasannya masih single, maka bisa dipastikan dirinya tidak akan disibukkan dengan urusan anak, istri dan orang tua atasannya. Meskipun ada kemungkinan kelak dirinya akan menjadi rekanan menggalau atasannya karena urusan cinta misalnya, tapi tidak mengapa, toh bisa jadi atasannya juga bisa ia jadikan tempat curhat colongan mengingat statusnya yang masih jomblo padahal usianya sudah menginjak angka 30 tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments