Perjalanan pulang terasa begitu lama bagi Ilham, meski begitu tak ada pembicaraan yang terdengar antara Dia dan bundanya.
Kekalutan semakin melanda, khawatir pertemuan kali ini tak membuahkan hasil yang baik. Sejak percakapannya dengan sang bunda sore itu, bundanya segera meminta ustadzah Mirna agar mencarikan calon istri yang sekiranya cocok untuk anaknya.
‘calon istri’ dua kata inilah yang terus terngiang beberapa waktu ini, bagaimana tidak hal yang seharusnya terasa mudah untuk orang lain, tapi bagi Ilham sangat menyesakkan.
Pasalnya semua tak berjalan sesuai dengan apa yang Ia harapkan. Berkenalan, cocok kemudian walimah.
Ternyata semua diluar dugaannya ada saja hal yang tidak cocok entah dari bundanya atau Ilham sendiri, belum lagi jika sang adik mengenal calon yang dikenalkan kepada kakaknya, sudah pasti informasi yang Hana sampaikan akan menggegerkan. Hanya Abinya yang sekedar memantau tak lupa selalu menyematkan nasehat diantara diamnya.
Sudah 2 kandidat yang dikenalkan oleh teman bundanya kepada Ilham, namun keraguan tetap selalu bersarang diotak dan hatinya.
Meskipun salat istikharah telah dijalankan, tapi Ia tak menemukan keyakinan dan petunjuk terbaik dari Allah. Hingga suatu ketika Abinya menyarankan agar Ilham mencari di Pesantren tempatnya mengajar, berharap disanalah jalan tempatnya menemukan sang permaisuri, tapi nihil.
Alhasil yang bisa dilakukan oleh Ilham hanya menunggu perkembangan perjodohannya dari Bundanya. Tapi entah mengapa dalam perjalanan pulang kali ini bundanya tak banyak membicarakan mengenai sosok yang Ia temui pagi ini. Hingga hal ini menumbuhkan kerisauan di dalam hatinya. ‘Mungkinkah bundanya sudah menyerah’ begitulah yang menggema dipikirannya saat ini.
Sampailah mereka dipelataran rumah, bundanya turun dari motor disusul oleh ilham setelah memarkirkan motornya digarasi.
“assalamualaikum” seru bunda ketika berada di depan pintu.
“waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab Abi dan Hana dari dalam rumah.
Bunda dan Ilham kemudian memasuki rumah disambut oleh abi dan adiknya. Setelah menyalimi abi, bunda duduk begitu juga dengan yang lain.
“bagaimana Bun? Dapat?” celetuk Hana
“sst Hana” tegurku sambil menatap tajam Hana.
“hehe maaf Bang, penasaran banget nih” jawabnya sambil cengegesan tanpa dosa.
Abi dan bundanya tersenyum melihat tingkah dua kakak beradik itu. Sudah menjadi tontonan apik disetiap harinya antara ketegangan Ilham dan kekonyolan Hana.
Bagaimana tidak, Ilham yang setiap harinya merasakan kekhawatiran yang luar biasa setelah gagalnya dua perjodohan sebelumnya, tapi Hana yang paling antusias atas segala hal. Dengan dalih “biar ada temen ngerumpi” hal ini membuat semua penghuni rumah geleng-geleng kepala.
“ada satu perempuan yang usadzah Mirna sarankan” bunda memecah ketegangan.
Ilham menatap bunda dengan rasa penasaran, pasalnya dengan diamnya bunda selama perjalanan pulang tadi membuatnya berfikir bahwa tak akan ada kemajuan pada pertemuan ini, tapi nyatanya ada.
“siapa Bun? Cantik nggak? Lihat dong.” Lagi si perusak suasana nimbrung. Sambil merangsek diantara Abi dan Bundanya.
“Hana” tegur Abinya dengan lembut.
“maaf Abi” ujar Hana dengan menunduk, tanda dia paham akan kesalahannya.
“tapi bukan anak asrama” lanjut Bunda sambil melempar pandang kepada Ilham.
“maksud Bunda?” Tanya Ilham tidak mengerti.
“ustadzah Mirna bilang, kalau yang satu ini Dia tidak tinggal di asrama, melainkan kos” jelas Bunda
Ilham mengerinyit. Bunda mengerti apa yang mengganjal di dalam pikiran anaknya, karena memang dari awal Ia meminta ustadzah Mirna untuk mencarikan santri yang mondok atau menetap di asrama.
Tapi nyatanya ustadzah Mirna malah mengenalkan santri yang tinggal di luar. Hal inilah yang membuat Ilham semakin ragu, bahkan Ia berfikir tak ada harapan sedikit pun yang bisa dijanjikan oleh dirinya.
“ tapi Dia sudah mengajar dari semester 2, kalau memang patokan kamu harus anak yang tinggal di asrama agar setidaknya dia sedikit mengamalkan agama, yang tinggal diluar pun bisa begitu Ham. Toh yang Bunda tau setelah ngobrol sebentar dengan gadis itu dia dulunya mesantren 6 tahun dari mulai lulus sekolah dasar,” jelas bunda dengan menatap tajam Ilham.
“jadi mau kenal atau tidak?” lanjut Bunda.
Ilham terdiam tanpa tahu harus berkomentar apa, karena yang Ia pikirkan saat ini mengenai prinsip. Jika sejak awal sudah berbeda dengan apa yang Ia inginkan bagaimana kedepannya nanti. Begitulah yang mengaduk-aduk pikirannya kali ini.
“di coba dulu Ham,kalau belum kenal bagaimana mau tahu? Abi sudah sering memintamu untuk sedikit berkonsekuensi dengan prinsipmu, toh yang sesuai prinsipmu nyatanya gagal semua. Kalaupun memang dia tidak paham agama dan Allah takdirkan menjadi jodohmu, yang harus kamu pikirkan bagaimana membimbingnya untuk menjadi isteri yang kamu inginkan. Bukankah begitu yang diajarkan oleh Nabi?” nasehat Abi.
Ilham menghembuskan nafas, menatap Bundanya dengan sendu, ‘akankah aku harus sedikit berkonsekuensi dengan prinsipku?’ begitu pikirnya. Ia merenung beberapa menit, hingga 3 orang di depannya masih terdiam dan saling menatap.
“siapa namanya Bunda,” tanyanya kemudian.
"Fitri," jawab Bunda.
“Bunda sudah bertemu dengannya?”
“sudah” jawab Bunda singkat. Bunda ingin melihat antusias Ilham mengenai gadis ini.
“bagaimana keluarganya?’ kali ini Abi yang bertanya.
“dia yatim Bi, dua bersaudara sekarang ini Ibunya tinggal bersama kakak dan menantunya.” Begitu jawab Bunda.
Terlihat Ilham menegakkan duduknya, Ia mulai tertarik dengan kelanjutan cerita Bundanya. Bunda melihat itu sambil tersenyum.
“mana fotonya Bun?” Tanya Hana
Kemudian bunda mulai mengotak-atik ponselnya untuk meunjukkan hasil jepretannya kepada Hana, saat sudah menemukannya Bunda menyerahkan ponsel yang ada pada genggamannya kepada Hana, hana pun menerimanya dengan antusias yang kemudian menatap lekat layar ponsel digenggamanya.
Abi terlihat penasaran dan sedikit mencondongkan wajahnya mengintip layar ponsel yang sedang ditatap oleh Hana.
“orang jawa ya Bun?” Tanya Hana.
“iya,” kata Bunda.
“jawa Bun?” Tanya ilham memastikan.
“iya Ilham, anaknya ramah dan baik, sayangnya waktu foto tidak mau lepas masker.” Jelas Bunda.
“mau lihat Bang?” Tanya Hana, ilham menggeleng. Hal itu membuat yang lainya keheranan.
“ilham istikharah dengan namanya saja Abi,Bunda. Tidak apa kan?” katanya.
Abi dan Bundanya hanya mengangguk tanda mengiyakan. Kemudian suasana hening dengan hana yang masih menatap lekat jepretan di handphone itu.
Tak berselang lama terdengar dering ponsel disaku celana Ilham, ia pun mengangkat kemudian berbicara dengan orang di sebrang.
“em Abi Ilham mau ke pesatren dulu, mau mengadakan pengajian jadi ada hal yang harus dilakukan,” izinnya
“pergilah Abi dan Bunda tunggu jawabannya satu minggu lagi kita tunggu jawaban istikarah kamu Ham, jadi jangan menunda-nunda”. Kata Abi menegaskan.
Ilham terdiam. “baik abi, in syaa Allah ilham akan segera beri jawaban” Jawabnya.
Kemudian Ia beranjak berpamitan dengan kedua orang tuanya, lalu melangkan pergi meninggalkan rumah.
Bunda menghela nafas panjang “bagaimana jika kali ini tidak berjodoh lagi Bi?” Tanya Bunda.
Abi memalingkan wajah kepada istrinya “kita harus ikhtiyar lagi” jawab Abi.
“hana sepertinya kenal perempuan ini” ujar hana memecah keheningan, hal ini membuat kedua orang tuanya menatapnya penasaran.
“ bunda ingat tidak yang hana pernah marah-marah gara-gara ustadzah hana di mahad pulang kampung tanpa pemberitahuan, yang akhirnya kita satu kelas luntang lantung kesana kemari ganti-ganti ustadzah?”
“ingat, terus kenapa?” Tanya Bunda penasaran.
“dia ustadzah yang bikin kalian lontang-lantung?” kali ini Abi yang nyeletuk.
“buka Bi, nah setelah luntang-lantung kesana kemari, ustadzah mirna terus nyuruh satu ustadzah yang muridnya nggak pernah masuk untuk ngajarin kita, walaupun cuman seminggu sih sama ustadzah itu tapi aku paham kok sama bentuk wajahnya, tapi namanya buka Fitri.” Jelasnya.
"siapapun itu tetap diam saja, jangan beritahu apapun kepada Abangmu, karena Kamu juga belum tahu pasti mereka orang yang sama atau tidak. biar kali ini dia yang harus focus dengan pilihannya.” Ujar Abi.
Bunda dan hana mengangguk tanda menggerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments