“Argh...” Lion terbangun dari tidurnya. Ia mengingat kejadian semalam saat di pusat perbelanjaan dengan Xylia. Ia juga teringat akan wajah Dylan.
“Heh.. ternyata kau.” Lion tersenyum sinis sambil mengusap rambutnya ke belakang.
Lion sadar jika tangan nya di genggam oleh Xylia semalaman. Ia mengelus tangan mulus itu dan menatap pemilik tangan yang sedang tertidur.
Xylia tidur sambil duduk di samping Lion. Melihat Xylia yang tertidur pulas, ia menarik Xylia agar tidur bersandar di kasur.
Tiba-tiba ide jahil muncul di benak Lion. Ia meletakkan tangan Xylia di dadanya seolah-olah Xylia yang memeluknya.
Lion merasakan pergerakan dari Xylia. Ia segera menutup matanya kembali agar tidak ketahuan.
“Apa sudah pagi?” ucap Xylia yang masih mencoba menetralkan pandangan nya. Saat melihat kesamping, manik matanya tertuju pada tangannya yang sedang memeluk Lion. Sontak Xylia langsung duduk dan menjauhkan tangan nya dari dada bidang Lion.
“Apakah ini murni kesalahan ku?” pikir Xylia.
Xylia langsung berdiri dan ingin meninggalkan Lion yang tertidur. Tapi tiba-tiba Lion memegang tangan nya.
“Mau kemana, dik?” Lion langsung menarik tangan Xylia hingga ia menindih tubuh Lion.
“Adik?! Ah, lepaskan! Aku berat!” Xylia meronta-ronta agar Lion melepaskan nya. Namun Lion sudah memeluk Xylia dengan erat dan tak akan bisa dilepaskan.
“Jadi kalau kau ringan, kau bisa memeluk ku seperti ini?” goda Lion.
“Apasih?!” Xylia memukul dada Lion dengan keras, membuat Lion kesakitan.
“Aduh, sakit!” Lion menyingkirkan Xylia ke samping lalu duduk sembari memegang dadanya yang kesakitan.
“Apa begitu sakit? Maaf! Aku 'kan tidak sengaja,” Xylia bingung, harus diapakan Lion saat ini.
Lion memegang tangan Xylia dan mengarahkannya ke dada kirinya.
“Kau merasakan 'kan?” ucap Lion dengan ekspresi serius.
“Merasakan apa?” tanya Xylia heboh.
‘Apakah dia percaya?’ Lion tertawa senang dalam hati. Ia tak menyangka jika Xylia percaya dengan tipuannya.
“Detak jantung ku.”
“Iya! Aku merasakan nya? Apa pertanda jika sakit mu semakin parah?” Xylia semakin panik.
“Kau cukup masuk ke dalam hatiku, maka pasti aku akan berbunga-bunga,” ucap Lion serius.
Mendengar ucapan Lion, Xylia berpikir sejenak. ‘Masuk ke dalam hatinya?’
“Maksud mu aku harus menjadi kekasih mu dan mengisi hati mu yang kosong begitu?! Jadi dari tadi kau bercanda?!” Xylia langsung menarik tangannya kembali.
“Tapi yang terakhir tidak bercanda.” Kali ini Lion benar-benar serius.
“Ah sudahlah! Aku mau masak!” Xylia langsung turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya.
“Sepertinya aku menyukai mu.” Lion tertawa senang melihat tingkah Xylia.
Xylia mengambil panci dan juga bahan-bahan untuk memasak. Rencananya ia akan memasak sup.
‘Apakah yang di bicarakan nya benar? Benarkah dia menyukai ku?’ pikiran Xylia sudah kemana-mana. Awal mula ia membantu Lion bukan karena cinta, tapi murni hanya untuk menolong. Xylia tak menyangka akan sejauh ini.
Grep!
Saat Xylia tengah mengaduk sup yang hampir jadi, seseorang tiba-tiba datang dan memeluknya dari belakang.
“A-apa yang aku lakukan?” tanya Xylia gugup.
“Bolehkah aku memeluk mu sekejap saja?” Lion menyandarkan kepalanya di bahu Xylia.
“Tidak! Tidak boleh! Bagaimana nanti kalau ada orang yang tiba-tiba masuk?” Xylia berusaha melepaskan tangan kekar yang melingkar di pinggang nya.
“Tidak mungkin.” Lion malah mempererat pelukannya.
‘Ada apa dengannya ini? Apa karena dia sakit jadi dia berperilaku aneh seperti ini?’ batin Xylia sembari berusaha.
“Ah, lepaskan!” teriak Xylia.
“Xylia, buka pintunya sayang!” Suara seorang wanita dari luar rumah yang nampak khawatir mengetuk pintu berulang kali.
“Gawat! Ibu! Cepat lepaskan!” Xylia akhirnya bisa melepaskan pelukan Lion. Ia dengan cepat mematikan kompor dan menyuruh Lion untuk sembunyi.
“Cepat sembunyi!” bisik Xylia.
“Dimana?” Lion malah terlihat santai.
“Ah, terserah! Yang penting, kau harus sembunyi sekarang juga!” Xylia langsung berlari menuju pintu dan membukakan pintu untuk ibunya.
“I-ibu? Ada apa kemari?” tanya Xylia sambil mengelap keringatnya yang sudah bercucuran karena panik.
“Ibu ingin membawakan sarapan untukmu, tapi ibu mendengar mu berteriak? Ada apa, sayang?” tanya Carolina khawatir.
“Tadi ada tikus lewat ibu, Xylia hanya kaget saja.” Xylia mencoba menenangkan ibunya.
“Maafkan ibu, sayang. Ibu tidak bisa berbuat apa-apa kalau ayah mu sudah berbicara. Pasti kamu sangat ketakutan jika tikus-tikus itu ada di sini. Nanti ibu carikan pawang tikus, ya?” Carolina mengelus kepala Xylia.
‘Pawang tikus?’ Seketika Xylia ngelag mendengar ucapan ibunya.
“Tidak perlu ibu, ini bukan salah ibu ataupun ayah. Memang Xylia saja yang tidak bisa menyamai kak William.” Xylia berusaha senyum walaupun memang sebenarnya dia sedih.
Ayahnya lebih suka membandingkan Xylia dengan kakak nya. Karena sekali percobaan gagal dalam latihan menjadi pebisnis pemula di keluarga nya, Xylia harus dikeluarkan dari rumah utama dan harus tinggal di rumah sederhana yang di tempati nya saat ini. Ayahnya terlalu marah hanya karena Xylia gagal sekali dalam pelatihan.
“Anak ibu tersayang, ini sarapan untuk mu. Kita makan sama-sama, ya?” Carolina melenggang masuk ke dalam rumah Xylia.
“Ibu, bagaimana nanti kalau ayah ada di rumah?” Sebenarnya Xylia tak mau ibunya pergi. Tapi keadaan telah memaksanya.
“Kamu lupa, sayang? Ayah 'kan ada di luar negeri,” jawab Carolina tersenyum ramah.
“Ah, i-iya. Maaf Xylia lupa.” Xylia melirik sana sini mencari keberadaan Lion. Seperti nya Lion sudah sembunyi di tempat yang aman.
Prank!
Suara benda pecah terdengar dari dalam kamar Xylia. Xylia mulai khawatir dan lebih panik.
‘Apa dia ada di dalam? Apa yang dia jatuhkan?’ batin Xylia.
Lion yang ingin masuk ke dalam lemari di kamar Xylia tak sengaja menjatuhkan sebuah kalung hingga permata yang ada di kalung itu pecah dan berserakan di mana-mana.
“Kenapa kau harus jatuh?! Menambah beban ku saja!” kesal Lion. Ia segera memungut serpihan permata itu.
“Xylia, suara apa itu?” tanya Carolina.
“Suara? Suara apa? Xylia tidak mendengar apapun?” ucap Xylia berpura-pura.
“Ibu tadi mendengar suara benda yang terjatuh!” ucap Carolina yakin.
“Itu ... mungkin tikus tadi menyenggol sesuatu di kamar,” ucap Xylia.
“Berani-berani nya dia menyamakan ku dengan tikus?!” geram Lion yang mendengar suara Xylia dari dalam kamar.
“Kita harus periksa, Xylia. Takutnya nanti barang-barang kamu di makan lagi.” Tanpa aba-aba Carolina dengan cepat membuka pintu.
‘Gawat!’ Xylia sudah tak bisa mencegah ibunya.
Xylia sudah tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa. Semoga saja Lion bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments