"Pak, kepala departemen perencanaan yang baru sudah akan mulai bekerja hari ini, mungkin saat ini beliau sudah di ruangannya." Ucap Robby sesaat setelah Samudera duduk sempurna di dalam mobilnya.
Samudera hanya melirik sekilas ke Robby yang ada di sisinya kemudian meluruskan pandangannya ke depan.
"Jalan!" Perintahnya kepada sopir.
Samudera adalah orang yang sangat menjunjung profesionalitas di dalam bekerja, asisten pribadi ya asisten pribadi, sopir ya sopir. Semua yang bekerja di bawahnya melakukan pekerjaan sesuai dengan job description yang ada pada kontrak kerja.
Salah satu alasan Samudera memecat kepala departemen perencanaan yang lama karena perilakunya yang dianggap tidak profesional.
Bagaimana mungkin office boy di kantor dia jadikan tukang antar jemput anaknya di sekolah? Bahkan sekertarisnya terkadang harus terpaksa cuti hanya demi menemani istri sang atasan ikut arisan.
Robby memang adalah asisten yang direkrutnya dengan tugas khusus yang mewajibkannya harus standby 24 jam di sisi Samudera, tapi Samudera tetap memberi kelonggaran waktu kepadanya. Bahkan Samudera lebih sering meminta Robby untuk tidak terus mengikutinya jika itu tidak berurusan dengan pekerjaan kantor, hanya saja Robby juga sudah ketularan sebagian besar sifat Sam, sehingga membuatnya selalu berada di sisi Sam meski dari jarak jauh. Baginya, Samudera adalah pekerjaan prioritasnya. Selebihnya tidak ada lagi.
"Suruh dia temui saya di ruangan setelah jam istirahat." Ucap Samudera setelah beberapa saat mendiamkan Robby.
Titah Samudera itu hanya dijawab dengan anggukan oleh Robby. Mereka berdua adalah jenis laki-laki yang sangat irit dalam berbicara terkecuali untuk urusan pekerjaan. Namun jika dibandingkan dengan Samudera, Robby lebih pendiam, belum lagi tampangnya yang kelihatan sangar karena meskipun tubuhnya tertutupi oleh setelan jas, tetap saja tidak mampu menutupi garis otot-ototnya yang tercetak dibalik pakaiannya itu.
*****
Tiba juga hari yang dinantikan Venus, hari pertama bekerja di kantor pusat.
Sudah 2 hari dirinya berada di Jakarta. Tak banyak yang dilakukannya disela waktu kosongnya tersebut. Selain karena masih sedikit lelah, ia juga masih bingung harus melakukan apa.
Apartemen tempatnya tinggal cukup mewah, belum lagi ternyata kulkas terisi penuh dengan berbagai bahan makanan dan aneka buah dan cemilan. Ada mall juga di lingkungn apartemennya membuat Venus merasa enggan pergi jauh-jauh dari sini.
Sementara jarak dari kantor juga cukup dekat, kurang dari 10 menit dengan mengandarai mobil sudah sampai, Venus malah berfikir mungkin akan lebih mudah baginya nanti jika menggunakan motor. Kecuali hujan atau dia berencana lembur baru akan memakai mobil, fikirnya.
Ya, satu hal yang dilakukan Venus adalah mendatangi kantor meskipun ia tidak keluar dari mobil. Itupun hanya menggunakan Grab untuk pulang perginya.
Ada getar hangat ketika pertama kali menatap gedung perusahaan yang akan menjadi tempatnya bekerja itu. Bukan karena merasa bangga, tetapi ia teringat bagaimana gedung itu dulu masih terlihat sederhana saat kedua orang tuanya bersama salah satu sahabat ayahnya yakni ayah Sam merintis perusahaan tersebut.
Meskipun Venus saat itu masih di usia sekolah dasar, namun dengan otak pintarnya, ia sudah cukup mengerti sejarah dan perkembangan perusahaan yang didirikan oleh kedua orang tuanya tersebut. Bagaimana tidak, ayah dan ibunya selalu membicarakan setiap aktivitas kerja mereka bak dongeng pengantar tidur yang selalu dinantikannya.
Bahkan, bila di rumah, disela-sela kesibukan ayah ibunya di ruang kerja mereka, Venus kecil selalu dilibatkan bahkan terkadang Venus tertidur di dalam pangkuan ayahnya yang masih sibuk dengan komputer canggihnya.
Kenangan tersebut tidak akan pernah Venus lupakan, karena hanya itulah bagian yang masih dimilikinya jika itu menyangkut kedua orang tuanya. Bahkan hingga kini, ia pun tidak pernah tahu dimana pusara kedua orang tuanya berada.
Kata bunda Aisyah, "tidak aman jika kamu muncul di sana. Bersabarlah, kelak jika musuh ayahmu sudah menerima ganjarannya, maka mudah bagimu mengunjungi pusaranya kapanpun kamu mau. Ini hanya masalah waktu, sayang!"
Venus menarik nafas panjang. Satu ujung jarinya ia pakai menyeka air matanya ketika dirinya telah berdiri di depan gedung megah PT. Central Aerglo Mineral, tbk. Gedungnya bukanlah gedung kantor yang berdiri bak pencakar langit. Sesuai dengan bidang yang mereka geluti, tentu saja gedung ini didesain dengan tidak biasa, sangat estetik dan futuristik. Ah, itu adalah desain milik ibunya. Rupanya, pemilik perusahaan setelah ayahnya telah mewujudkan impian ibunya.
Tidak ada waktu untuk memutar setiap kepingan memori masa lalu yang masih bertengger rapi dalam kenangannya. Di sini, ia sedang menjalankan misi. Tidak boleh ada kesalahan, tidak boleh bersikap lemah apalagi cengeng.
"Permisi...!" Sapanya kepada 2 orang resepsionis cantik dan seksi yang duduk manis di depan meja kerjanya.
"Iya, selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang resepsionis ramah. Sedang yang satu orang lainnya masih sibuk memperbaiki dandanan dan penampilannya.
"Saya Venus dari cabang Maluku Utara, saya diminta untuk menemui ibu Anggi di bagian HRD." Jawab Venus memperkenalkan diri.
Resepsionis yang bernama Nada itu akhirnya mengerti karena memang sejak kemarin sudah diinfokan oleh ibu Anggi akan kedatangan salah satu orang dari cabang.
"Oh..baik. Sudah ditunggu di ruangannya. Ibu Venus lurus aja ke sana," ucapnya sambil menunjuk sisi kiri meja resepsionis. "Kemudian belok kanan, terus aja sampai mentok, di pintunya ada kok tertulis ruang HRD." Ucapnya menjelaskan dengan senyum manis yang tidak lelas dari wajahnya.
Senyum resepsionis cantik tersebut seperti sebuah penyakit menular yang menulari wajah Venus. Ia pun balas tersenyum dan mengangguki instruksinya.
"Oke, terima kasih mba. Permisi!" Pamit Venus.
"Sama-sama."
Venus segera menuju ruangan HRD yang dimaksud. Meskipun masih tersisa 30 menit lagi memasuki jam kerja, namun terlihat suasana kantor sudah sangat ramai. Mungkin benar rumor yang di dengarnya bahwa pimpinan perusahaan pusat itu orangnya sangat disiplin, tegas dan tidak bisa dibantah.
Venus menggelengkan kepalanya ketika mengingat bahwa pimpinan perusahaan ini adalah Samudera Biru, teman masa kecilnya, anak dari sahabat kedua orang tuanya. Samudera yang badannya gembul, pipi seperti bakpao dan sering dibully-nya dulu entah sekarang seperti apa tampangnya. Dalam bayangan Venus, Sam sekarang pasti berpenampilan seperti bapak-bapak dengan perut buncitnya dan mungkin akan kesulitan bergerak karena tubuhnya yang kebesaran.
Sesampainya di ruangan HRD, ia langsung disambut dengan ramah oleh ibu Anggi. Perempuan yang ditaksir Venus mungkin sudah berumur kepala 4 itu juga sangat ramah kepadanya.
Satu poin postitif Venus untuk Aerglo Tech, karyawannya ramah dan bersikap profesional.
Tidak lama berada di ruang HRD karena ibu Anggi langsung membawanya ke lantai 3 dimana ruangannya berada.
Gedung ini hanya terdiri 4 lantai, dimana lantai 4 hanya ada ruangan Samudera dan rooftoop yang dilengkapi dengan green house.
Dengar-dengar, semenjak Perusahaan ini dipimpin Samudera, pihak manajemen perusahaan sangat memperhatikan pola makan karyawannya, karenanya, dari kantin, apa yang dimasak kebanyakan dari hasil kebun sayuran yang berada di green house di rooftoop gedung kantor ini.
Samudera benar-benar mengambil semua tema dan konsep yang ada di dalam desain bangunan milik ibunya. Tambahan poin dari Venus, dua jempol untuk perhatian manajemen perusahaan kepada kesehatan karyawannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Mersy Loni
penasaran sama musuh venus,apa orang tua sam ya.
2022-10-17
0
srietya
jadi inget pejabat d negeri ku yg suka tiba2 nyapu jalanan... wkwkwk
2022-08-18
0
srietya
jadi inget pejabat d negeri ku yang suka tiba2 nyapu jalanan... wkwkwk
2022-08-18
0