Episode 3. Maafkan Aku

Qenny berulang kali menerima pukulan dari wanita yang duduk disampingnya, karena tanpa sengaja dia menyentuh bagian kenyal wanita yang duduk dan tersiram air teh tersebut.

Wanita itu terpekik lantang, karena tidak terima di perlakukan tidak senonoh oleh pria yang masih menutup wajahnya dengan masker tersebut, "Dasar laki-laki mesum! Berani sekali Anda menyentuh milik pribadi wanita. Anda pikir mudah sekali menyentuh harta seorang wanita!"

Qenny berkali-kali menunduk hormat, untuk meminta maaf, "Maaf Nona, saya pikir tadi Anda meminta agar saya membersihkan bagian anu-anu-anu Anda, Nona. Sekali lagi saya minta maaf."

Pramugari memberikan baju kaos pada wanita tersebut, mempersilahkan bagi gadis yang memiliki tubuh indah dan masih terasa padat itu untuk segera mengganti didalam toilet pesawat.

Mata Qenny melihat bagian bokong gadis muda itu, tatkala boarding pass sang gadis jatuh bersama paspornya.

"Haah ... ini merupakan peluang besar untuk ku, agar bisa berkenalan dengan gadis cantik itu," Qenny bergumam dalam hati, meraih paspor milik sang gadis.

Qenny membuka perlahan paspor tersebut, melihat nama dan tahun lahirnya, "Shania Sahara Atmaja, berusia 23 tahun. Hmm ... tidak beda jauh dari usiaku!" bisiknya.

"Apakah dia warga Indonesia yang berkuliah di Tokyo? Kenapa wajahnya lebih mirip gadis Korea? Cantik dan sangat propesional. Aku yakin dia seorang anak manja, sama seperti ku!" batinnya lagi mulai menyimpan identitas sang wanita.

Seketika wanita cantik itu kembali ketempat duduknya, sedikit menunduk mencari sesuatu yang hilang, kepunyaan nya.

"Aaaagh ... dimana siih? Kok bisa enggak ketemu," gerutu gadis itu mencari keberadaan identitas yang tercecer.

Qenny tampak tenang, dia tidak ingin berbasa-basi dengan wanita cantik itu, karena merasa kesal setelah dipukuli habis-habisan oleh gadis muda yang tampak garang jika sudah marah.

Gadis cantik itu sengaja menunduk, memperlihatkan keindahan bagian kenyal nya tepat dihadapan Qenny.

Tentu pemandangan itu merupakan satu keuntungan luar biasa bagi Qenny yang selalu berpikir mesum tersebut. Dia berkali-kali menelan ludah, agar tidak semakin tergoda dengan mengalihkan pandangannya.

Namun saat pandangan mulai teralihkan, dengan sendirinya leher Qenny kembali menoleh kearah yang sama seperti tadi. Dia memberanikan diri untuk bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya tersenyum sumringah.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, tepat dibagian paha Qenny, "Maaf Tuan. Apakah Anda bisa berdiri sebentar?" mohon nya.

Qenny berdiri, tepat dihadapan gadis tersebut. Sambil melihat pemandangan yang semakin lama semakin membuat dirinya penasaran. Apalagi ditambah saat gadis itu mendekat kearah pribadinya.

Tubuh gadis itu seketika terdiam tak bergeming, perlahan dia menoleh pada resleting celana jeans yang dikenakan Qenny, melihat bagian itu yang dengan pikiran yang melayang jauh, "Aaagh ... dasar laki-laki aneh! Mana mungkin pria mesum ini menyembunyikan paspor ku dibalik celana!" gumamnya.

Qenny tersenyum bersorak kegirangan dalam hatinya. 'Hihaaa ... gadis ini ternyata tergiur dengan anu ku' ...

Sementara sang gadis hanya bisa pasrah membayangkan akan dilakukan penahanan saat tiba di bandara Tokyo. Dia memilih duduk kembali, menoleh pada Qenny yang masih menunggu aba-aba dari sang gadis.

"Maas Tuan, silahkan duduk kembali!" ucap sang gadis menarik nafas panjang.

Gadis itu terus memijat pelipisnya, berbicara sendiri seolah-olah dia memiliki kepribadian ganda, "Ck ... bagaimana jika Altezza Sun (Tuan Altezza) tidak mau menebus ku saat tiba di bandara. Karena ini kesalahan yang sering aku lakukan," sesalnya.

Qenny menoleh kearah wanita tersebut, "Jangan suka berbicara sendiri! Nanti dikira kamu gila!" tawanya sengaja menggoda.

Gadis itu hanya bisa pasrah, "Bagaimana ini, Tuan? Identitas ku hilang. Padahal aku letakkan disini," tunjuknya pada bagian paha.

"Oogh ...!" Qenny membulatkan bibirnya tersenyum licik.

Qenny mulai berpikir licik untuk mengambil keuntungan pada wanita muda yang masih terlihat lesu, kemudian bertanya, "Hmm ... boleh aku bertanya padamu?"

"Ya, silahkan Tuan."

"Siapa namamu?"

"Shania Sahara. Orang kantor biasanya memanggil namaku Ara," ucapnya lembut.

Qenny tampak senang, bagaimana tidak. Wanita yang baru pertama kali dia kenal dengan cara aneh seperti ini, ternyata seorang wanita karir, "Yes ...!" soraknya dalam hati.

"Hmm ... kebetulan aku baru akan merantau ke Tokyo. Bagaimana jika aku menemukan identitas mu, kamu harus mengizinkan aku tinggal ditempat mu? Dan membantuku untuk mencari pekerjaan," jelas Qenny tanpa perasaan malu.

Penuturan Qenny itu membuat gadis yang biasa disapa Ara itu tampak berpikir panjang. Dia menaikkan kedua alisnya, bertanya lebih jauh, "Siapa Anda? Apakah Anda seorang pembunuh berantai? Atau jangan-jangan Anda yang menyembunyikan paspor ku, Tuan!!" pukulnya kembali bertubi-tubi di bahu pria aneh tersebut.

Qenny meringkuk meringis kesakitan, "Am-am-ampun Nona! Aku sama sekali tidak mengetahui dimana paspor mu. Karena aku tidak melihatnya. Aku hanya ingin membantu mu. Jadi, jika aku bisa membantu mu, kamu juga bisa membantu aku. Aku berangkat ke Tokyo untuk mencari pekerjaan, Nona!"

Ara menghentikan pukulan tangannya, menatap lekat wajah pria yang ada disamping nya dengan seksama, "Lepaskan masker mu!" perintahnya.

Qenny melepas maskernya perlahan, tersenyum sumringah menatap wajah sang gadis dengan pipi merah merona.

Ara menghela nafas panjang, mengusap lembut wajahnya, "Maafkan aku, Tuan!" ucapnya tanpa menoleh.

Sekali lagi Ara menoleh kearah Qenny, memastikan laki-laki itu merupakan pria yang baik dan jujur. Dia berfikir sejenak, menghitung biaya sewa apartemennya saat ini.

Seingat Ara, apartemennya kali ini memiliki tiga kamar yang disewakan kantor tempat dia merintis karir sebagai secretaris sebuah perusahaan besar, "Hmm ... aku bisa menyewakan satu kamar untuk pria bodoh ini," bisiknya menyeringai untuk memberikan tumpangan selama beberapa hari hingga pria itu mendapatkan pekerjaan.

Ara menepuk lagi bahu Qenny, membuat pria yang tengah termenung itu meringis kembali.

"Auuugh ... sakit, Nona!" kesalnya.

Ara menjentikkan jarinya, "Baik, aku akan memberikan mu tempat tinggal. Tapi kamu harus membantuku untuk menemukan keberadaan identitas, ku! Karena jika aku tertahan saat masuk bandara, Bos ku tidak akan mau menebus ku!" ucapnya jujur.

Qenny tersenyum lega, hatinya kembali bersorak kegirangan, 'Yes ... yes ...'

Qenny meminta izin, bergegas ke toilet untuk memastikan kebenaran paspor yang ada dalam kantong celananya.

"Siapa bilang aku tidak bisa hidup diluar sana? Siapa bilang aku akan dimakan helder!" Qenny kembali bersemangat menyombongkan dirinya karena kelicikan akal yang dia miliki, karena merasakan keberuntungan berpihak padanya.

Qenny masuk kedalam toilet, mencari tahu identitas gadis itu dari handphone miliknya. Tapi dia tidak menemukan apapun tentang gadis bernama Shania Sahara Atmaja.

"Hmm, berarti dia hanya gadis biasa yang menjadi simpanan seorang pimpinan," bisik Qenny didalam toilet.

Qenny bersiul-siul seperti pria muda yang sangat bahagia. Wajahnya kembali tersenyum lebar, memberikan kesan bahwa Dewa Fortuna berpihak padanya.

Dengan langkah santai dia kembali ke bangku penumpang merungut kesal menatap wajah Ara yang berharap pria itu membawa paspor miliknya.

"Bagaimana Tuan? Apa kamu menemukannya?" tanya Ara penuh harap.

Qenny menggelengkan kepalanya, kembali mendudukkan tubuhnya, menoleh kearah Ara, "Apakah kamu mau berkencan dengan ku? Jika aku menemukan identitas mu, Nona?"

PLAAAAK ....!

"Dasar laki-laki mesum! Pikiran mu hanya seputar anu-anu saja, Tuan ...!" pekik Ara berteriak memanggil pramugari kembali.

"Pramugari! Pramugari!!" teriak Ara.

Terpopuler

Comments

Suesant SW

Suesant SW

lanjut

2022-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!