Bab 3 Jatuh atau keseleo?

“Xylia, kau sudah sampai?” tanya Giselle pada Xylia yang baru saja sampai di kantor.

“Iya. Aku tidak terlambat 'kan?”

Giselle melihat jam nya. “Belum. Masih ada satu menit.”

“Hah.. syukurlah.” Xylia mulai duduk di kursinya dengan santai.

“Xylia!” Tiba-tiba seseorang memanggil namanya.

“Mina? Ada apa?” tanya Xylia pada wanita bernama Mina itu.

“Maukah kau membantuku?” Terlihat dia sedikit tidak enak pada Xylia.

“Apapun pasti ku bantu,” jawab Xylia dengan tersenyum.

“Begini, Presdir menyuruh ku untuk mengantarkan data-data untuk proyek selanjutnya ke ruangannya. Tapi tiba-tiba aku ada urusan mendadak. Bisakah kau mengantarkannya untuk ku?” jelas Mina.

“Nanti ku antarkan, tenang saja,” ucap Xylia santai.

“Benarkah? Kalau begitu terimakasih! Aku pergi dulu, ya?” Mina langsung berlari meninggalkan Xylia dan Giselle.

“Tumben Presdir menyuruh orang untuk masuk keruangan nya. Bukankah dia tidak suka orang lain memasuki ruangannya kecuali sekertaris nya?” pikir Xylia bingung.

“Hah.. bukankah aku sudah bilang? Bos kita itu ganti. Namanya tuan Dylan. Dia itu adiknya Presdir Lu,” Giselle menghela nafas kasar.

“Presdir Lu kita yang terkenal kejam dan tidak pernah menemui para pegawainya itu akhirnya digantikan?” Xylia meloncat kegirangan.

“Kenapa kau sangat senang? Menurut rumor yang beredar, Presdir Lu itu tampan, lho!” pikir Giselle.

“Mau tampan atau pun jelek, aku tidak peduli! Yang penting kita sudah bebas dari masa Presdir Lu! Semoga hidup kita makmur setelah ini! Aku pergi dulu!” Xylia pergi sambil melambaikan tangannya.

“Iya, hati-hati.”

****

“Permisi, apakah saya boleh masuk?” Xylia mengetuk pintu dengan pelan.

“Masuklah.” Setelah mendapat izin masuk dari dalam, Xylia perlahan membuka pintu.

Di depannya, seorang lelaki berbadan tegap tengah menulis sesuatu di kertas. Tampan dan berwibawa, itulah yang Xylia lihat saat ini. Kacamata yang bertengger di hidungnya, membuat aura ketampanannya menyebar luas ke hati Xylia.

‘Apakah dia tuan Dylan?’ batin Xylia.

“Ada apa?” lelaki itu menatap Xylia.

“Eh, anu tuan! Saya membawa data-data untuk proyek selanjutnya.” Xylia menaruh berkas itu di meja Dylan.

Dylan melihat berkas itu lalu beralih menatap Xylia. “Kau bukan Mina?”

“S-saya memang bukan Mina, tuan. Mina tadi ada urusan mendadak. Jadi dia menyuruh saya untuk memberikan berkas ini pada tuan,” jelas Xylia sejujur-jujurnya.

Dylan menopang dagu. ”Kenapa mau?”

“Bu-bukankah menolong orang itu perbuatan baik?” jawab Xylia sebisanya sembari menggaruk dagu yang tak gatal.

“Kau anak baru?”

“Saya sudah lama, tuan.”

Dylan tersenyum sekilas. “Keluarlah.”

“I-iya, saya permisi.” Xylia yang melihat senyum Dylan itu mendadak jadi salah tingkah. Wajahnya yang tampan membuat Xylia sedikit gemas. Karena malu, Xylia pun berlari.

Tapi ia melupakan sesuatu. Rok yang dipakainya saat ini terlalu sempit. Dengan tak sengaja ia terjatuh mencium lantai karena ulah rok nya.

“Aduh!” Xylia memegangi kakinya yang kesakitan.

“Kau kenapa?” Dylan langsung menghampiri Xylia.

“Saya sepertinya keseleo, tuan.” Xylia merintih kesakitan.

Dylan mengambil ponsel di sakunya dan menelfon seseorang.

“Cepat ke ruangan ku!” Telfon dimatikan sepihak oleh Dylan.

Beberapa detik setelah Dylan mematikan telfonnya, datang segerombolan pria berbaju hitam memenuhi ruangan Dylan yang cukup luas itu.

“Dimana bahayanya, tuan?” tanya salah satunya.

“Bawa dia kerumah sakit.”

Setelah mendengar ucapan Dylan, sebuah tandu datang di samping Xylia. Mereka pun langsung mengangkat Xylia. “Eh, apa ini?”

“Nona, kami akan membawa anda,” ucap orang itu dengan senyum nya yang paling ramah. Namun menurut Xylia, itu bukanlah senyum ramah, melainkan senyum jahat.

Mereka langsung pergi membawa Xylia keluar. “Tuan! Tolong saya!” teriak Xylia.

“Tenang saja! Mereka akan membawa mu ke rumah sakit!” balas Dylan.

Satu jam kemudian,

“Terimakasih atas bantuan kalian. Maaf saya jadi merepotkan kalian. Padahal hanya keseleo,” Xylia berusaha menunjukkan senyumnya.

“Semua pegawai tuan Dylan harus mendapatkan kenyamanan bekerja. Jadi nona tidak perlu khawatir lagi.”

“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Setelah membungkuk hormat, Xylia pun menutup gerbang dan berjalan sedikit cepat melewati halaman rumah orang tuanya. Ia takut jika ibunya melihatnya, dan jadi khawatir.

“Huh.. selamat!” Xylia menghela nafas lega saat ia sudah sampai di rumahnya.

“Kau sudah pulang?” tanya Lion yang sedang nonton tv di sofa.

“Iya, aku jatuh tadi di kantor.” Xylia membaringkan dirinya di samping Lion.

“Kau bukan jatuh, tapi keseleo. Kau sudah ke dokter 'kan?” tanya Lion.

‘Kenapa dia bisa tau kalau aku keseleo? Apakah sebenarnya dia adalah dokter sebelum dia amnesia?’ Xylia mulai curiga dengan Lion.

“Bukankah jatuh dan keseleo itu sama saja?” pikir Xylia.

“Terserah kau saja.” Lion berjalan ke dapur. Terlihat ia seperti mempersiapkan bahan masakan.

“Kau mau berbuat apa di sana?” tanya Xylia.

“Masak.”

‘Masak?! Hmm.. ini patut di curigai!’ batin Xylia.

Xylia berjalan pelan menuju meja makan. Ia sedikit melirik apa yang dilakukan Lion.

Caranya memotong bahan, itu sangat lah cepat, juga saat ia menabur bumbu ke dalam masakan itu terlihat seperti sudah biasa. Apakah sebenarnya Lion itu adalah Chef?

“Makanlah.” Lion memberikan sepiring nasi goreng untuk Xylia.

“Apakah masakan mu ini sudah tentu enak?” Xylia memancing Lion agar ia bisa mendapatkan petunjuk lebih detail. Bisa saja Lion akan teringat dengan masa lalunya jika ia terus memancingnya.

“Jika tidak suka, aku saja yang makan. Aku hanya memasakkan mu karena aku kasihan pada mu. Jika kau sudah sembuh, masak saja sendiri,” ucap Lion sembari mengunyah makanan di mulutnya.

“Ck, iya aku makan!” Xylia mulai melahap nasinya. Ia mengamati masakan Lion yang ada di mulutnya saat ini.

“Bagaimana? Enak?”

Xylia menatap tajam Lion. Bukan karena masakannya tak enak. Tapi masakan yang dibuat Lion ini bahkan lebih enak dari masakan nya sendiri.

Lama kelamaan Xylia tambah curiga. Benarkah Lion ini dulunya adalah Chef yang handal dalam memasak?

“Lumayan,” jawab Xylia yang masih mengunyah makanan.

“Eh, nanti malam kita pergi beli baju untukmu,” ucap Xylia.

“Kenapa tidak pakai punya mu saja?” goda Lion.

“Kalau kau ingin jadi wanita, silahkan saja pakai sepuasnya. Masalahnya, bajuku yang besar itu sedikit. Kalau kau yang pakai terus, tidak akan cukup,” jelas Xylia.

“Kalau aku jadi wanita, akankah kau akan memeluk ku dan menggenggam tanganku seperti orang lain dengan sahabat nya sendiri?”

Ucapan Lion lagi-lagi membuat Xylia berpikir. ‘Apa maksudnya ini? Dia ini mau dipeluk atau bagaimana?”

Pikiran Xylia harus bertambah karena adanya Lion di sisinya. Sikap Lion yang berubah-ubah membuatnya semakin bingung. Apakah Lion itu seorang Chef, atau anak tunggal yang terbuang tanpa kasih sayang seperti yang di buku-buku?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!