Bab 2 Nama.

Malam mulai larut. Xylia malah merasa tidak bisa tidur karena ada seorang lelaki di kamar nya.

Xylia menyuruh lelaki itu untuk tidur di kasurnya. Sedangkan Xylia lebih memilih tidur dengan kasur tipis di bawah.

Hanya ada satu kamar di rumahnya, karena memang rumah nya ini tidak terlalu besar dan sederhana.

Agar Xylia bisa tidur, ia sedikit mengintip lelaki itu. Ternyata lelaki itu sudah tidur. Wajahnya yang damai dalam mimpi membuatnya senyam-senyum sendiri.

Karena tak waras? Tentu bukan! Xylia merasa dia sedikit terpesona dengan wajah tampan itu.

Lama menatap wajah tampan itu, Xylia memutuskan untuk kembali berbaring di kasur nya.

****

Kriingg...

Suara jam weker Xylia berbunyi. Xylia yang terbangun cepat-cepat mematikan jam nya agar tidak menggangu lelaki yang di tolong nya kemarin. Xylia menaruh jam weker nya di samping bantal.

Tetapi Xylia merasa aneh, Xylia merasa bukan sedang meraba jam wekernya. Tapi yang dirabanya saat ini seperti terasa mulus dan juga ada sehelai rambut yang di belainya.

Xylia langsung membuka matanya dan tentu saja di kaget melihat apa yang dirabanya tadi. Ternyata wajah lelaki itu yang dirabanya.

Sontak Xylia menjauh sampai dia terjatuh dari atas kasur. Xylia benar-benar bingung saat ini.

‘Bagaimana aku bisa di atas? Apa semalam aku tidur di kasur yang sama dengannya?’ Xylia berpikir jika dia tidur sambil berjalan dan tak sengaja malah tidur kembali di samping lelaki itu.

Karena suara yang terlalu berisik, lelaki itu terbangun dari tidurnya. Xylia yang melihat lelaki itu, langsung berdiri dan menatap tajam lelaki itu.

“Maafkan aku, maafkan aku!” Xylia mengulangi perkataan nya sembari membungkuk berulang kali.

Terlihat lelaki itu bingung, sampai kepalanya dimiringkan kesamping.

“Sepertinya tadi malam aku tak sengaja tertidur di samping mu! Jadi tolong maafkan aku!” ucap Xylia sedikit keras sambil menutup matanya.

“Pfftt...” Lelaki itu malah sedikit tertawa. Xylia membuka sebelah matanya untuk melihat apa yang dilakukan lelaki itu.

“Kenapa?” tanya Xylia.

”Aku yang membawa mu,” ucap lelaki itu.

“Kau ... yang membawaku? Jadi aku tidak tidur sambil berjalan?” Xylia bingung dengan pemikirannya sendiri.

“Siapa yang bilang? Aku menggendong mu ke atas karena kau terlihat kedinginan tadi malam.” Baru pertama kali ini Xylia mendengar ucapan lelaki itu yang sedikit panjang.

Tapi tunggu dulu! Menggendong?!

Xylia sampai malu mendengar ucapan lelaki itu. Ia langsung ke kamar mandi untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah. “Aku permisi dulu!”

“Wanita yang manis,” gumam lelaki itu.

****

“Kau, apa kau tidak ingat sama sekali nama mu?” Xylia hanya bisa memanggil lelaki itu dengan sebutan 'kau', karena memang dia tidak tau harus memanggil nya apa.

Lelaki itu menggeleng sembari melahap makanannya. Saat ini ia dan Xylia memang sedang sarapan.

“Lalu, bukankah kau harus punya nama? Bagaimana mungkin aku bisa memanggil kapan saja dengan sebutan 'kau' seperti tadi. Benarkan?” pikir Xylia.

Lelaki itu mengangguk setuju.

“Lalu apa nama yang cocok untuk mu?” Xylia berpikir sambil melihat lelaki itu dari atas sampai bawah.

‘Dia terlihat terlihat seperti orang yang cuek dan wajah nya terlihat seperti orang galak. Emm ... Ini benar-benar susah!’ batin Xylia.

“Atau ... bagaimana kalau Lion saja?” saran Xylia.

“Lion? Bukankah Lion itu singa?” tanya lelaki itu.

“Nama itu sudah paling bagus yang ku pikirkan saat ini. Itu cocok untuk mu yang sedikit pendiam.” Jujur saja Xylia memilih nama Lion karena wajah lelaki itu yang terlihat sedikit menyeramkan daripada singa manapun.

“Benarkah?” Lelaki itu merasa ada yang sedikit aneh dari gerak-gerik Xylia.

”Haha ... i-iya benar,” ucap Xylia dengan tawa yang dibuat-buat.

“Terserah.” Lelaki yang sudah setuju dengan nama barunya itu berjalan mengambil sisa kuah yang ada di panci.

“Kau kelaparan, ya?” tanya Xylia heran.

“Tidak.”

“Lalu, kenapa nambah lagi?” tanya Xylia semakin heran.

“Tidak tau, mulut ku serasa ingin terbuka terus saat ini. Tangan ku juga, entah kenapa bergerak sendiri sambil menyuapkan makanan ke mulut ku,” ucap Lion yang masih melanjutkan makannya.

“Bilang saja kau lapar!” kesal Xylia. Entah kenapa jika lelaki ini bicara terlalu panjang, dia mulai menyebalkan.

“Aku akan berkerja hari ini. Kau bisa masak 'kan?” tanya Xylia serius.

‘Bagaimana kalau dia tidak bisa masak? Haruskah aku memberinya jatah uang? Eh, kenapa aku seperti kepala keluarga saja, ya?’ batin Xylia.

“Apa kau khawatir dengan ku?” tanya Lion.

“Aku hanya takut kau kelaparan saja!” Wajah Xylia tiba-tiba kembali memanas.

Lion berdiri dan menunduk ke arah Xylia, hingga wajah mereka sejajar. Lion semakin mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Xylia. “Jika tangan ku mau, pasti aku bisa masak. Jika tidak, ya tidak,” ucapnya tanpa beban.

‘Aku salah melihat mu dari luar saja. Ternyata kau tak seindah yang kubayangkan!’ batin Xylia mencoba bersabar. Xylia yang sudah berpikir aneh-aneh harus di buyarkan oleh ucapan Lion. Tapi bagus juga!

“Kalau begitu, aku berangkat.” Dengan langkah gontai, Xylia berjalan menuju pintu. Tiba-tiba Lion menarik tangan Xylia hingga Xylia jatuh dalam pelukannya.

“Ke-kenapa?” tanya Xylia bingung.

“Terimakasih sudah peduli padaku.” Lion semakin mempererat pelukannya.

“Iya! Tapi lepas dulu! Aku tidak bisa bernafas!” ucap Xylia.

“Maaf.” Lion langsung sedikit menjauh dari Xylia.

“Ehem ... aku memang wanita yang baik hati. Jadi jangan sungkan.” Xylia langsung berbalik dan keluar dari rumah nya dengan cepat. Lagi-lagi wajahnya memerah karena kelakuan Lion.

Xylia berjalan menuju gerbang. Saat ia melewati rumah utama, ia jadi teringat akan keluarganya. Ia sangat ingin masuk kembali ke rumah itu seperti dulu. Tapi mungkin tidak akan lagi.

“Xylia.” Suara wanita paruh baya memanggilnya dengan lembut.

“I-ibu?” Xylia langsung berlari dan memeluk ibunya yang ada di depan pintu rumah.

“Kamu sudah sarapan, sayang?” tanya Carolina–ibu Xylia.

“Sudah, bu.”

“Hari ini kembali masuk kerja?” tanya Carolina.

“Iya, bu. Xylia sudah tidak masuk dua hari. Seharusnya Xylia cepat-cepat masuk,” jawab Xylia.

“Maafkan ayah mu, ya? Karena ayah, Xylia harus libur. Seharusnya Xylia tidak perlu bekerja. Ibu bisa diam-diam memberimu jatah bulanan nanti.” Xylia tidak masuk dua hari terakhir karena di suruh tinggal di rumah utama dua hari karena ada teman bisnis ayahnya yang berkunjung ke rumah.

Memang seperti itu lah ayahnya. Lebih mementingkan martabat dan reputasi keluarga di mata publik dibandingkan Xylia. Itupun jika ayahnya marah pada Xylia, Carolina juga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ibu, aku tau. Tapi, saat Xylia bekerja, Xylia merasa jika Xylia bisa mandiri tanpa orang lain.” Saat Xylia mengucapkan hal itu, ia jadi teringat akan kakak pertama nya. Ia adalah anak laki-laki kesayangan ayahnya. Ia saat ini berada di luar negeri, mendirikan perusahaan nya sendiri.

Tapi yang disayangkan, dia itu dingin dan terlalu elegan untuk seorang lelaki. Mungkin itu yang di sukai oleh ayahnya. Sedangkan Xylia, makannya saja seperti sedang makan di angkringan. Sama sekali tidak pernah menunjukkan sikap elegan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!