Ellena terdiam, menatap kembali wajah tampan suaminya. Lalu tersenyum seraya gelengkan kepala. "Tidak Louis, aku percaya padamu. Aku akan terus mencintaimu walau raga ini berpisah."
"Kau jangan bicara perpisahan. Aku sangat mencintaimu Ellena. Jangan pernah tinggalkan aku!" mereka saling berpelukan kembali.
"Ellena, aku tidak bisa lama-lama berada disini. aku kabur dari mansion di bantu mama dan Jordan, orang kepercayaan ku. Aku berharap kau mengerti keadaan ku. Ellena, aku membawa sejumlah uang dan perhiasan, ambillah ini untuk kebutuhanmu dan anak kita." Louis menyerahkan kotak perhiasan dan uang banyak dalam paper bag.
"Louis, apakah kau akan meninggalkan ku lagi? sebentar lagi aku akan melahirkan anak mu"
"Sayang dengar?" Louis menyentuh pipi Ellena "Aku akan kembali setelah urusan ku dengan klurga ku selesai, tentu aku akan menjagamu saat akan melahirkan anak kita."
"Berjanjilah Louis! aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain kau dan bibi Zelda."
"Iya sayang aku berjanji." mencium lembut kening Ellena.
"Malam ini aku akan tidur bersamamu walau sebentar, untuk melepas rinduku."
"Tentu saja Louis, aku akan memelukmu erat, aku sangat merindukan aroma tubuhmu."
Mereka berdua tidur diatas ranjang saling berpelukan. Louis mendengar isakan Ellena yang tiada henti, hatinya begitu sakit karena harus terpisah dengan orang yang paling ia cintai, hingga tak terasa mereka tidur terlelap.
"Tuan muda bangun lah, waktunya kita harus kembali!" tukasnya di depan pintu kamar.
Suara panggilan Jordan membangunkan Louis dan Ellena, mereka berdua keluar bersama.
"Tuan muda, kita sudah tidak ada waktu lagi"
Louis mengangguk, lalu menoleh kearah istrinya. "Ellena maafkan aku, aku harus pergi. Aku janji akan kembali untuk menanti kelahiran anak kita."
Wajah Ellena tertunduk sedih, butiran airmata sudah menganak sungai "Sayang..." Louis meraih dagunya dan mencium bibir ranum Ellena.
"Baiklah sayang, aku akan menunggumu pulang kembali." imbuhnya setelah ciuman mereka terlepas.
Louis mengecup lembut perut istrinya penuh kasih sayang.
"Jangan nakal anak Ayah, jaga ibumu. Ayah pasti akan kembali."
Ellena melepas kepergian Louis dengan isak tangisan, hingga mobil pergi menghilang dari pandangan Ellena.
*
*
Dua bulan setelah kepergian Louis, Ellena merasakan perutnya mulas, ia berteriak memanggil bibinya Zelda saat sedang menyulam baju bayi.
"Aaggrrhhh....."
"Bibi tolong aku? Ellena berjalan perlahan mencari keberadaan Zelda.
"Bii zelda....!! nafas Ellena tersengal sengal menahan sakit diperutnya. ia membuka pintu belakang dan bersandar pada sebuah pintu.
"Bii zeldaaaa....!!" teriak Elena sekuat tenaga.
"Ellena! Ya Tuhan?!" Zelda yang sedang menjemur pakaian berlari menghampiri Ellena yang sudah jatuh terduduk.
"Ellena kau mau melahirkan? lihat ketubannya sudah pecah, bibi akan panggilkan bidan. Ayo bibi bantu kedalam!"
Setelah Ellena berada di atas ranjang, zelda berlari keluar mencari seorang bidan, tak lama zelda kembali dengan bidan desa dan persalinan pun dimulai.
"Owweekk.. owweekkk.. ooweekk..
"Ahh! akhirnya, kau melewati persalinan dengan cepat, lihat anak mu sangat cantik." ucap zelda bangga.
"Anak ku bukan laki-laki? tanya Ellena cemas, terlihat wajahnya memucat.
"Apa bedanya laki-laki dengan perempuan? lihatlah bayi mu sudah di mandikan, sangat cantik bukan? wajahnya mirip Louis, matanya mirip dengan mu bermata coklat" Zelda menaruh bayi mungil itu di samping Ellena, tangisan Ellena pecah saat mengingat Louis tidak kunjung datang seperti janjinya.
"Kenapa Louis mengingkari janjinya bii?" huhuhuhu...
"Mungkin dia masih banyak urusan, bersabarlah Ellena"
"Owweekkk owweekkk...
"Lihat bayi mungilmu menangis, kau susui dulu Ellen.."
Ellena menyusui bayi mungilnya yang baru lahir ke dunia. Ditatapnya bayi malang itu. "Anakku lahir tanpa kehadiran Ayahnya." gumamnya lirih. "Louis kau sungguh tega, sudah mengingkari janjimu!" rutuknya dalam hati.
"Siapa nama bayi mungilmu?" tanya Zelda, membuyarkan lamunan Ellena.
Ellena terdiam beberapa saat, lalu ia berkata "Esmeralda" dia kelak akan jadi wanita yang tangguh, kuat dan cerdas seperti namanya.
"kenapa kau tidak beri nama besar Ayahnya, di belakang nama anakmu, Ellen?"
"Aku tidak akan memberikan nama kelurga besar Louis, sebelum ia sendiri yang datang dan memberikannya" tukas Ellena, seraya mengusap airmatanya.
****
Hari terus berlalu, bulan berganti tahun. Namun, Louis tidak kunjung datang. Ellena sering termenung diluar teras menanti kedatangan sang suami. Pada akhirnya Ellena jatuh sakit.
"Ellena kau harus kuat, lihat Esmeralda begitu cerdas dan tidak pernah rewel di usianya yang sudah beranjak dua tahun."
"Bibi Zelda!" panggil Ellena lirih, dengan suara tercekat sambil berbaring diatas ranjang.
"Iya Ellen?"
"Tolong berikan cincin Ruby ini pada Esmeralda bila usianya sudah beranjak dewasa. Cincin ini bukti pernikahan ku bersama Louis." Ellena memberikan cincin batu safir berwarna biru pada zelda.
"Uhuk.. uhuk.. uhuk !
"Esmeralda kau batuk darah! Zelda sangat terkejut "Akan bibi panggilkan tabib untuk mengobati penyakitmu!"
"Tidak usah bii, aku sudah tidak kuat! aku tidak bisa bertahan lagi. Bila aku pergi tolong jaga Esmeralda dan jangan pernah beritahu siapa ayahnya. kelak bila bibi bertemu Louis, jangan pernah bibi beritahu Louis kalau aku melahirkan anak perempuan. Rahasiakan identitas Esmeralda." uhuk.. uhuk...
"Apa maksud perkataan mu Ellen?!" tanya Zelda curiga.
"Bilang pada Louis kalau anaknya telah tiada. aku akan terus mencintainya sampai akhir hidupku."
Zelda membekap mulutnya tak percaya seraya gelengkan kepala "Jangan kau katakan itu Ellena, kau akan baik-baik saja. Percayalah Louis pasti akan kembali." hibur Zelda, menatap iba keponakannya itu.
"Ibu dan Ayahku sudah menjemput ku, aku akan pergi bersama mereka, bii.."
"Jangan katakan itu Ellena, bibi mohon! hiks.. hiks.. hiks. "Kenapa kau harus menderita begini setelah menikah dengan Louis. kasihan Esmeralda, ia butuh kasih sayang kedua orang tuanya."
"Uhuk.. uhuk.. bii, aku ingin mencium anak ku Esmeralda." ucapnya lemah.
Zelda memberikan Esmeralda pada Ellena, setelah menciumi anaknya, Ellena menghembuskan nafas terakhir.
"Ellenaaaaa...!! Ya Tuhan.., hiks..hiks.. hiks, Mengapa begitu cepat kau pergi!" Isak dan tangisan Zelda begitu dalam dengan kepergian Ellena, yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
Prosesi pemakaman pun dilakukan, Zelda menatap pilu kepergian keponakannya itu "Semoga kau bahagia disana bersama Ayah dan ibumu Ellen, bibi berjanji akan menjaga dan melindungi Esmeralda."
Satu bulan setelah kepergian Ellena, seorang tetangga datang dan memberi kabar pada Zelda.
"Zelda, kelurga besar Alexander Graham membutuhkan banyak pelayan di mansionnya. Apa kau ingin bekerja disana?"
"Apa kau bisa membawa aku bekerja disana Dorin?!
"Tentu saja, klurga Graham membutuhkan koki yang handal, dan kau pintar memasak bukan? aku akan membawa mu kesana."
"Lalu bagaimana dengan Esmeralda, dia baru berusia 18 bulan, apa tidak merepotkan aku membawanya serta?"
"Tidak boleh membawa bayi!"
"Aku tidak bisa meninggalkan cucuku, Dorin."
"Hmmm.. kalau kau mau, kau bisa menitip Esmeralda di sebuah panti balita, dan kau bisa mengunjunginya seminggu sekali. Setelah Esmeralda berusia enam tahun kau bisa membawanya ke mansion. Di usia itu dia tidak akan merepotkan mu bukan?
"Baiklah aku setuju!"
Setelah kesepakatan bersama, Zelda pergi meninggalkan rumah itu, dan ia menitipkan Esmeralda disebuah panti.
Tiga bulan setelah kepergian Ellena, sebuah mobil berhenti didepan rumah tua itu, seorang pria tampan keluar dari mobil dan berjalan kearah rumah itu.
"Ellena, aku datang...!"
"Tok! Tok! Tok!
"Ellena buka pintunya, aku kembali untukmu!"
"Maaf, Tuan mencari siapa? sapa seorang ibu paruh baya yang melintas di depan rumah Zelda.
"Ellena istriku, yang tinggal dirumah ini bersama bibinya Zelda."
"Ellena?!
Wanita itu menatap heran pada pria tampan yang tak lain adalah Louis, penampilan yang berbeda pada pria umumnya.
"Ellena sudah meninggal tiga bulan yang lalu Tuan?!"
"Ap-apa?! Ellena meninggal?!
Bagai disambar petir, Louis hampir jatuh ketanah, klau saja Jordan tidak memegangi tubuhnya yang terlihat lemas.
"Tuan muda, anda tidak apa-apa?" tanya Jordan khawatir.
"Tidak...!! tidak mungkin Ellena pergi secepat itu meningglkan ku!" Louis begitu terpukul ia meraung sejadi-jadinya.
"Ellenaaaa!!!
"Hiks, hiks, hiks... kenapa kau pergi Ellena! maafkan aku, aku tidak berdaya melawan Ayahku!"
"Ellenaaaa!!!
💜💜💜
Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
@Bersmbung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Nani Wismarini
yaa....masa ellena meninggal sieh😔😔😥😥
2022-11-23
0
Anya🌱🐛
gk terima AQ Elle meninggal😭😭😭 ini karena kau Louis kalau saja kau..... aah sudah lah AQ LG nangis gk bisa di gini Iin.
2022-11-22
0
Dermawaty Sinaga
😭😭😭😭😭sedihhhh
mungkin ini Aku bukan Cinderella cerita anak nya ellena ya thorr
2022-11-15
2