Sambil menunggu hari agak siangan dikit, aku dan Abah duduk bersantai sambil ngopi di depan tv, aku menceritakan tentang perjalananku menuju desa ini, termasuk cerita tentang aku berjumpa dengan wanita itu.
Terlihat Mang Yanto seperti mengetahui sesuatu, akan tetapi ketika aku menanyakannya, ia tersenyum dan hanya mengatakan
"Suatu saat kamu pasti mengetahui nya, Nak."
Aku hanya terdiam sembari mengerutkan alisku, bingung dengan apa yang Abah maksud.
"Mari, kita sarapan dulu, Nak, Bah. Makanan sudah terhidang dimeja makan!" seru istri Mang Yanto yang sedang berjalan dari arah dapur dan mengajak kami sarapan.
"Ayo, Nak. Kita isi perut dulu sebelum beraktifitas." ajak Mang Yanto.
"Mari, Bah." sahutku, kamipun beranjak dari tempat duduk dan melangkah menuju meja makan.
****
Jam dinding menunjukkan pukul 09:30 pagi, abah mengajakku jalan-jalan ke kampung sebelah guna mencek pesanan, agar kuota pesanan bisa terpenuhi.
Kami menaiki perahu sampan (Jukung) untuk menuju sebuah desa, long harengi namanya. Tiba ditempat tujuan Kami pun mulai berkeliling dengan berjalan kaki, para penduduk disini sangatlah nampak ramah.
Dan, di sudut kampung, aku melihat sosok wanita yang tidak asing lagi bagiku.
Ya ... Wanita itu!
Aku meminta izin kepada Abah yang tengah asyik berbincang dengan kepala desa, aku izin untuk pergi sebentar kepada beliau dan langsung menghampiri wanita yang tengah duduk disebuah kursi panjang, dibawah pohon rindang.
"Hy, Dek. Sendiri?" aku memberanikan diri untuk menyapanya.
"Eh, Kaka. Kok ada disini! Bukankah Kaka ini yang kemaren makan di warung lalapan itu ya?" ia bertanya balik kepadaku sembari menunjukkan mukanya yang sedang kebingungan.
"Hehehe, iya, Dek. Kaka memang yang kemaren makan di warung itu, kaka disini karena ada urusan." sahutku.
"Oh iya, kita kemaren belum sempat kenalan kan ya? Aku Jayadi, panggil saja Jei." kataku lagi sembari mengulurkan tangan kananku.
"Oohhh begitu ... Eh iya, Kak. Aku Nanda." sahutnya dan menyambut uluran tanganku.
Dag, dig, dug. Hatiku seakan berdetak cepat. Bagaimana tidak, aku tak mengira bisa bertemu kembali dengannya.
Dan ya, namanya persis seperti nama yang disebutkannya dalam mimpiku kemaren.
"Kok bisa sama ya, mungkinkan ini pertanda bahwa dia jodohku." gerutuku dalam hati sambil tersenyum.
" Oh iya, Kak Jei. Duduk sini lah, kita ngobrol-ngobrol. Ya itu pun kalau ka Jei sudi sih." kata Nanda.
Akupun duduk tepat disampingnya, kami ngombrol banyak hingga aku lupa dengan Abah. Saking bahagianya, hehehe.
Dari kejauhan aku melihat Mang Yanto dan temen beliau seakan sedang mencari keberadaanku.
Karena tak enak hati dengan beliau, dengan segera aku menemuinya dan pamit kepada Nanda. Tidak lupa aku kasih nomer ponsel pribadiku kepada Nanda.
"Nanti kalau kamu ada waktu, tolong hubungi Kaka, Ya!" kataku sambil mengedipkan sebelah mataku.
Ia pun membalas dengan senyum manisnya.
Aku dan Abah melanjutkan perjalanan kegudang penyimpanan untuk mencek barang-barang yang sudah kupesan.
Mang Yanto memperkenalkanku kepada orang-orang gudang bahwa aku ini adalah wakil dari Ayahku yang bertugas untuk mencek sekaligus anak kandung Ayah.
Setelah dirasa sudah cukup, kami pun pamit kepada mereka dan berjanji besok akan kembali lagi kesini untuk meminta izin agar diperbolehkan oleh kepala desa.
Mang Yanto menyuruh anak buahnya untuk menemaniku besok jalan-jalan mengitari desa ini.
****
Malam sudah tiba, waktunya untukku beristirahat.
Kubaringkan tubuh ini keatas kasur empuk, kupandangi langit-langit sambil membayangkan wajah cantik Nanda.
Derrrtt, derrtt. Suara ponselku seketika membuyarkan lamunanku terhadap Nanda.
Aku meraih ponselku yang berada diatas meja samping tempat tidurku, Nanda ... pucuk di cinta ulam pun tiba. Segera aku mengangkatnya.
"Hallo, Kak. Assalamualaikum." sapanya dari seberang sana.
"Waalaikumsalam, Dek." sahutku.
"Nanda ganggu gak, Kak?" tanyanya
"Gak kok, Dek. Malah Kaka senang dapat telephone dari Adek." jawabku sambil tersenyum.
"Ka Jei sedang apa? Ka Jei sudah makan?"
"Tadinya kaka lagi ngelamunin kamu, Dek. Eeh, taunya Adek telphone, hehehe." gumamku jujur.
"Ka Jei sudah makan tadi sama Mang Yanto." kataku lagi.
"Emm, Ka Jei bisa aja. Ya sudah, Kak. Nanda cuma ngasih tau nomer Nanda aja, Assalamualaikum." Katanya sembari mematikan ponselnya.
"Waalaikumsalam." jawabku singkat.
Setelah itu, aku mencoba untuk menghubungi Ayahku.
Aku ingin mengabarkan pada Ayah bahwa semua pesanannya sudah tersedia dan sudah siap untuk dikirim.
Selain itu, aku juga minta izin kepada Ayah untuk beberapa hari lagi tinggal ditempat Abah dengan alasan sedang menikmati suasana dan panorama yang indah juga asri di perkampungan ini. Tentu saja ayahku mengizinkannya.
Alangkah Bahagianya aku kala itu, karena masih ada waktu untuk bisa bertemu kembali dengan Nanda. Tentu dengan harapan agar aku dapat meraih hatinya bahkan aku berkeinginan untuk menyuntingnya untuk menjadi pendamping hidupku.
****
Hari ini adalah hari minggu, aku yang dari pagi tadi sudah nampak rapi dan ganteng, hehehe.
Karena hari ini aku ingin bertemu dengan Nanda, sudah ada perjanjian tadi malam. Aku ingin menyatakan perasaanku terhadapnya.
Ya ... berharap sih Nanda mau menerima cintaku.
Tepat pukul 09 :12 pagi, aku pamit pada Abah ingin ke desa long harengi, tentu saja beliau pun mengizinkanku.
Bahkan Abah meminta anak buahnya untu mengantarku ke desa itu menggunakan perahu, aku pun meminta untuk dijemput kembali ketika sudah sore.
Sesampainya di desa, aku izin dulu sama kepala desa dan beliau mengizinkannya.
Aku juga sudah mengatakan ada seseorang yang aku kenal di desa ini, seseorang yang akan menemaniku untuk berkeliling dan jalan-jalan.
"Maunya sih, bisa jadi pendamping hidupku juga, hehehe." candaku kepada kepala desa.
Selesai berbincang-bincang, aku langsung menemui Nanda. Kami jalan-jalan sambil menikmati panorama alam pedesaan, bahkan aliran sungai disini pun sangatlah indah. Airnya yang sangat jernih serta panorama bebatuannya yang memukau. Setelah dirasa cukup lelah, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak disebuah batu besar ditepi sungai dangkal yang letaknya tepat dibawah rindangnya pohon besar.
"Dek Nanda, boleh kaka bertanya tentang hal pribadi kamu?" kataku memulai perbincangan sambil memainkan jari-jemariku.
"Emm, iya boleh, Ka Jei. Selagi aku bisa jawab maka akan aku jawab dengan jujur!" sahutnya.
"Maaf sebelumnya, Dek. Apa Adek sudah mempunyai kekasih?" kataku serius.
"Belum ada, Ka. Lagian lelaki mana sih yang mau sama aku, seorang gadis desa yang sederhana! Jelek pula." sahutnya merendah sambil tersipu.
"Yuuhuuuuuu ... yes, ada peluang nih nampaknya." gumamku dalam hati.
"Ah masa sih, Nanda ini kan cantik, ayu, baik pula. Ka Jei saja andai Nanda terima, sangatlah ingin menjadi kekasihnya Nanda. Bahkan ka Jei siap jadi pendamping hidup sekaligus imam buat Nanda!" Kataku sembari tersenyum dan memegang tangan Nanda.
"Hehehe, Kaka bisa saja! Gombal yaa?" kata Nanda sembari tertawa kecil.
"Gak gombal kok, Nan. Kaka serius loh! Kalau boleh jujur, Kaka suka sama Nanda sejak pertemuan pertama kala itu.
Bahkan setiap harinya Ka Jei selalu rindu sama Nanda sampai-sampai selalu terbawa dalam mimpi" jelasku meyakinkan Nanda. Ku lihat mukanya sudah mulai memerah.
"Apa kamu mau jadi kekasihku, Nan." Aku menatapnya dengan tajam juga penuh dengan harapan yang tidak mengecewakan.
"Apa Kaka serius?" Jawabnya menunduk.
"Kaka serius, Kaka sungguh menyukaimu, Dek. Bahkan Kaka secepatnya ingin meminang dan meminta Nanda untuk menjadi istri Kaka." kataku serius.
(Hening ...)
Nanda terdiam dan menunduk, aku menatap wajah cantiknya. Kulihat ada rona kesedihan diwajahnya dan ada pula rona gembira, entah apa yang sedang ia rasakan.
"Kenapa, Nan. Maafkan Ka Jei jika ada kata-kata Ka Jei yang tidak mengenakkan hati!"
"Sekali lagi Kaka mohon maaf ya, Nan. Jika Kaka ada kesalahan dalam berkata." kataku dengan rasa yang kurang enak.
Nanda perlahan-lahan menatapku, matanya terlihat sayu, sorotannya yang sangat tajam serasa menembus jantungku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
ko aku jd resah gtu bca kta2 nanda y
2021-01-14
0
Rika Rostika
aq slalu like nih...
2021-01-12
0
Rilia Espi
apa ini cerita horor saya baca judulnya takut
2020-10-07
1