RAHASIA LUISA

Pelayan."

Ronald yang melihat pelayan melewatinya langsung memanggil pelayan tersebut dengan suara lantang.

"Ya pak Ronald, ada yang bisa kami bantu?"

"Siapa wanita yang baru saja keluar itu?"

Ronald mengatakan hal tersebut dengan menunjukkan tangannya kepada pintu keluar.

"Wanita itu bernama dokter Luisa pak, tunangan dari bapak Bramasta pemilik Brawijaya Corp."

"Terima kasih mbak."

"Sama - sama pak Ronald."

"Rico, kau lihat kan cara ku untuk bisa mendapatkan informasi dengan cepat?"

Dari dalam kursi roda, Ronald mengatakan hal tersebut kepada Rico asisten pribadinya.

"Ya mas Ronald, maafkan aku."

"Sudahlah, tidak perlu kau minta maaf, aku sudah lapar, ayo kita makan."

"Baik mas Ronald."

Rico pada akhirnya mendorong kembali kursi roda Ronald untuk menuju ruangan VVIP.

Sementara itu kini di dalam mobil terjadi keheningan antara Luisa dan juga Bramasta.

Ketegangan di dalam ruangan VVIP di dalam restoran, ternyata masih terasa hingga berada di dalam mobil.

"Mas Bram hati - hati."

Luisa yang telah sampai di apartemen mengatakan hal tersebut kepada Bramasta yang masih ada di dalam mobil.

Namun tidak ada balasan kata - kata apapun dari Bramasta untuk Luisa.

Dengan diam Bramasta menutup kembali kaca mobilnya dan langsung melajukan mobil tersebut dengan sangat kencang.

Di depan lobby apartemennya Luisa hanya bisa menatap mobil Bramasta dengan perasaan nanar.

"Mas Bram, maafkan aku, maafkan aku mas."

Dengan menatap mobil Bramasta yang semakin menjauh Luisa mengatakan hal tersebut dengan perlahan.

Dengan langkah gontai Luisa segera melangkahkan kakinya untuk menuju lift, namun belum sempat Luisa masuk ke dalam lift tiba - tiba saja ponselnya berbunyi.

"Ya bi, ah Jovan sakit, baiklah aku akan segera kesana, terima kasih bi untuk informasinya."

Setelah mengatakan hal tersebut melalui pembicaraan di ponsel, Luisa yang hendak masuk ke dalam lift segera berjalan dengan cepat menuju ke parkiran mobil apartemen.

Luisa masuk ke dalam mobil dan langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi keluar dari parkiran apartemen.

Sementara itu di restoran Jepang, setelah Ronald selesai makan siang.

"Mari mas Ronald."

Rico mengatakan hal tersebut sambil bersiap-siap untuk mendorong kursi roda Ronald, namun Ronald meminta untuk tetap disana dengan sentuhan tangannya pada pundak Rico.

"Ada apa mas Ronald?"

"Aku minta kau selidiki bapak Bramasta."

Rico langsung mengernyitkan dahi ketika Ronald memintanya untu melakukan hal itu.

"Untuk apa mas Ronald? kita sedang tidak ada persaingan bisnis dengan Brawijaya Corp."

"Ya aku tau  hubungan kita dengan Brawijaya Corp saat ini sedang sangat baik - baik saja, namun aku ingin mengetahui saja kehidupan pribadi laki - laki itu seperti apa."

Rico yang masih tidak paham dengan perintah dari Ronald kembali hanya terdiam saja.

"Ayolah Rico, terkadang kita tidak perlu mengetahui semuanya bukan untuk menjalankan perintah ku?"

"Aku hanya meminta mu untuk mencari tau segala informasi tentang Bramasta Ceo dari Brawijaya Corp itu, aku tidak meminta mu untuk membunuhnya bukan?"

"Iya mas Ronald, aku mengerti, aku hanya mencemaskan saja keadaan mas Ronald."

Rico mengatakan hal tersebut sambil memandang tajam ke arah Ronald.

"Ya aku tau Rico kau melakukan hal itu karena rasa cemas mu yang berlebihan, sudahlah aku baik - baik saja, kau tidak perlu khawatir."

Ronald mengatakan hal tersebut sambil menepuk - nepuk bahu Rico untuk lebih menenangkan nya lagi.

"Ayo Rico, kita harus segera kembali ke kantor."

"Ah baiklah mas Ronald."

Hari itu berakhir dengan Rico tidak bisa menolak permintaan dari Ronald.

Sementara itu menjelang sore hari mobil Luisa telah sampai di sebuah desa di provinsi Jawa Barat.

Mobil Luisa kini terparkir di depan satu rumah tua yang kondisi nya yang masih terawat.

Dengan cepat Luisa turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke dalam rumah tua tersebut.

"Mbak Ayu, dedek Jovan demam."

Satu wanita paruh baya mengatakan hal tersebut kepada Luisa.

"Iya bi, Ayu mengerti."

Dengan cepat Luisa masuk ke dal kamar Jovan dan nampak satu anak kecil sedang tertidur di atas kasur.

"Sayang, ini mama, sayang maafkan mama akhir - akhir ini mama jarang menjenguk mu."

Luisa mengatakan hal tersebut sambil memeluk pelan satu anak kecil laki - laki yang saat ini tertidur dengan lelap.

"Mbak, Jovan baru saja tertidur, seharian ini Jovan menangis, dan menyebut nama mbak Ayu."

Wanita paruh baya tersebut masuk ke dalam

Jovan sambil membawakan teh hangat untuk Luisa.

"Iya bi, maafkan Ayu ya bi, kegiatan Ayu akhir - akhir ini sangat padar sekali, jadi Ayu belum ada waktu untuk kemari."

"Iya mbak Ayu, bibi mengerti, ini teh nya mbak Ayu."

"Terima kasih bi."

Sama - sama mbak Ayu."

"Bi ada hal yang ingin Ayu tanyakan kepada bibi."

"Katakan saja mbak Ayu."

"Bi kenapa masih memanggil Luisa dengan sebutan nama Ayu? Ayu itu nama ibu Luisa."

Sang wanita paruh baya langsung tersenyum ketika mendapatkan pertanyaan tersebut dari Luisa.

"Ya mbak, karena wajah mbak Ayu sama persis dengan wajah ibu, begitu pun dengan semua perilaku mbak Ayu."

"Terima kasih bi atas kejujuran nya ini."

"Sama - sama mbak Ayu."

Dan setelah mengatakan hal tersebut sang wanita paruh baya tersebut segera keluar dari dalam kamar Jovan.

"Sayangnya mama, cepat sehat yah nak."

Luisa kembali mengatakan hal tersebut sambil menciumi pipi Jovan.

"Tuhan, maafkan aku yang masih belum berani mengungkapkan siapa sebenarnya Jovan di depan semua orang."

"Maafkan aku Tuhan yang sampai saat ini masih mengaku dengan status gadis, maafkan aku ya Tuhan."

Air mata Luisa mengalir dengan deras ketika di dalam permohonan doanya Luisa mengatakan semua hal tersebut.

"Mas Bramasta seandainya mas tau alasan ku yang sebenarnya, kenapa aku tidak pernah bisa memenuhi apa yang mas Bram mau, karena, karena sampai saat ini mas Bramasta tidak pernah tau bahwa status ku adalah wanita dengan satu orang anak tanpa pernikahan."

Sungguh sesak dada Luisa ketika dia berani mengatakan hal tersebut di depan putra kesayangannya Jovan.

"Aku terlalu malu untuk mengakui di depan umum untuk status ku yang sebenarnya, mungkin aku terlalu pengecut."

Luisa kembali menangis ketika dirinya mengingat harus menyembunyikan Jovan untuk sementara waktu.

Tidak ada satu media pun yang mengetahui keberadaan Jovan, bahkan Franda manager nya pun tidak pernah mengetahui rahasia besar ini.

"Mas Bram, aku berjanji suatu saat aku akan menceritakan semua kebenaran ini mas, bahwa aku bukan lagi seorang gadis, namun aku adalah ibu muda dengan satu orang anak, pasti mas apapun resikonya."

Luisa mengatakan hal tersebut sambil berusaha untuk menghapus setiap air matanya.

Terpopuler

Comments

etna winartha

etna winartha

mengakui kebenaran itu lebih cepet lebih baik

2023-06-26

0

Asri Angsela Melivina Potabuga

Asri Angsela Melivina Potabuga

dokter Lusia kykx kaya DECH,tp ankx tinggal d rmh tua

2022-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!