Weni sedari tadi melihat jam. Neyza masih belum pulang sejak jam 1 siang tadi. Pesan terakhir yang Neyza terima ternyata menjadi sebuah petunjuk besar menemukan siapa pelakunya. Ia pergi bersama Pak Daniel ke kantor polisi. Nampaknya seseorang sudah ditetapkan menjadi tersangka. Weni hanya mendapatkan pesan singkat dari Neyza bahwa ia baik-baik. Tapi tidak dengan keadaan Weni yang tidak baik-baik saja.
Suara mobil masuk dari arah pagar rumah besar Neyza. Weni berlari ke depan untuk menemui Neyza. Pak Daniel keluar disusul Neyza dengan wajah berbinar.
Weni : "Ih... Orang lagi khawatir kamu malah senyum-senyum. Gimana?"
Pak Daniel memberikan kode OK pada Weni dan berlalu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Neyza hanya tersenyum tanpa ada komentar.
Weni mengikuti sahabatnya dan Pak Daniel ke ruang tengah. Seorang asisten rumah meletakkan tiga cangkir teh dan potongan kue coklat.
Weni : "Akhirnya gimana?"
Pak Daniel : "Sudah diduga. Orang iri sama mbak Neyza."
Weni : "Mahasiswa kampus? Terus kejadian di.."
Pak Daniel : "Semua itu cuma settingan. Mereka sudah tahu keperluan Mbak Neyza dengan Bu Mei. Mereka kirim pesan agar mbak Neyza menemui Bu Mei di restoran yang juga di setting agar pengunjung tidak datang lebih dahulu. Para pelayan juga turut andil. Setelah minum kopi yang diberi obat tidur dengan dosis tinggi, mereka membopong mbak Neyza ke sebuah apartemen kosong. Yang membuka bajunya pun perempuan. Tidak ada campur tangan laki-laki. Dan mereka mengaku itu hanya sebuah gertakan."
Weni : "Ih.. Jahat banget."
Neyza : "Dan orang itu pun juga sama sekali aku gak kenal. Aneh kan? Dia baru ketemu aku tuh ya kemarin itu. Katanya sih temannya lagi. Halah muter-muter situ aja."
Weni : "Pindah kampus aja kenapa sih, Ney?"
Neyza : "Nanggung ah. Dikit lagi semester akhir. Lagian kalo gak kuat udah lama aku pindah. Gampang aja aku pindah."
Pak Daniel : "Saya juga menyarankan gitu. Mungkin mbak Neyza punya pertimbangan lain."
Neyza : "Pak Daniel. Di jalan tadi sempat kepikiran keinginan sebulanan ini."
Pak Daniel : "Apa itu, mbak?"
Neyza : "Mau tinggal di kontrakan aja."
Pak Daniel : "Kontrakan apa mbak? Maksudnya?"
Neyza : "Iya. Mau tinggal di lingkungan sederhana. Yang gak kayak gini. Semua-mua diatur, disediain, tinggal ambil. Pingin bisa atur hidup sendiri."
Weni : "Ih. Ada-ada aja kamu ini ah. Rumah ini kurang besar apa buat kamu?"
Neyza : "Bukan besarnya, Wen. Pingin ngerasain hidup yang beda dari hidup sekarang."
Pak Daniel : "Nanti kalo Bapak Ibu tahu saya dimarahi lho, mbak."
Neyza : "Nggak, Pak. Tenang aja. Saya kan pake alasan yang logis. Semoga mereka bisa menerima."
Weni : "Emang apaan?"
Pak Daniel : "Jadi saya mesti cari sekarang, mbak?"
Neyza mengangguk disusul Pak Daniel yang segera berdiri dan keluar untuk mengerjakan tugas dari Neyza.
Neyza tersenyum melihat Weni.
Neyza : "Percaya deh. Semoga berjalan lebih baik. Weni di sini dulu ya? Aku sendirian."
Weni : "Lha ada banyak gini lho yang bantu urus rumah, nona."
Neyza : "Gak ada yang bisa dikibulin. Hahaha..", Neyza berlari ke lantai 2. Weni pun mengejarnya.
**********
Siang itu, Rion dan Bili mengunjungi beberapa rumah kontrakan yang berada di sekitar kampung Bili. Satu jam lamanya Rion dan Bili mengelilingi kampung dengan bertanya kepada para tetangga. Mereka berhenti di sebuah kawasan kontrakan. Nampak seperti rumah kontrakan kecil namun sepertinya sangat cocok untuk keluarga.
Kontrakan kecil dengan 1 kamar, 1 kamar mandi dan dapur kecil sangatlah pas untuk dihuni sendirian. Harga per tahun yang menurut Bili sangat terjangkau.
Rion : "Gak ada yang lebih mahalan dikit?"
Bili : "Eh, anak sultan. Kita bukan mau liburan, ya. Lagian kan elu cuma mau cek ricek doang kan buat tugas kampus."
Rion terkekeh.
Rion : "Iya iya. Ini aja dah gue ambil."
Bili menemui seseorang yang nampaknya pemilik kontrakan. Seminggu lagi Rion bisa menempati kamar yang sedang kosong.
***********
Pagi itu Weni dan Neyza sedang berenang. Weni yang penasaran dengan tugas Pak Daniel nampaknya mendesak Neyza dengan banyak pertanyaan.
Weni : "Dari kemarin aku capek lho nanyain mulu. Jawab kek. Pak Daniel disuruh ngapain sih?"
Neyza yang sedari berenang dengan gaya bebas berhenti di pinggir kolam. Weni memberikannya segelas infuse water melon dingin kesukaan Neyza.
Neyza keluar dari kolam. Memakai baju handuk dan duduk di kursi panjang.
Neyza : "Aku mau tinggal di lingkungan sederhana, Wen."
"Apaaaa?", Weni terkejut bukan main dengan perkataannya sahabatnya itu.
Neyza : "Dengan apa yang terjadi beberapa tahun belakangan. Kayaknya aku pingin jadi orang yang biasa aja."
Weni : "Kamu tuh uda emang orang biasa. Yang gak biasa orang pake sayap. Gimana sih?"
Neyza tertawa lepas.
Neyza : "Gak gitu, Weni Putri Dama. Aku pingin tinggal di kosan atau rumah kontrakan gitu."
Weni : "Bentar-bentar. Aku gak bakal pernah ngerti apa yang kamu omongin. Ini antara otakku yang gak begitu yahud atau memang kamu orangnya aneh. Detail, please."
Neyza : "Intinya aku pingin hidup di lingkungan kayak kampung gitu. Pingin rasain gimana rasanya kehidupan yang gak pernah aku tahu. Ngerjain semua sendiri. Masak, cuci baju, belanja, ke kampus naik ojek. Ah kayak gitu deh kalo lihat temen-temen kampus yang hidup sederhana kayak mereka hidup santai aja. Seloow. Gak ada haters."
Weni : "Terus semua orang malah pingin jadi kayak kamu. Pintar, kaya, cantik, tapi aneh."
Neyza : "Hahahaa.... Ya mereka bisa kok tukar kehidupan. Masalahnya kan mereka lihat yang enaknya doang. Padahal imbang sama gak enaknya, kan?"
Pak Daniel masuk ke taman belakang. Ia menemui Neyza dengan selembar kertas.
Pak Daniel : "Mbak Neyza, sejauh ini. Rumah kontrakan ini yang paling baik. Lingkungan, jumlah orang, fasilitas terdekat."
Neyza melihat kertas yang dibawa Pak Daniel. Ia mengangguk dan tersenyum.
Neyza : "Yasudah ini aja. Kapan bisa ditempati, pak?"
Pak Daniel : "Besok bisa, mbak."
Neyza : "Oke, saya siapkan apa-apanya dulu deh. Minta tolong saya diantar ya, pak."
Pak Daniel mengganggu dan berlalu.
Weni melihat kertas yang terdapat foto lingkungan kontrakan keluarga tersebut.
Weni : "Kamu cari kontrakan biar bisa urus sendiri?"
Neyza mengangguk.
Weni : "Mandiri kan gak harus keluar rumah, Ney."
Neyza : "Tapi ini beda. Udah ah. Bantuin ngepak baju. Ah. Gak. Beli baju biasa dimana ya?"
Weni : "Toserba nhoo. Banyak."
Weni menemani Neyza untuk menyiapkan baju yang akan dibawa.
Keesokan harinya Neyza diantar Pak Daniel untuk menempati rumah kontrakannya.
Neyza masuk dengan melihat-lihat rumah barunya. Satu kamar yang cukup ia tempati. Ada kamar mandi, dan dapur untuk memasak.
Pak Daniel : "Kita butuh Ac, mesin cuci dan kulkas, kompor, mbak."
Neyza : "Hmm.. kayaknya kompor sama kulkas aja, pak. Masa orang baru tiba-tiba pasang ac bawain tv dan sebagainya? Kan nanti tetangga pada ngomongin."
Pak Daniel : "Kan pindahan, mbak. Gpp."
Neyza : "Kipas angin aja, Pak. Nyesuaiin sama tetangga sekitar. Gak enak. Sama tivi flas yang kecil. Nanti kalo ada yang pasang ac baru deh pasang ac."
Weni menggeleng.
Weni : "Aku ikutan tinggal sini, Ney?"
Neyza : "Gak gak. Ribet makanmu banyak. Gak sanggup akuuu. Hahahaha..."
Weni : "Dasar bocah."
Setelah membuat list keperluan rumah dan menaruh koper, Neyza, Weni dan Pak Daniel menuju toserba terdekat.
Malam ini, adalah malam pertama Neyza tinggal sendirian di lingkungan yang baru. Suara berisik dari kanan dan kiri dinding membuatnya tak bisa tidur. Belum lagi perut yang tak kunjung berhenti berteriak.
Segal keperluan sudah lengkap. Kasur, kompor, kipas angin, ember, dan hal kerumahtanggaan lainnya pun sudah ada. Masalah yang saat ini terjadi adalah...
Neyza tidak tahu harus memulai dari mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
missYara
menarik...
2020-10-13
1
Alyssa Kevin
hahhhh
2020-08-26
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
aq sukaa 😍👍
seeru thor
aq sudah bawa 3 like yaaa
2020-07-26
1