Ketemu Bestie

Pagi pkl. 07:50 Arna sudah berada di kantor, ia menyempatkan duduk di kursi bar bersama iwan.

"Mungkin puncak tertinggi kebahagiaan bagi ibu adalah punya mantu dan cucu. Hmm kalau itu harapan besar ibu Aku akan mencoba menata hati agar siap, mau atau tidak mau aku harus bisa karena orientasiku adalah membahagiakan Ibu" Tutur Arna pada iwan setelah menceritakan perihal perkataan ibu saat makan malam.

"Tapi masalahnya akan dengan siapa aku menikah? Secara belum ada yang tertarik, lagipula Aku gak menaruh rasa suka dan harapan pada seorang laki-laki karena soal pacaran Aku udah khilaf, kalau menikah Aku belum benar-benar siap." Sambung Arna dengan ekspresi bingung sambil menopang dagunya.

Iwan hanya diam mendengar apa yang dicurahkan oleh Arna dengan bibir kaku. Terbersit dalam benak iwan, jika Arna tidak berniat memiliki pacar ia bisa saja menjadi pendamping seumur hidup Arna dengan menikah. Namun persoalan pokoknya bekal financial nya belum mencukupi untuk ke jenjang pernikahan apalagi untuk berumah tangga. Ia hanya lelaki sederhana dari keluarga sederhana, gajinya selama bekerja sebagai barista tidak lebih dari 4 jutaan perbulan yang itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari kebutuhan perut, pakaian, bayar kontrakan, cicilan sampai tagihan.

Andai saja Arna mencurahkan dari tahun-tahun sebelumnya iwan akan menabung sebanyak-banyaknya dan tahun ini seharusnya sudah lebih dari cukup. Tapi tidak mungkin itu hanya andaian saja.

Arna melambaikan telapak tangannya didepan mata iwan yang hanya duduk terdiam melamun, iwan pun tersadar dari lamunannya.

"Ngelamun apa?" Tanya Arna.

"Eh bukan apa-apa"

"Kamu serius mendengar curhatanku? Atau kamu bosan ya"

"Eh bukan begitu" Iwan sedari tadi menjawab singkat.

Arna menyentuh kening iwan dengan telapaknya untuk memastikan apakah iwan normal atau kurang fit melalui suhu panas tidaknya dahi iwan. Hati iwan bergetar seperti tetesan embun menyentuh relung hatinya oleh tangan lembut itu. Iwan melebar bola matanya sedangkan Arna hanya menatap heran.

"Kamu normal kok. Sebenarnya kenapa sih? Bilang saja kalau kamu memang bosan kalau terus-terusan ada aku" Ketus Arna.

"Bukan bukan"

"Begini.. Kalau kakak dipinang oleh laki-laki miskin apakah kakak mau?" Iwan memulai pertanyaan untuk memastikan penilaian Arna.

"Tidak apa-apa sih, pernikahan tidak selalu diukur dengan status sosial semata. Tapi untuk menikah juga memerlukan modal berupa materi termasuk berumah tangga juga harus membawa bekal financial untuk keberlangsungan hidup, bukan melulu soal cinta saja karena anak istri tidak selamanya kenyang dengan modal cinta."

Mendengar keterangan Arna, iwan mengedip-kedipkan matanya sambil menelan ludah. Iwan bertambah bingung dengan jawaban cerdas wanita dihadapannya ini.

"Kalau financial belum mencukupi alias pas-pasan tapi nekat menikah dan setelah menikah dia akan berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk membahagiakan istri dan anaknya. Apa kakak tetap mau?"

"Kalau itu Aku mau selagi dia bersungguh-sungguh dalam usahanya." Jawab Arna santai

Iwan pun membuang nafas pelan merasa lega. Ia ingin mengutarakan maksud menikahi Arna dengan modal pas-pasan. Padahal kemarin sore niatnya adalah mengutarakan ingin menjadikan Arna sebagai pacarnya, kini ia alihkan harapan menjadikan Arna sebagai istrinya.

Belum sempat iwan membuka suara, tiba-tiba Arna berdiri menengok jam tangannya.

"Aku ke ruang kantor dulu. Bentar lagi bos akan tiba." Ucap Arna sambil melangkahkan kakinya.

Iwan memaklumi kesibukan Arna dan ia legowo dengan ketidaksempatnya mengungkapkan karena dirinya tipikal pemalu dan canggung apalagi perihal perasaan. Ia akan bertekad mengungkapkan diwaktu yang tepat.

Siang pkl. 15:00 waktunya pulang, waktu Arna kembali bersantai dimana saja ia pergi. Untung hari ini adalah hari yang longgar tidak sibuk dengan kepadatan pekerjaan seperti kemarin-kemarin. Arna ingin berjumpa dengan sahabat-sahabatnya, lilis dan elsa. Sahabat seperjuangan saat ia masih menduduki bangku SMA. Arna mencoba menghubungi nomor Elsa, panggilan pertama tidak diangkat. Iapun mencoba kedua kalinya akhirnya berdering tanda telah terhubung.

"Halo Elsa."

"Halo bestie.. Ini Arna ya"

"Iya bestie kamu, Arna haha."

"Gitu dong sempetin nelepon, kemarin-kemarin kamu gak aktif WA, IG juga jarang update story. Aku mau telepon duluan tapi takut ganggu kesibukan kamu."

"Maaf ya.. Aku terlalu fokus dengan pekerjaan karena lembur. Kalau diganggu sih gak apa-apa lagian aku sering angkat telepon kantor yang paling menganggu ketimbang kamu telepon aku." Balas Arna setengah meledek.

"Haha.. Oh iya kebetulan aku mau ngundang kamu ke acara makan-makan bersama Lilis. Kangen banget ketemu lagi kek reunian gitu"

"Acaranya dimana?" Tanya Arna

"Aku masih mencari tempat yang pas. Hmm dimana ya?"

Ide Arna mulai cemerlang tempat yang pas adalah kafe mas udin, segera ia menawarkan pada Elsa.

"Gimana kalau di kafe pas buat mood, aku tau tempatnya."

"Kamu yakin?" Tanya Elsa dari balik telepon.

"Iya bestie. Oke aku jemput ya tepat jam lima sore" Tutup Arna.

Jam yang disebut Arna tadi telah menunjuki waktunya, Arna sudah lebih dahulu menumpangi taksi menetapi janjinya menjemput kedua sahabatnya. Saat tiba dirumah Elsa, taksi berhenti tepat dipinggir. Arna melihat Elsa sudah bersama Lilis, mereka berpakaian rapi dan modis. Elsa mengenakan baju hijau terang berlengan pendek dan celana jeans abu-abu sedangkan rambut cantiknya yang ikal diikat seperti kuncir kuda. Sementara Lilis memakai kemeja pink, celana jeans putih dan hijab pasmina yang senada dengan kemejanya. Mereka pun keluar dari pagar bergegas masuk kedalam taksi yang ditumpangi oleh Arna.

Mereka berencana kencan di kafe mas udin atas saran Arna karena menurutnya kafe mas udin membuat mood lebih terhibur dan mengusir galau dan lelah. Tibalah mereka di kafe dan beranjak masuk setelah membayar ongkos taksi.

Lilis dan Elsa melongo terpesona memandang-mandang isi didalam kafe klasik yang sederhana namun penuh keindahan itu.

"Kita duduk disana yuk" Ajak Lilis

Mereka duduk ditepi dekat dengan dinding. Pelayanan kafe menghampiri mereka dan membawa lembaran menu sajian. Pertama yang memegang adalah Arna.

"Saya pesan.. Brownies red velvet dan pop Ice chocolate satu" Ujar Arna seraya mengalihkan menu sajian ke Lilis.

"Saya burger spesial dan jus mangga"

"Taro milk dan mie pastel" Giliran Elsa memilih.

Sementara pelayan kafe mencatat masing-masing pesanan di secarik keras.

"Arna, gimana kabar kamu seharian?" Lilis membuka percakapan dengan menanyakan kabar Arna.

"Baik lis, tapi kemarin duh sial" Jawab Arna menggeleng kepala.

"Sial kenapa" Timpal Elsa.

Arna pun menceritakan kejadian di kantor kemarin ia lupa melepas helm dan membawa masuk kedalam ruang rapat.

"Hahahaha" Elsa dan Lilis tertawa geli mendengarnya.

Mereka sahabat yang se-frekuensi, periang dan humble. Tak sungkan berbagi cerita, susah senangnya sahabat mereka bersedia hadir menjadi pendengar setia. Mereka berbincang sejenak sembari menunggu pesanan maka muncullah pramusaji membawa nampan. Pengunjung lain pun berdatangan terlebih lagi mas udin baru saja masuk ke kafe. Ketiga sahabat itu mulai menyantap sajian

"Lis gimana kabar kamu?" Arna bertanya pada lilis

"Baik banget bestie. Aku mau ngasih tau sesuatu'

" Apa itu?" Sambung Elsa sambil menggulung mie pastanya dengan karpu.

"Bulan kedepannya aku akan menikah" Tutur Lilis

Elsa dan Arna terkejut histeris sahabatnya yang satu ini memberi tahu kabar bahagia sukses membuat mereka memeluk erat Lilis.

"Ya ampun bestie... Kapan lamarannya? Kok gak ngabarin sih.. Hikss" Seloroh Elsa histeris

"Minggu lalu, aku sengaja rahasiakan aku akan beritahu kalau kita sudah ketemuan lagi. Lagian acara lamaranku sederhana dan hanya dihadiri pihak keluarga" Lilis menjelaskan.

Mendengar kabar bahagia dari sahabatnya yang akan melangsungkan pernikahan, hati Arna turut merasakan bahagia.

"Semoga lancar sampai hari H-nya bestie." Ucap Arna bahagia.

"Aamiin" Sambung Lilis dan Elsa bersamaan.

Arna hendak ke dapur kafe ingin meminum air mineral karena walaupun telah disajikan minuman segar tetap saja tenggorokannya kering dan merasa tidak nyaman sementara bibirnya pucat.

Dengan langkah lunglai tiba-tiba Arna terkapar pingsan. Orang-orang yang berada didalam kafe spontan berdiri panik, kedua sahabat Arna dan mas udin menghampiri Arna.

Terpopuler

Comments

diana ruustika

diana ruustika

ad apa

2023-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!