"Hai, kenalin gue calon istri Erlon." Dengan tidak punya malu Mila malah memperkenalkan dirinya sebagai calon istri Erlon, ia kemudian mengulurkan tangannya.
Ana yang selalu terlihat tenang, meraih tangan Mila. "Saya Briana, pem–"
"Bini gue." Erlon menjawab langsung. Karena ia tidak ingin membuat Mila semakin menaruh perasaan pada dirinya.
Mila dengan wajah memerah tidak terima kalau Erlon sudah menikah. Ia malah menarik tangannya yang masih di genggam oleh Ana. "Apa gue gak salah dengar, kenapa selera seorang Erlon berubah menjadi begini."
"Kenapa dengan selera gue," kata Erlon yang masih tetap memperhatikan wajah Ana. "Lebih baik lu, pulang aja deh," suara Erlon terdengar datar.
"Setelah berhasil membuat gue hamil, sekarang lu malah ngusir gue, Er."
Seperti balon meletus hati Ana seketika menjadi kacau, ia yang tidak pernah merasakan getaran di hatinya saat bersama Erlon tapi sekarang kenapa dadanya terasa sesak.
Jantungku, kenapa terasa sangat sakit. Kenapa tuan Erlon tega menghamili wanita yang belum resmi menjadi istrinya.
"Tutup mulut lu, Mila. Gue bisa lakuin apa saja jangan terlalu anggap gue remeh."
"Oh, ya … gue juga bisa laporin lu ke om Kenzo, juga tante Zizi. Gue jadi penasaran bagaimana reaksi mereka," ucap Mila yang tidak mau mendengar Erlon mengancamnya.
"Sekarang mau lu apa?" tanya Erlon, yang sudah tidak memiliki jalan keluar.
"Gue mau kita menikah, sebelum perut gue membesar."
Erlon yang kesal meninju tembok beberapa kali sehingga terlihat tangannya menjadi memar dan sedikit mengeluarkan darah, Ana yang melihat itu tanpa pikir panjang menyobek gaun yang ia kenakan untuk membalut luka Erlon.
Tapi dugan kita di luar ekspektasi Erlon malah menepis tangan Ana, lalu ia dengan santai menarik tengkuk leher jenjang Ana dan ******* bibir ranum itu dengan sangat rakus. Mila yang menyaksikan itu tidak percaya Erlon melakukannya di depan mata kepalanya sendiri.
Sedangkan Ana yang merasa malu dengan cepat mendorong dada Erlon. "Saya mau ganti, ini dulu tu–"
"Panggil aku sayang," pinta Erlon berbisik di telinga Ana.
"Sa-sayang, aku ganti gaun i-ini du-dulu." Ana merasa lidahnya kelu setiap kali harus mengucapkan kata sayang.
"Mau yang lebih, ayo sayang di kamar saja."
Mila menarik baju Erlon. "Oke, Er. Jika ini yang lu mau, gue malam ini juga bakal ke rumah bonyok lu."
"Jangan macam-macam lu Mila."
"Gue gak macam-macam, gue cuma mau memberitahu kalau gue sedang mengandung cucu mereka."
Erlon yang sudah terlalu geram malah menampar pipi mulus Mila, seketika pipi Mila terasa sangat panas sehingga dia langsung menunduk. Ana tidak tinggal diam di saat ia melihat Erlon sudah keterlaluan sampai main tangan kepada seorang wanita.
"Tolong tuan, jangan gunakan tangan Anda untuk menampar seorang wanita. Apalagi sekarang dia sedang mengandung anak Anda." Ana diam, ia baru sadar kalau dirinya mengatakan tuan.
—-
Ana bingung karena melihat cafe saat ini sedang di dekorasi. Ada acara apa ya, kenapa cafe di dekorasi seindah ini.
"Adik manis," sapa Bimo yang baru datang sambil membawa buket bunga.
"Pak Bimo. Ngagetin aja," kata Ana membuat Bimo terkekeh.
"Gitu aja kaget, gimana kalau kakak tiba-tiba ngelamar kamu pasti kamu lebih kaget," seloroh Bimo yang membuat Ana seketika diam mematung.
Bimo memang sudah menaruh rasa pada Ana sejak di panti asuhan, tapi karena dulu mereka masih sangat kecil jadi Bimo tidak berani mengungkapkan rasa sukanya pada Ana. Setelah Bimo di adopsi oleh orang kaya Bimo mulai merintis usaha kecil-kecilan yaitu membangun cafe dari situ Bimo berjanji pada dirinya sendiri jika cafenya cukup menghasilkan cuan ia akan mencari Ana secepatnya. Tapi ternyata Author sudah lebih dulu mempertemukan mereka.
"Pak Bimo ngomong apa?" tanya Ana yang belum ngerti.
Bimo langsung berlutut di depan Ana sambil menjunjung bunga itu tinggi-tinggi.
"Maukah kamu menerima lamaran ku Ana?"
Semua yang tadi sibuk mendekorasi berhenti, tatapan mereka semua tertuju pada Ana juga Bimo yang terlihat begitu romantis mereka tidak menyangka sang Bos akan berani melamar Ana di depan orang banyak bukan depan orang tua Ana. Ternyata ucapan Bimo kemarin bukan main-main.
"Sa-saya, sudah me–" ucapan Ana terpotong karena sorak sorai para pelayan.
"Terima …!! terima …!! terima …!!!"
Para pelayan yang sengaja Bimo minta untuk mereka bersorak di saat dirinya melamar Ana, ternyata mereka sudah di iming-imingi gaji akan naik jika lamaran Bimo diterima dan juga mereka dapat bonus sekaligus.
Siapa yang gak mau coba, Author aja mau lho. Ayo Ana terima aja tinggalin babang Erlon.
"Pak Bimo, beri saya waktu," kata Ana yang saat ini perasaanya tidak karuan setelah kejadian yang tadi malam. Dan tidak mungkin Ana mengatakan ia sudah menikah karena sebentar lagi Erlon pasti akan menceritakannya. Di tambah Ana juga tidak tega menolak Bimo secara terang-terangan di depan orang banyak seperti sekarang ini.
"Baiklah, akan ku tunggu jawabanmu Ana, sampai kapan pun."
—-
Ternyata cafe itu di sewa oleh seorang CEO kembar yang sengaja untuk merayakan kemenangan mereka dalam memenangkan tender dalam proyek besar perusahaan. Maka dari itu Bimo menyuruh para pelayan mendekorasi cafe itu sebagus mungkin.
Saat Bimo sedang memeriksa sudah sampai mana pekerjaan para pelayannya, ia malah melihat Ana duduk melamun di ujung cafe kemudian ia pergi untuk segera menghampirinya.
"Ana aku mohon, tetaplah bersikap biasa saja. Jangan pikirkan ucapanku yang tadi siang itu," kata Bimo sesaat setelah duduk di dekat Ana. Ia mengira Ana sedang memikirkan ucapannya yang telah melamar Ana secara mendadak.
"Pak Bimo, saya sedang istirahat sebentar saja tidak lama kok." Ana seperti biasa akan selalu tersenyum pada siapapun. "Tidak usah dipikirkan, Saya akan tetap bersikap seperti pertama kali kita bertemu, Pak."
Meski bibir Ana tersenyum, tapi hatinya saat ini sedang dilanda gundah gulana. Ana yang penasaran dari tadi kenapa cafe di dekorasi ingin bertanya kepada Bimo langsung, karena Ana tidak bisa bertanya pada mereka yang sedang terlihat sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. "Pak, ada acara apa di cafe ini?"
"CEO kembar yang terkenal itu, mereka akan merayakan kemenangan perusahaan mereka di sini."
"Kalau boleh tahu nama mereka siapa Pak?"
Bimo mengusap keringatnya karena entah mengapa dekat-dekat dengan Ana membuatnya lebih sering berkeringat dingin seperti sekarang ini. "Tuan Erlan juga Erlon, putra dari pengusaha terkenal kaya nomor dua di negara ini."
Tidak lama terdengar suara derap langkah kaki, sehingga membuat pelayan wanita histeris karena melihat begitu tampan sang CEO yang ternyata yang datang hanya satu.
"Sudah datang Ana, kamu sekarang lebih baik bersiap-siap. Aku akan menyambutnya dulu." Bimo beranjak membiarkan Ana masih dengan perasaan yang semakin tidak karuan.
Tuhan ku serahkan, semuanya padamu.
Batin Ana di saat melihat sosok CEO itu, menatap dirinya dengan tatapan yang berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
udah aku fav sama kasih bunga ya thor.. ntar otw lagi bacanya.
2022-10-05
0
teti kurniawati
nasibb ya... inilah kenapa penulis itu hebat... dia bisa bikin nasib tokoh semau gue🤣🤣🤣
2022-10-05
1
Dehan
kalau sultan mah bebas
2022-10-01
1