Mas Bram, aku berjanji suatu saat aku akan menceritakan semua kebenaran ini mas, bahwa aku bukan lagi seorang gadis, namun aku adalah ibu muda dengan satu orang anak, pasti mas apapun resikonya."
Luisa mengatakan hal tersebut sambil berusaha untuk menghapus setiap air matanya.
Hari itu pada akhirnya Luisa tidak kembali ke kota, Luisa memilih untuk menemani putra kecilnya Jovan dan juga mematikan semua ponselnya...
"Apa yang sedang kau pikirkan Bram?"
Menjelang malam Bramasta masih berada di dalam ruang kerjanya.
"Rendi, kau belum pulang?"
Rendi sahabat Bramasta yang kini sudah masuk ke dalam ruangan Bramasta langsung duduk di hadapan Bramasta.
"Belum, hari ini aku akan bersiap -siap besok ayah mu meminta aku untuk pekerjaan di luar kota."
"Ya, papa memang menginginkan mu untuk berada di kota Solo mengawasi pembangunan mall baru di sana."
"Ya, ya aku mengerti, Brawijaya Corp yang terkenal dengan perusahaan yang gemar membangun pusat perbelanjaan di Indonesia tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini bukan?"
Dengan tersenyum Bramasta menganggukkan kepalanya saat mendengarkan jawaban dari sahabatnya tersebut.
"Lalu kenapa kau masih berada disini Bram? apa kau ada masalah lagi dengan Luisa?"
"Jangan sok tau kau Ren."
"Aku bukan sok tau, tapi aku mengenal mu bukan hanya sehari bukan? kau akan selalu memilih ruang kerja mu ketika kau sedang galau, coba ceritakan barangkali aku bisa memberikan solusi untuk mu."
Bramasta yang melihat keseriusan dari wajah sang sahabat kini hanya bisa memandangnya dengan tajam.
"Aku ribut lagi dengan Luisa Ren."
Rendi langsung mengernyitkan dahi ketika mendengarkan perkataan Bramasta.
"Astaga apa lagi yang kau ributkan dengan Luisa, hubungan kalian itu sudah cukup lama, seharusnya kalian sudah bisa mengenal luar dan dalam dengan sangat baik."
"Ya kau benar, aku memang sudah mengenal luar Luisa dengan sangat baik, namun tidak dengan dalam Luisa."
Rendi langsung terdiam mencoba untuk mencerna pekerjaan Bramasta.
"Tunggu, kau sedang tidak menceritakan bahwa kau belum pernah bercinta dengan Luisa kan Bram?"
Bramasta terdiam, namun pada akhirnya dengan pelan menganggukkan kepalanya.
"Jadi selama ini kau belum pernah menyentuh Luisa."
Dengan berat hati Bramasta Kemabli menganggukkan kepalanya.
"Aku tidak pernah akan memaksa Luisa untuk melakukan hal itu Ren, aku akan menunggu dia."
Rendi yang mendengarkan jawaban Bramasta langsung tertawa dengan sangat nyaring.
"Hei kenapa kau tertawa Ren?"
"Bram, Bram kau ini sangat lucu, kita itu laki - laki dewasa, dan kita juga sudah berkomitmen untuk hati kita hanya pada satu wanita saja, dan aku tau sangat mencintai Luisa, apakah Luisa tidak bisa melihat itu dari mu? sehingga dia masih enggan melepas kesucian nya itu hanya untuk mu?"
"Entahlah Ren, mungkin Luisa adalah wanita penganut cerita malam pertama, jadi ya seperti ini jadinya, padahal aku sendiri sudah lama sekali tidak menganut cerita malam pertama seperti dirinya."
Mendengarkan perkataan Bramasta, kini Rendi hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Aku mengerti sumber masalah mu Bram."
"Ya kalau mengerti pun kau juga tidak bisa melakukan apa - apa kan?"
"Siapa bilang aku tidak bisa melakukan apa - apa?"
Rendi mengatakan hal tersebut sambil tersenyum penuh arti.
"Apa maksud mu Ren? kau sedang memikirkan cara yang aneh - aneh untuk ini kan?"
Bramasta kini mulai curiga dengan Rendi, karena bagaimana tidak Rendi adalah pecinta banyak wanita, sudah banyak sekali wanita yang Rendi berhasil taklukkan.
"Aku ada rencana untuk mu, kemarilah."
Rendi meminta Bramasta untuk mendekatkan diri ke arahnya dan langsung membisikkan banyak kata - kata.
"No Ren, sebagai laki - laki aku tidak akan melakukan cara seperti itu, bagaimanapun juga aku ingin melakukan hal itu dengan sadar bersama dengan Luisa.
"Hei siapa bilang kau tidak akan melakukan hal itu dengan sadar? kalian itu sadar saat melakukan itu semua."
"Namun perbedaan nya, kau membuat Luisa sedikit bergairah, sehingga mau tidak mau dia akan mengerahkan semuanya kepada mu, tanpa perlu kau paksa."
Bramasta hanya terdiam dengan perkataan Rendi, jauh di lubuk hati Bramasta yang paling dalam doa sangat mencintai Luisa dan dia ingin sekali untuk memeluknya dan berhubungan badan dengan Luisa sebelum mereka menikah.
"Aku masih belum tau Ren."
Di akhir pembicaraan Bramasta hanya mengatakan hal tersebut kepada Rendi.
"Baiklah semua terserah dengan mu Bram, tapi saran ku, kau akan membutuhkan waktu lama untuk hal ini jika hanya menunggu nya saja."
"Terkadang untuk mendapatkan sesuatu, kita itu perlu bertindak Bram, karena menunggu terus seperti ini akan membuat mu bosan dan pada akhirnya kau memilih untuk meninggalkan Luisa."
"Aku sangat tidak merekomendasikan mu untuk meninggalkan Luisa karena bosan."
"Kau harus tau di luar sana banyak laki - laki sukses yang sangat mengidolakan Luisa, bagaimana tidak mereka mengidolakan Luisa, dia gadis yang cantik, dokter psikiater dan juga seorang selebriti, sudah banyak progam talks show di televisi yang dia bawakan mendapatkan penghargaan."
"Dan untuk mengingat Luisa menjadi milik mu seutuhnya adalah dengan cara tadi aku sebutkan."
"Satu hal lagi, kau sedang tidak memaksa Luisa untuk melakukan hal itu, saat kau menyentuhnya kau akan tau apakah Luisa menyukainya, jika pada akhirnya Luisa tidak melakukan perlawanan berarti kau bisa melanjutkan semuanya dengan baik."
"Semua keputusan ada di dalam tangan mu Bram."
Selesai mengatakan hal tersebut Rendi pamit undur diri dari hadapan Bramasta.
Kini tinggal Bramasta di ruang kerjanya sendiri, hari yang semakin larut pada akhirnya membuat Bramasta mengambil satu keputusan besar di dalam hidupnya.
Bramasta mengambil ponselnya, dan mengetik beberapa pesan singkat untuk Luisa.
"Jangan salahkan aku jika anda akhirnya aku melakukan hal ini kepada mu Luisa, aku mencintaimu, dan aku tidak mau kau tinggalkan, jadi hanya dengan cara seperti ini lah aku bisa mendapatkan mu seutuhnya."
Bramasta mengatakan hal tersebut sambil membuka laci pertama di meja kerjanya tersebut.
"Aku akan menggunakan ini."
Satu botol obat kecil Bramasta keluarkan dari dalam laci, cukup lama Bramasta memandang botol kecil tersebut sampai pada akhirnya Bramasta yakin dengan apa yang akan dia lakukan nanti.
Sementara itu di lain tempat.
"Mas Ronald, ini semua informasi yang telah saya dapatkan dari CEO Bramasta Brawijaya."
"Terimakasih Rico."
Ronald yang masih berada di ruang kerja langsung menerima berkas yang telah di berikan oleh asisten pribadinya Rico.
"Dia sudah bertunangan selama satu tahun dengan dokter Luisa?"
"Ya mas, dokter Luisa adalah wanita yang pernah menabrak anda di restoran."
"Ya aku tau dan aku mengingat kejadian itu."
Setelah mengatakan hal tersebut Ronald kembali membaca berkas tersebut dan pandangan Ronald langsung berubah menjadi tajam ketika melihat artikel lama yang memuat tentang Bramasta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments