Chapter 2 Bersiap Untuk Kembali

Tok tok tok

"Permisi pak Hasan."

Seorang gadis melangkah hati-hati masuk ke dalam ruangan pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Baru saja ia mendapatkan telpon untuk segera menghadap sang atasan.

"Oh..Venus, silahkan duduk!" Mengikuti perintah atasannya, dengan ragu gadis itu duduk di kursi yang sudah tersedia di depan meja kerja lelaki paruh baya yang tadi dipanggilnya dengan sebutan pak Hasan.

Gadis manis berperawakan kecil khas perempuan Asia pada umumnya itu meremas cemas kedua tangannya yang bertautan di atas pangkuannya.

"Maaf pak, ada apa yah memanggil saya ke sini?" Dengan ragu Venus memberanikan diri menyuarakan isi kepalanya yang sejak tadi berputar-putar seperti gasing sejak pertama dirinya diberi tahu oleh sekertaris pimpinan perusahaan untuk segera menghadap.

Bukan karena apa, masalahnya, ini adalah pertama kali baginya dipanggil secara pribadi menghadap pimpinan selama hampir 4 tahun dirinya mengabdi di perusahaan tempatnya bekerja.

"Apa sekertaris saya belum memberitahu kamu maksud saya memanggil kamu ke sini?" Tanya pak Hasal yang mata dan tangannya masih fokus pada layar 11 inch di hadapannya.

Venus menggeleng.

Pak Hasan kemudian menghentikan kesibukannya dan membuka kacamatanya memilih fokus pada Venus.

"Baiklah... ini..." Sebuah amplop coklat disodorkan ke hadapan Venus.

"Mulai minggu depan kamu akan bergabung dengan kantor pusat, jadi persiapkan diri kamu sesegera mungkin karena 2 hari lagi kamu akan diberangkatkan ke Jakarta. Itu adalah surat penugasan kamu!" Ucap pak Hasan menjelaskan.

"Ma..maksud bapak saya dimutasi? Ke..ke Jakarta, pak?" Venus masih shock mendengar penuturan atasannya itu.

Jakarta.. satu nama kota yang sudah lama ia kubur di dalam memorinya bersamaan saat langkahnya meninggalkan kota tersebut.

"Iya, kenapa? Apa kamu keberatan? Bukankah semua karyawan seperti kalian ini punya cita-cita yang sama yaitu bekerja di ibukota negara ini?" Tanya pak Hasan mengerutkan kedua alisnya. Tampak jelas raut keberatan di wajah Venus.

Venus menggeleng.

"Baik pak, akan saya pertimbangkan."

Brakkkk... pak Hasan langsung menggebrak meja.

"Venus Aerglo Sanjaya! Ini perintah, bukan tawaran yang bisa kamu pertimbangkan!" Geram pak Hasan. Ia tidak mau menerima kata penolakan karena penugasan Venus ke kantor pusat adalah perintah langsung oleh pimpinan tertinggi perusahaan ini. Ia tidak ingin dianggap tidak mampu menangani satu orang karyawannya jika sampai Venus menolak.

"Baik pak, baik. Sesuai perintah saya akan segera bersiap-siap!"

Tak ada perlawanan lagi dari mulut Venus. Ia sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai karyawan di perusahaan ini.

Mungkin sudah jalan takdirnya seperti ini. Sekuat apa dirinya menolak untuk kembali ke kota itu namun takdir justru mendorongnya dengan keras agar segera kembali ke sana.

*****

"Apa kamu sudah siap, sayang?"

Tanya seorang perempuan paruh baya yang telah menggantikan peran ibu dan ayahku kurang lebih 15 tahun terakhir ini. Meskipun usianya telah termakan waktu, namun gurat kecantikannya masih tercetak sempurna menghiasi wajah teduhnya, pancaran kasih sayang dari tatapannya begitu menghangatkan.

"Iya bunda, InsyaaAllah aku udah siap. Terima kasih untuk segalanya selama ini!"

Ah, aku selalu tidak bisa menahan laju air mataku setiap kali mengingat kebaikan perempuan yang ada di dalam pelukanku saat ini. Beliau telah membaktikan seluruh jiwa raganya untuk melindungi dan membesarkan anak sahabatnya yang telah sebatang kara ini.

"Bunda yang berterima kasih, hmmm." Selalu seperti itu katanya setiap kali aku berterima kasih kepadanya. Entah sedekat dan sekuat apa hubungannya dengan ayah dan ibuku di masa lalu hingga beliau bisa memberiku cinta dan kasih sayang yang begitu besar semenjak hidup tanpa kedua orang tuaku.

Aku hanya bisa kembali mengeratkan pelukanku di tubuhnya, mengeja setiap aksara yang terbaca dari setiap dekapan kasih sayangnya.

"Apa bunda yakin tidak ingin ikut bersamaku? Aku takut jika harus sendiri di sana." Tanyaku lagi setelah mengurai pelukan kami. Rasanya berat meninggalkannya setelah begitu banyak hal yang beliau korbankan untukku sehingga bisa seperti sekarang ini.

Bunda Aisyah menggeleng lalu menyeka air mata yang sedari tadi menganak sungai di pipinya.

"Tugas bunda sudah selesai, sayang. Kini sudah waktunya kamu kembali mengambil kehidupan kamu yang telah mereka rampas dengan paksa. Ini bukan tentang balas dendam, tapi ini adalah tentang mengembalikan sesuatu pada tempat yang seharusnya. Apa kamu mengerti?" Ada cairan bening yang menggenangi wajah keriputnya.

Aku mengangguk pasti, sudah menjadi tugas dan kewajibanku untuk mengambil kembali apa yang telah menjadi hakku. Sudah terlalu lama aku bersembunyi di sini. Dan sekarang sudah waktunya untuk kembali setelah berjuang bertahun-tahun mendapatkan kepercayaaan dari kantor cabang tempatku bekerja untuk terpilih menjadi satu yang beruntung ditarik ke kantor pusat, tempat di mana diriku seharusnya berada. Bukan sebagai karyawan biasa, akan tetapi sebagai pemilik perusahaan tersebut.

"Iya bunda, aku mengerti. Doakan aku agar jalannya terbuka dan apa yang kita rencanakan menemui hasil yang sebagaimana kita semua harapkan."

"Aamiin... doa bunda selalu menyertai setiap langkahmu. Ingat, kamu harus berhati-hati, jangan gegabah mengambil langkah. Pelan-pelan saja, kenali musuh kamu secara mendalam. Meski informasi dari informan kita di sana sudah detail, akan tetapi kita harus tetap menyisakan ruang ketidak pastian agar selalu waspada."

Betul apa yang dikatakan bunda Aisyah, belajar dari kesalahan ayah di masa lalu, terlalu percaya diri, terlalu percaya dengan orang-orang yang ada di sisinya hingga beliau menutup mata terhadap kesalahan orang-orang terdekatnya. Berprasangka baik kepada semua orang itu memang perlu, tetapi bukan berarti kita abai dengan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa kapan saja menghampiri.

"Dan satu lagi..." bunda Aisyah kembali bersuara, "Samudera Biru masih dinyatakan hilang ingatan hingga detik ini, dia sama sekali tidak bisa mengingat semua kejadian sebelum tragedi bet bola pimpong itu, jadi jangan sampai rasa bersalahmu kepadanya merusak semua rencana kita. Karena melalui dirinyalah kamu akan bertemu dengan musuhmu yang sesungguhnya."

Aku mengangguk paham.

"Aku akan melakukan yang terbaik semampuku, bunda. Demi ayah dan ibuku. Aku berjanji akan memberikan keadilan buat mereka." Tegas tanpa ragu, janji itu selalu terpatri di setiap helaan nafasku.

"Ini sudah larut, istirahatlah."

"Iya, ini tinggal dikit lagi kok, bunda!" Ucapku sembari merapikan beberapa barang-barang ke dalam koper yang akan kubawa pergi ke Jakarta.

Tak banyak barang bawaanku, hanya beberapa pasang pakaian kantor dan rumah juga semua berkas-berkas penting yang akan menunjang pekerjaan dan tunjanku berada di sana.

Aku memang hanya perlu membawa diriku saja ke sana, karena dari informasi yang kudapatkan di kantor, semua fasilitas kehidupanku di sana akan ditanggung oleh perusahaan, mulai dari tempat tinggal, kendaraan operasional dan termasuk biaya hidup.

Terpopuler

Comments

Dewi Puspita Sari

Dewi Puspita Sari

okke....masih permulaan...lanjuuuut....

2022-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 Awal Mula
2 Chapter 2 Bersiap Untuk Kembali
3 Chapter 3 Kebetulan atau Petunjuk
4 Chapter 4 Langkah Pertama
5 Chapter 5 Posisi Baru
6 Chapter 6 Asisten
7 Chapter 7 Terlambat
8 Chapter 8 Emosi
9 Chapter 9 Memalukan
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35 Sah
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chpater 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chaoter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Chapter 1 Awal Mula
2
Chapter 2 Bersiap Untuk Kembali
3
Chapter 3 Kebetulan atau Petunjuk
4
Chapter 4 Langkah Pertama
5
Chapter 5 Posisi Baru
6
Chapter 6 Asisten
7
Chapter 7 Terlambat
8
Chapter 8 Emosi
9
Chapter 9 Memalukan
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35 Sah
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chpater 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chaoter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!