"Apa Kaka serius dengan perasaan Ka Jei terhadapku, Nanda takut jika cuma menjadi cinta sesaat nya Ka Jei saja." ucap Nanda.
"Astaghfirullah, Dek. Ka Jei serius sama kamu! Kaka janji akan menjaga dan mencintai serta menyayangi kamu dengan sungguh-sungguh. Karena memang itu sudah keinginan hati sanubari Kaka yang paling dalam, Nan." Jawabku sambil menatap matanya.
Seketika Nanda menitikkan air mata, jelas aku bingung dibuatnya dan merasa jadi serba salah. Bingung ,malu ,takut dan lain sebagainya, semua menjadi satu.
Namun tiba-tiba, Nanda tersenyum.
Ya rabb ... senyumnya sungguh sangat menawan. Dari sekian banyaknya senyuman wanita yang kutemui, serasa tak pernah aku menyaksikan senyuman semenawan senyuman Nanda.
"Apabila Kaka memang bersungguh-sungguh terhadap Nanda, tentu Nanda akan menerima, Ka Jei. Karena sebenarnya dari awal pertemuan pun Nanda juga suka sama Ka Jei, hanya saja Nanda malu mengungkapkannya duluan ." jawab Nanda dengan tatapan matanya yang sangat indah.
"Serius, Nan." kataku tak percaya diiringi anggukannya Nanda.
"Ya allah, Ya rabb ... Terimakasih, engkau telah membukakan pintu hatinya Untukku." gerutuku dalam hati sembari tersenyum dan dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku begitu sangat gembira sehingga membuatku kaku sesaat laksana sebuah patung.
"Ka Jei, Ka. Kaka kenapa diam." tanya Nanda yang menyadarkanku.
"Gak, Nan. Ka Jei hanya merasa tak percaya, Ka Jei sangat bahagia karena cinta Kaka terhadap Nanda terbalaskan." jawabku kegirangan.
"Emm... Kaka ih." balas Nanda sembari mencubit pinggangku.
"Jadi ... Sekarang kita jadian nih, Ka Jei gak mimpi kan?"
Secepatnya Kaka akan beritahu kabar bahagia ini kepada keluarga Kaka dan secepatnya akan meminang kamu, Nan." kataku sembari meraih tangan Nanda dan menggenggamnya.
"Iya, Ka Jei. Nanda nurut saja." balas Nanda.
"Alhamdulillah ... " jawabku
Hari sudah mulai sore, kami pun melanjutkan perjalanan dengan saling bergandengan tangan dan dengan penuh kemesraan juga kebahagiaan yang sangat teramat bahagia.
Diakhir perjalanan, aku mengatakan pada Nanda bahwa senin siang akan kembali ke banjarmasin dan berjanji secepat mungkin akan melamarnya.
Iapun mengangguk juga memintaku agar senin untuk ikut denganku ke kota.
Yakni ketempat keluarganya, pemilik warung lalapan kemaren. karena Nanda juga harus kembali bekerja disitu.
Pagi senin jam 09:30, aku dan Nanda pun akhirnya berpamitan dengan Mang Yanto dan keluarga.
"Hati-hati di jalan, Nak. Mudah-mudahan selamat sampai tujuan, jangan ngebut! utamakan keselamatan." pesan Abah sembari memelukku.
Sungguh aku terharu, seakan aku adalah anak kandung beliau.
"Iya, Bah. Terimakasih sudah mengingatkan." sahutku.
Setelah berpamitan pada Mang Yanto, kamipun segera berangkat.
Dalam perjalanan kali ini, aku merasa sangat bahagia karena ditemani kekasihku. Ya ... meskipun hanya sampai kota palangka raya saja.
Aku menggenggam erat tangan Nanda dan meremasnya dengan mesra, Nanda membaringkan kepalanya di bahuku.
kami menyusuri jalan dengan penuh kegembiraan, diiringi tawa canda serta cinta dan kasih sayang.
Tak terasa, kami sudah sampai di kota, berat rasanya untuk berpisah. Aku memutuskan untuk kembali cek in di penginapan tempat kemaren aku singgah.
Namun sebelumnya, aku terlebih dahulu mengantar Nanda ketempat tujuannya.
****
Malam ini terasa sangat berbeda, ada rasa rindu yang selalu menggebu-gebu. Maklum lah, orang baru jatuh cinta, selalu ingin berada disisinya, hehehe.
Aku menghubungi Nanda dan ingin mengajaknya jalan-jalan sembari melepaskan kangen, Nanda setuju dan memintaku untuk menjemputnya di warung makan tempatnya bekerja.
Aku segera menjemputnya dan meminta izin kepada pemilik warung untuk pamit mengajak Nanda keluar sebentar, dengan senang hati ia mengizinkan. Kebetulan malam ini warung makan miliknya sepi akan pembeli.
Aku mengajak Nanda untuk makan malam diluar, sengaja aku tidak makan malam di warung makan dimana Nanda bekerja, karena aku ingin mencari suasana yang berbeda. Aku mengajaknya makan malam di cafe yang bernuansa romantis.
Usai makan malam, Nanda mengajakku kesebuah taman disebuah puncak bukit.
Memang sih jalan kearah atas bukit agak susah, untunglah mobil yg aku kendarai double gardan.
Kami menikmati malam berdua di atas bukit dan memadu kasih di alam terbuka, sungguh ini kurasakan hal yang sangat istimewa.
Kupandangi wajahnya, kukecup bibirnya dengan penuh cinta, Nanda membalas ciumanku dan menyambut lidahku. Perlahan aku mencium leher jenjang Nanda, aku merasakan ada sesuatu pada leher itu, seperti bekas goresan luka yang melingkari lehernya.
Entahlah ... Aku enggan untuk menanyakannya langsung.
Malam kian larut, Nanda mengajakku untuk segera kembali ke warung, aku pun mengiyakannya.
Namun ... Ketika kutatap wajah Nanda, nampak mukanya agak sedikit pucat. Bahkan dari kelopak matanya nampak guratan hitam disertai sedikit kerutan diwajahnya.
"Emm, Sayang. Muka kamu kok pucat, kamu sakit?" Ucapku cemas.
"Gak kok, Sayang. Nanda cuma kurang minum dan mungkin keletihan saja" sahutnya.
"Ooh ... Ya sudah, ayo pulang. Biar kamu cepat istirahat." kataku sambil mengusap rambutnya.
Aku bergegas mengantar Nanda pulang, setelah itu aku segera kembali ke penginapan.
Allahuakbar. Allahuakbar ...
Terdengar suara adzan subuh dari mesjid yang letaknya tak jauh dari penginapan, tempat dimana aku menginap.
Bergegas aku bangun untuk menunaikan sholat subuh, sebelumnya aku mandi terlebih dahulu. Setelah bersiap, aku melangkah keluar dan berjalan kaki menuju mesjid.
Usai sholat subuh, aku mampir ke warung kopi yang letaknya bersebelahan dengan penginapan. Kulihat ramai sekali orang disini, wajah mereka terlihat sangat tegang, mereka sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang serius, entahlah.
Karena penasaran, aku mendekat dan mengambil posisi duduk dekat dengan mereka. Bukan kepo ya, hehehe. Hanya penasaran!
Aku memesan segelas kopi dan roti panggang isi telur setengah matang. Sekilas aku mendengar perbincangan mereka, salah satu dari mereka menyebutkan kata Kuyang.
"Kuyang ... Memangnya masih ada ya?" kataku memotong pembicaraan mereka.
"Iya, Mas. Ada! Tadi malam malah." jawab salah dari mereka.
"Hah, masa sih, Bapak-bapak." Sahutku tak percaya.
"Iya, Mas. Tadi malam memang benar ada kuyang" kata bapak didepan ku.
"Ibu yang rumahnya dibelakang penginapan ini, ia meninggal dihisap kuyang, Mas. Bayinya juga hilang!" tambah Mas disampingku.
"Haaaahhh, jadi yang namanya kuyang itu masih ada, Ya. Di zaman yang modern ini?" jawabku
"Iya, Mas. Buktinya ya Ibu itu." jawab sang pelayan sembari membawa pesanan dan meletakkannya diatas meja lalu permisi pergi.
Jujur sih, aku masih tidak percaya dengan adanya kuyang di zaman sekarang.
Tepat pukul 08:40 pagi, aku Pun mulai bersiap untuk kembali ke banjarmasin. Tapi sebelumnya aku menyempatkan diri ke tempat Nanda untuk berpamitan.
Sesampainya disana, aku melihat Nanda sedang menyapu halaman.
Deeggg ....
Jantungku berpacu sangat kencang, pagi ini wajah Nanda terlihat sangat memukau.
Kecantikannya sungguh nampak luar biasa, aku pun tertegun laksana patung menikmati pemandangan itu.
Setelah berpamitan, aku pun segera berlalu meninggalkannya, ku pacu mobil dengan cepat. Aku berharap agar lekas sampai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
ap y...d kalimantan sna msh ad kuyang gtu
2021-01-14
0
Rika Rostika
lnjut...
2021-01-12
0
Anna Sharma
brati yang jadi kuyang itu nanda yah😪
2020-09-22
2