Kesibukan

hari yang mendebarkan dan menyibukkan setelah pertemuan pagi tadi. Umi gadis anggun itu menyusuri jalanan kampus dengan lunglai, pasalnya jam 3 siang Ia baru selesai dengan rentetan kegiatan kampus, hingga harus menumpang salat di mushola Fakultas, agar tidak terlambat untuk kelas berikutnya.

Belum lagi perut sudah mulai protes karena sejak pagi tak terisi apapun. Gadis itu melangkah tanpa menghiraukan sekelilingnya, dengan pikiran yang kacau, dan beberapa menit yang lalu Ia mendapat telepon untuk segera datang ke pesantren tempatnya mengajar.

Entahlah mana yang harus dipenuhi pikirnya, perut atau permintaan temannya.

Hingga saat Ia hampir sampai di gerbang utama kampus, tiba-tiba berhenti karena seseorang memanggilnya. Umi mengedarkan pandangan kesekeliling mencari siapa yang memanggil namanya tadi.

Terlihat seorang pria mendekatinya, ‘ah dia’ batinnya.

“mau pulang?” tanyanya basa-basi.

“iya” jawabnya sekenannya.

“tadi pagi saya chat, tapi tidak dibaca,” lapor pria itu.

“oh ya?, maaf soalnya nggak sempet ngecek hp dari tadi” kata Umi.

“ya udah saya pulang dulu ya” ujarnya menghindar.

“eh tunggu mba, saya mau makan mau bareng nggak kebetulan lagi nggak mau makan sendiri.” Ajaknya.

Umi Nampak terdiam, dia berfikir akankah mengiyakan ajakannya tau menolaknya saja. Pasalnya Ia niat untuk mencari makan sebelum pulang. Tapi tidak mengira jika harus berpapasan dengan pria itu.

Pov Umi.

Ah entahlah. Rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi. Kenapa harus berpapasan dengan Dia disaat-saat seperti ini.

“bagaimana mba? Mau?” tanyanya.

“mau makan apa emangnya?” tanyaku menimpali.

“mba maunya apa? Bakso?soto? atau ayam? Kalau nasi padang kan nggak suka”

Mati sajalah pikirku, kenapa seakan-akan memperhatikanku.

Flashback On.

Habib pria yang kukenal disemester 3, pria baik, kalem dan romantis menurutku. Dia tipe pria yang to the point, tidak mengizinkan basa-basi memasuki hidupnya.

Aku mengenalnya setelah sebelumnya dekat dengan kakaknya, itupun kita kenal di pesantren Al-Hikmah. Ya teman yang tadi menelefonku untuk segera datang ke pesantren, Rina dialah kakak dari Habib.

Semua berawal dari kekagumanku padanya, dan habib hanya menaggapi dengan sewajarnya, mengenalku sebagai teman kakaknya. Tapi lama kelamaan, sikap to the pointnya membuatku kurang suka.

Pasalnya tanpa basa-basi dia memintaku untuk menemui orang tuanya, dengan alasan tertarik denganku dan ingin memiliki.

Hal konyol menurutku, bukannya seharusnya dia dan orang tuanya yang menemuiku, atau minimal rika lah yang datang berbicara bukan malah aku yang diminta kerumahnya.

Jadi kesannya seperti akulah yang menginginkan dia. Hal itulah yang membuatku naik darah, dan sejak saat itu sebisa mungkin aku menghindarinya.

Flashback off

Tapi beginilah habib, dia yang pantang menyerah, selalu mengechatku saat akan tidur atau saat dia bangun. Kalau tidak direspon dia akan mendatangiku, bahkan terkadang memata-mataiku melalui kakaknya.

Jika aku ada jadwal mengajar malam, dia selalu ada di pesatren untuk menjemputku. Begitulah Habib, meski sudah berkali-kali kularang, berkali-kali juga ia menolak.

Seperti sekarang, aku sebenarnya melihat chatnya tadi pagi, hanya saja tak membuka beranda obrolan dengannya, dan sekarang ia datang menemuiku.

Kalau ada yang bilang tolak saja ajakannya, maka saat itu juga dia akan mencari topik lain untuk berbicara. Dalam keadaan tanpa tenaga seperti sekarang, aku tak mungkin menolaknya. Bisa-bisa pingsan ditempat karena terlambat makan.

“aku butuh nasi” jawabku sekenannya sambil berjalan melewatinya.

“oke ayam geprek kalau begitu” ujarnya sambil berjalan menjajariku.

“hmm” jawabku sekenanya.

Tak ada obrolan untuk beberapa saat, kulirik dia tengah mencoba mencari topic pembicaraan, aku cuek saja.

“besok kamu datang ke pengajian di pesantren kan” tanyanya.

“iya” jawabku.

“nanti aku jemput”

“nggak usah Bib, aku bisa berangkat sendiri” ujarku.

Diatersenyum, aku memandang keheranan. “Alhamdulillah” katanya.

“kenapa?” tanyaku

“kamu sudah mulai bicara formal sama Aku”

“apaan sih bib biasanya juga begini” aku mlengos. Biarlah dia mau berkomentar apa.

Beberapa menit kemudian kami sampai di rumah makan yang dituju. Sesampainya disana aku langsung masuk dan duduk karena Habib sudah langsung memesankan makanan dan minuman untukku.

“mas ayam gepreknya dua ya sambalnya yang original” pesannya.

“minumnya apa ?” Tanya mas gepreknya.

“teh hangat aja mas” katanya.

Kemudian diangguki oleh pemilik warung dan Habib berjalan kearahku kemudian duduk tepat didepanku.

Aku cuek saja, ini bukan pertama kalinya aku dengannya. Kami sudahh cukup mengenal setahun setengah ini, jadi bagi yang mengenalku atau dia mereka tak heran jika kami jalan berdua.

Ibu dan ayahnya Habib juga sering mengajakku jalan-jalan atau sekedar datang kerumahnya untuk makan, hal inilah pemicu ketertarikanku dengan habib dulu.

Tapi sekarang tidak lagi, hanya saja habib yang semakin menempel padaku. Hingga terkadang aku meminta rika untuk sedikit berbicara kepada adiknya untuk tidak menggangguku.

Tapi Habib tetaplah Habib, dan pada akhirnya aku sendrilah yang harus melapangkan dada, toh habib masih mengerti batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan.

“ini minumnya” kata pelayan rumah makan sembari meletakkan gelas berisi teh hangat didepanku dan Habib.

“mba bisa kasih es nggak tehnya” pintaku.

Habib mengalihkan pandangannya kearaku, kemudian berpindah ke pelayan disampingku “jangan mba, biar begitu saja” katanya.

Aku memajukan bibirku jengkel, dia tidak tahu apa aku kepanasan, capek ingin minum yang seger-seger.

Habib mengerti kekesalanku “nanti kau batuk Umi, sudah tahu nggak boleh minum es, nanti kalau tengah malam asmanya kambuh gimana? Kecuali kalau mau menikah denganku baru boleh minum es, kalau kambuh malam juga kan masih ada aku” katanya.

Kalian tahu apa yang paling mnyebalkan, dia mengatakan hal itu tidak dengan senyum apalagi ketawa. Bagaimana aku bisa menanggapinya kalau begitu, setidaknya kalau sambil bercanda aku bisa menepisnya dengan kata-kata ‘ah gombal’. Kalau begitu bagaimana aku mau menanggapi. Alhasil hanya diam no coment, menuruti semua apa katanya.

Dan lihat habib tersenyum puas karena aku tak bisa menanggapi, dasar. Tak lama makanan pesanan kami pun datang, aku segera berdoa dan melahapnnya yang terjadi adalah, perih. Perih sekali, perut seperti dipelintir sudah pasti maghku kambuh.

Habib melihatku meringis, kemudian melangkah pergi. Aku hanya menatapnya dan coba menetralkan perih yang kurasakan. Pelan-pelan kutelan makanan yang ada didepanku, dan rasa perih itu terus menyerang, tak biasanya separah ini.

Beberapa menit kemudian habib datang dan kembali duduk

“minum” katanya.

Aku menoleh kearahnya Ia menyodorkan obat magh dan minuman kemasan kearahku, tanpa menolak aku menerimanya kemudian menelan obat yang diberika Habib.

“lain kali kalau tau bakal seharian sibuk di kamous makan dulu, minimal roti supaya perutnya nggak kosong” omelnya dengan wajah serius.

“iya terima kasih Bib, maaf merepotkan” kataku memelas.

“sudah enakan?” tanyanya.

Aku mengangguk mengiyakan. Terlihat habib menghembuskan nafas “ya sudah makan, habis itu kuantar pulang”. Ujarnya menatapku.

“nggak u…”

“Umi, bisa tidak jangan selalu menolak” protesnya.

“iya” jawabku, aku tak ada kekuatan untuk mendebatnya kali ini, aku menunduk dan mencoba menghabiskan makanan didepanku. Begitu juga Habib yang mulai memakan makananya.

Hingga disinilah kami didepan gerbang kamar kosku, habib masih tetap diam dari tadi, aku pun tak tahu harus berkata apa. Jadilah tak ada percakapan sejak dia menegurku tadi, aku tahu dia kesal denganku meski begitu dia tetap menraktirku dan mengantarku pulang.

“masuklah, nanti mau ke pesantren jam berapa?” tanyanya

Aku menatap heran “kata kak rika”. Aku ber oh ria, sudah bisa ditebak.

“habis ashar kataku”

“pulang jam berapa?” tanyanya kemudian.

“lihat nanti?”

“okelah masuk, “ perintahnya.

Aku mengangguk dan melangkah meninggalkanya yang masih berdiri di depan gerbang masuk kos, aku berjalan setelah mengucapkan terima kasih untuk semuanya. Dia hanya mengangguk mengiyakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!