BERIKAN TUBUH MU!

Maafkan kami pak Bram jika kami menganggu anda dengan dokter Luisa."

Sang pelayan yang telah melihat kejadian tersebut langsung membungkukkan badan sambil mengatakan permintaan maafnya kepada Bramasta dan juga dokter Luisa...

"Its' oke, letakan saja semua makanan ini di atas meja."

Bramasta mengatakan hal tersebut kepada pelayan sambil mengajak dokter Luisa untuk kembali duduk dengan tenang di kursi.

"Terima kasih mbak."

"Sama - sama dokter Luisa, kami akan melayani anda sebaik mungkin, karena dokter Luisa dan juga pak Bramasta adalah salah satu pelanggan masakan di restoran kami ini."

Dokter Luisa kembali menganggukkan kepalanya dan membiarkan para pelayan pergi meninggalkan ruangan VVIP.

"Luisa, ayo makan, aku lapar sekali."

Bramasta mengatakan hal tersebut kepada dokter Luisa sambil mengambil sumpit untuk bersiap memakan sushi yang sudah ada di depannya.

"Iya mas Bram, terima kasih."

Dokter Luisa mengatakan hal tersebut karena Bramasta mengambilkan beberapa sushi dan menaruhnya tepat di depan dokter Luisa.

Hening seketika, ketika  Bramasta dan dokter Luisa sama - sama sedang menikmati makan siang mereka.

Sesekali dokter Luisa melirik ke arah tunangannya tersebut dan tetap menguyah sushi yang saat ini masih berada di dalam mulutnya.

"Mas Bram."

"Iya, ada apa Luisa?"

"Maaf Bram tidak marah kan kepada ku?"

Dokter Luisa mengatakan hal tersebut sambil menatap tajam ke arah Bramasta.

"Marah? untuk apa aku marah kepada mu Luisa?"

"Maafkan Luisa mas."

Kata - kata maaf yang pada akhirnya keluar dari dokter cantik tersebut.

"Untuk apa kau meminta maaf kepada ku?"

"Maafkan Luisa, karena sampai sekarang Luisa belum bisa memberikan hal itu kepada mas Bram."

Deg

Bramasta langsung meletakkan sumpit dan memandang tajam ke arah Luisa.

"Kau sadar juga akhirnya."

Dengan tersenyum sinis Bramasta mengatakan hal tersebut kepada dokter Luisa.

"Maafkan Luisa mas, Luisa belum siap untuk melakukan hal itu mas Bram."

Dan seketika itu juga Bram kembali tertawa dengan sinis ketika mendapatkan jawaban yang selalu sama keluar dari mulut dokter Luisa.

"Kau tau perkataan mu ini sudah merusak selera makan ku saja."

"Luisa, sebenarnya aku sudah tidak ingin membahas masalah ini, tapi baiklah karena kau sendiri yang mengingatkan aku, maka aku akan membahasnya sekarang juga."

Bramasta mengatakan hal tersebut dengan memandang tajam ke arah dokter Luisa.

Dengan berat Bramasta pada akhirnya menarik nafasnya dalam - dalam untuk mencoba mengatakan beberapa hal kepada dokter Luisa.

"Kau tau, aku adalah laki - laki normal, lima tahun kita pacaran, satu tahun kita sudah bertunangan, aku sama sekali belum pernah tidur dengan mu."

"Kau sendiri mengetahui, bahwa selama ini aku serius pada mu, aku selalu setia kepada mu, dan aku sangat menjanjikan kepada mu bahwa aku akan menikah dengan mu."

"Semua harta yang aku miliki kau juga tau, semua harta yang aku miliki akan aku serahkan kepada mu, kasih sayang ku, pengertian ku dan apapun yang kau minta aku akan selalu memenuhi nya dengan baik."

"Dan hanya satu hal yang aku minta dari mu Luisa, satu hal, dan kau sama sekali tidak bisa memenuhinya."

"Apa ini yang kau namakan kau mencintai aku? apa ini yang kau namakan bahwa kau tidak akan meninggalkan aku?"

"Malam pertama? masih percaya kau dengan hal - hal seperti itu? bagiku mau di lakukan sekarang atau nanti itu sama saja, karena kita akan melakukan dengan orang yang sama."

Bramasta mengatakan hal tersebut dengan berapi - api, dan dokter Luisa hanya bisa menundukkan wajahnya ketika mendengarkan apa yang telah di katakan oleh tunangan nya tersebut.

"Tapi mas, asal mas tau aku sangat mencintaimu mas."

"****! cinta kau bilang? hei kita ini sudah dewasa, laki - laki dan wanita menjalin cinta dewasa, bukan cinta remaja."

"Mana aku percaya dengan cinta mu itu Luisa, jika kau tidak bisa memberikan sesuatu hal yang kau anggap berharga itu kepada ku."

Dokter Luisa kembali hanya bisa menundukkan wajahnya ketika Bramasta mengatakan hal itu kepadanya.

"Maafkan Luisa mas."

"Sudahlah, habis kan makan siang mu, aku sudah tidak berselera lagi, nanti setelah selesai makan, akan aku antarkan kau pulang."

"Kau tau, untuk menemui mu seperti ini, aku harus membatalkan rapat penting yang bernilai milyaran rupiah dan sampai disini aku hanya mendapatkan ini!"

Dengan nada marah Bramasta mengatakan semua hal tersebut kepada dokter Luisa yang kini juga sudah meletakkan sumpitnya.

"Kenapa kau juga sudah tidak berselera makan?"

Dengan cepat dokter Luisa langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah ayo aku antarkan kau pulang."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Bramasta langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan VVIP tersebut tanpa memperdulikan lagi dokter Luisa yang masih duduk dan menatap kepergian nya.

Mas Bram, maafkan aku yang sampai saat ini tidak bisa memberikan apa yang kau minta, masalahnya bukan hanya sesederhana itu mas, rumit mas, sangat rumit, maafkan aku yang belum berani untuk menceritakan hal ini kepada mas Bram.

Di dalam duduknya dokter Luisa hanya bisa mengatakan hal tersebut di dalam hati saja, dan pada akhirnya dokter Luisa hanya bisa menarik nafasnya dalam - dalam dan beranjak dari tempat duduk mengikuti kepergian Bramasta.

"Ah maaf, maaf!"

Keluar dari pintu ruang VVIP dokter Luisa menabrak seorang laki - laki yang duduk di kursi roda.

"Maafkan saya pak, maafkan saya."

Dengan cepat Luisa langsung mengambil sapu tangan dari dalam tasnya dan langsung membersihkan kemeja laki - laki tersebut.

"Mas Ronald, anda baik - baik saja?"

Satu orang laki - laki berlari menghampiri laki - laki yang masih duduk di kursi roda tersebut.

"Aku baik - baik saja Rico."

"Ah syukurlah."

Dokter Luisa yang masih sibuk membersihkan kemeja laki - laki tersebut sampai tidak mendengarkan apa yang diucapkan Rico.

"Maaf mbak, terima kasih telah membantu atasan saya pak Ronald, tapi biarkan saja saya yang membersihkan ini."

Rico mengatakan hal tersebut sambil menepuk - nepuk bahu dokter Luisa.

"Ah ya mas, maafkan saya, tadi saya tidak sengaja."

Dokter Luisa kembali mengatakan hal tersebut sambil membungkukkan badannya.

"Its oke, semua orang pernah berbuat kesalahan, termasuk kesalahan kecil seperti ini."

"Terima kasih pak, saya izin permisi terlebih dahulu."

"Pergilah."

Dan setelah laki - laki tersebut mengatakan hal itu kepada dokter Luisa, dengan segera dokter Luisa bergegas meninggalkan pria tersebut.

Sang pria masih menatap tajam ke arah dokter Luisa yang kini punggungnya semakin menjauh.

"Siapa dia Rico?"

"Maaf mas Ronald saya kurang tau."

Dan Ronald yang tidak puas dengan jawaban Rico langsung mencari cara  untuk mengetahui siapa wanita yang baru saja di jumpai itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!