Ku pilih dia yang sederhana, namun mampu menjadikanku terasa istimewa. Dengan tujuan ada canda tawa dan sedikit duka bersama menuju Jannah-Nya.
***
Ismail sedang larut dalam lamunannya, bayangan tujuh tahun yang lalu kembali terkenang. Peristiwa indah penuh drama dan sedikit menegangkan saat awal mula melamar Zaskia untuk di jadikan istri.
Di depan kampus, Ismail menanti kedatangan Zaskia setelah mengabarinya melalui pesan singkat menggunakan ponsel kecil pada jamannya.
Setelah melihat kedatangan Zaskia, segera Ismail menghampiri dan memberikan sebuah kotak kecil yang terbungkus dengan pita kecil di atasnya.
"Apa ini?" tanya Zaskia sembari mengerutkan kening saat melihat kotak kecil itu.
"Buka lah. Ini hadiah kejutan untukmu yang sudah lama mau ku berikan tapi nggak sempat karena banyak tugas yang mengganggu." jelas Ismail dengan tersenyum kaku.
"Aku buka, ya?" Zaskia bertanya dengan gugup.
"Silahkan," Ismail menatap penuh harap pada Zaskia. Dan Zaskia pun segera membuka kotak kecil tersebut.
"Astaga, ini ... " Zaskia menganga namun tertutup oleh telapak tangannya sendiri. Raut wajahnya seketika merona dan hatinya merasa sedikit gugup bercampur bahagia. Sebuah cincin emas dengan satu permata di atasnya sedangkan di dalamnya ada tulisan nama Zaskia.
"Kia, apa kamu mau menikah denganku? Berbagi suka dan duka serta berjalan bersamaku hingga maut memisahkan?" Ismail memegang tangan Zaskia, lalu berlutut di hadapannya persis seperti drama-drama romantis yang sering di tonton Zaskia. Bertambahlah kadar bahagia dalam hatinya karena mendapatkan perlakuan romantis seperti itu.
Karena rasa gengsi dan ego yang sedikit tinggi, Kia merasa bahwa terlalu mudah untuknya setuju begitu saja. Akhirnya Kia menanyakan banyak pertanyaan terlebih dahulu sebelum menjawab lamaran tersebut.
"Sebelum aku menjawab, aku ingin memberikan pertanyaan. Kamu cuma perlu menjawab dengan mengangguk dan menggeleng." ujar Kia dan di balas anggukkan oleh Ismail
"Apa kamu serius denganku?" tanya Kia dan jawab dengan anggukkan oleh Ismail.
"Apa kamu tidak ragu ingin menikah denganku?" tanya lagi Kia dan Ismail juga mengangguk.
"Apa tidak ada seorang pun selain aku yang kamu suka?" pertanyaan terakhir dari Kia. Ismail memberi jeda beberapa detik, lalu kemudian menggeleng tapi segera di ganti dengan anggukkan.
"Aku serius ingin menikah denganmu. Aku ikhlas ingin menikahimu. Dan hanya kamu wanita yang akan ku jadikan istri." kata Ismail dengan lantang.
"Tapi kenapa pertanyaan akhir kamu seperti ragu-ragu untuk menjawab?" tantang Kia hingga Ismail mengusap wajahnya pelan. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Sebelumnya aku belum yakin. Tapi sekarang aku sadar, hanya kamu yang akan menerimaku dengan tulus. Dulu aku bodoh, karena nggak bisa melihat kamu yang begitu menyayangiku." jelas Ismail membuat Kia senyum tertahan. Namun tidak semudah itu dia akan menerima Ismail langsung.
"Kamu melamarku bukan karena di tolak orang, 'kan? Siapa tau, aku ini hanya pelarian." Zaskia berkata lirih.
Ismail menghela nafas dengan berat kemudian menggenggam tangan Kia, menatapnya lamat-lamat. Kemudian tangan itu beralih segera menangkup wajah cantik Kia. Menatap mata Kia dengan menyalurkan rasa cinta.
"Kia, maafkan aku yang dulu nggak menghargai perasaanmu. Aku sudah berubah, Kia. Aku benar-benar menyayangimu." Jelas Ismail dengan wajah menyesal.
Kia tersenyum, kemudian memegang tangan Ismail yang masih menempel di bingkai wajahnya. Kia balas menatap Ismail dengan perasaan bahagia, perasaan haru. Lelaki yang pernah menolaknya, sekarang malah melamarnya.
"Hei, kenapa jadi melow gini sih suasananya." canda Kia dengan terkekeh dan setitik air mata menetes.
"Ah, itu .. aku .. " Ismail bingung akan menjawab apa hingga menggaruk pelan belakang kepalanya.
"Sudahlah. Aku akan menerima lamaranmu. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untukmu. I love you, Ismail. Dan terima kasih sudah membalas perasaanku." Zaskia pun langsung menyematkan cincin tadi ke jari manisnya sendiri lalu mengangkat tangannya ke depan wajah menatap jari yang sudah tersemat cincin itu.
"Indahnya, terima kasih, Ismail." Zaskia segera memeluk tubuh Ismail menyalurkan rasa bahagianya.
Seketika lamunan itu membuyar saat Zayn memegang tangannya. Menatap Papanya sedang melamun adalah hal yang tidak di sukai Zayn. Sebab karena melamun, Zayn berbicara tidak akan di hiraukan. Sekarang mereka sedang duduk di meja makan sambil makan es krim yang sudah mereka pesan secara online.
"Papa, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Ismail langsung menatap wajah anaknya.
"Boleh, Sayang. Mau tanya apa sama Papa, hem?" di elusnya helaian rambut yang menutup kening anak laki-lakinya itu.
"Kenapa Mama nggak pernah menepati janjinya sama Zayn?" keluh Zayn dengan wajah sedih.
"Kan Mama lagi sibuk, Sayang." sahut Ismail dengan lembut.
"Memangnya Mama sibuk apa sekarang, Pa?" tanya Zayn polos yang padahal dirinya tidak mengerti tentang urusan pekerjaan.
"Mama lagi memperbaiki kesalahan yang sudah Papa buat." ucap Ismail lirih.
"Memangnya Papa bisa membuat kesalahan?" pertanyaan polos itu keluar lagi dari mulut Zayn. Ismail menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan anaknya itu.
"Zayn, manusia itu memang dasarnya selalu melakukan kesalahan. Sudah, habiskan es krim mu. Setelah ini kita tidur." titah Ismail karena jam di tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Zayn mengangguk segera menghabiskan es krimnya kemudian pergi ke kamar dan tidur sesuai perintah Papanya.
Drrttt ... Drrrtt .. Ponsel Ismail berdering, segera di lihatnya siapa yang menelepon malam-malam begini. Tertera nama Hakim di layar ponselnya, Ismail pun segera menjawab panggilan tersebut.
"Halo, Ismail. Maaf mengganggu malam-malam begini." suara Hakim di seberang sana.
"Iyaa, nggak apa-apa. Ada hal penting apa yang mau kamu sampaikan?" tanya Ismail tanpa basa-basi.
"Aku baru habis dari pengadilan tadi. Aku ada beberapa dokumen yang sudah selesai ku persiapkan sesuai dengan permintaanmu. Aku mau meminta tanda tanganmu agar bisa di tindak lebih lanjut sesuai keinginanmu." ujar Hakim.
"Baik, besok kita ketemuan di cafe dekat perusahaan." Ismail menyambut setelah itu langsung memutuskan panggilan tersebut.
***
Sementara itu di perusahaan, karyawan benar-benar bekerja lembur. Tidak satupun dari mereka untuk menolak. Namun melihat waktu yang sudah hampir singgah di tengah malam, mau tidak mau Riska memberanikan diri mengetuk pintu kaca yang khusus untuk di huni seorang CEO di sana.
"Masuk!" suara wanita itu terdengar nyaring, membuat Riska menelan sisa-sisa saliva di ujung tenggorokannya. Riska pun masuk dengan tas selempang yang sudah menenteng di bahunya.
"Maaf, Bu Kia. Boleh kah saya minta ijin pulang sekarang?" tanya Riska dengan hati-hati.
Zaskia pun langsung menghentikan aktivitasnya, menatap tajam ke arah Riska. "Kamu mau pulang? Kamu lupa kalau kita harus lembur dan menyelesaikan proposal. Kalau belum selesai, berarti belum boleh pulang!" bentak Kia dengan menggerebek meja hingga Riska terhentak terkejut.
"Maaf, Ibu Kia. Tapi Ibu saya sendirian di rumah." kata Riska.
"Terus, apa peduliku kalau Ibumu sendirian di rumah?" sahut Kia masa bodoh.
"Ibu saya sakit sebulanan ini, Bu Kia. Nggak ada orang di rumah sekarang. Kalau saya nggak pulang, siapa yang mengurusnya. Saya khawatir, mungkin sekarang Ibu saya belum makan." jelas Riska berharap Kia memberi ijin untuk pulang.
"Ini sudah tengah malam. Palingan juga Ibumu sudah tidur. Kalau belum, telpon saja tetanggamu, minta bantuan sama mereka." titah Kia tanpa melihat ke arah Riska sama sekali. Dia sedang dalam mode pekerja keras.
"Tapi, Bu Kia ... " Riska ingin memohon kembali, namun di urungkan niatnya itu saat melihat Kia menatap tajam tak terima bantahan. Riska pun kembali bekerja dengan berat hati. Matanya mengembun, ingin rasanya berhenti saat ini juga dari pekerjaan itu, namun apa daya saat keadaan begitu memaksa untuk tetap bertahan guna menyambung hidup untuknya dan Ibunya yang merupakan satu-satunya keluarga yang dia punya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
betul betul zaskia g punya hati memperlakukan karyawannya kerja paksa sampai riska g bisa menengok ibunya yg sakit, pada hal waktu sudah menunjukan tengah malam
2022-08-15
7