Bukan Jodoh Pilihan

Bukan Jodoh Pilihan

Tumpukan Kertas

Pagi yang tadi sejuk mulai cerah dengan mentari yang naik hendak menyinari bumi dari balik awan. Mesin waktu menunjuki pukul 07:53 waktu yang tidak lain adalah aktivitas maupun rutinitas akan dilakukan terlebih lagi beranjak pergi mengais nafkah.

"Brukkk.. " Terdengar suara sesuatu berjatuhan dibawah lantai.

Terlihat Arna tengah berjongkok memungut kembali kertas-kertas dan portofolio yang berhamburan dilantai dengan raut wajah seperti seseorang mengkhawatirkan sesuatu. Setelah semua terpungut ia lalu berdiri dan berlari kecil menghampiri wanita paruh baya yang sedang berjemur pakaian.

"Bu aku berangkat dulu ya" Ucap Arna sambil memegang tangan ibunya dan menciumnya.

"Oh iya hati-hati ya" Senyum bu Asma dengan nada lembut.

Setelah menjawab dan mengucap salam, Arna berjalan dengan langkah gontai sambil merapikan kertas dan portofolio yang teraca-acak.

"Arna"

Panggilan setengah teriak itu membuat Arna menghentikan langkah kakinya dan membalikkan badannya.

"Tasnya mana? Apa gak berat bopong tumpukan sebanyak itu?" Tanya bu Asma heran

"Pengennya pakai tas, udah aku masukin ini ke dalamnya eh malah putus" Jelas Arna dengan nada memelas manja

"Haha yaudah nanti ibu permak"

"Makasih ya bu, i love you"

Sambil menengok jam tangannya Pkl. 08:10 Arna berkata "bu aku sebenarnya mau ke rumah mas udin dulu, ambil tas aku yang dia pinjam bulan lalu"

"Oh iya yang penting hati-hati" Sahut bu Asma

Perjalanan dari rumah dari sudut kota sudah lumayan jauh, Arna mulai tampakkan kelelahan namun tetap melangkah karena rumah mas udin hampir dekat.

Puluhan kendaraan umum menawarkan jasanya, sebenarnya Arna bisa sana menumpangi salah satunya agar lebih cepat sampai di kantor. Tapi tujuan utamanya ke rumah mas udin terlebih dahulu tepatnya di ruko samping toko kelontong milik pria paruh baya keturunan Chinese. Namanya pak chow, tetangga baik mas udin mereka saling berbagi sesuatu dan akrab layaknya keluarga karena mereka hidup sendiri dalam satu ruko yang terpisah.

Pagi yang tadi cerah dengan udara sejuk mulai menebar suhu panas oleh terik matahari. Arna berjalan dan berlari kecil di trotoar. Dari jarak 8 meter dilihatnya mas udin tengah membersihkan vespa birunya dengan kain lap dan memakai helm coklat gelap kesayangannya. Sepertinya bersiap-siap beranjak pergi kemana.

"Eh mas udin" Sapa Arna dan berhenti tepat di hadapan mas udin.

"Dik, gak ke kantor?" Tanya mas udin sambil memegang jok dan stang vespanya.

"Ini buru-buru ke kantor, tapi aku kesini dulu mau ambil kembali tas aku yang mas pinjam bulan lalu. Ada ya?" Kata Arna seraya meletakkan tumpukan di atas jok vespa.

"Oh ada ini, kebetulan mas mau kembalikan" Sahut mas udin sambil melepas tas yang ia kenakan dan menyerahkannya pada Arna.

Arna memasukkan ke dalam tas semua tumpukan tersebut dan mengenakannya diatas pundak.

"Gimana kalau mas saja yang anterin ke kantor? Kalau mencari kendaraan umum yang pas kemungkinan lama nunggunya." Tawar mas udin.

"Oke, yuk berangkat! " Seru Arna bergegas naik.

Jalanan mulai padat kendaraan, pejalan kaki dan para PKL. Tentulah kepadatan itu menebar polusi dimana-mana. Jika ditambah dengan terik matahari yang semakin membakar pastinya tubuh mulai gerah dan mengeluarkan bau keringat. Arna selalu mengolesi ketiaknya dengan deodorant anti keringat dan memercikkan bajunya dengan parfume sehingga ia tampak masih fresh.

Tentang Arna, nama lengkapnya adalah Dwi Arna Handoko. Tipikal wanita periang, humble, netralitas dan tidak cengeng. Karena suka menebar energi positif Arna disenangi orang-orang sekitarnya. Berkulit bersih, tubuh ideal tidak kurus tidak gemuk, tidak pendek dan tidak terlalu tinggi. Karena ideal tubuhnya membuatnya cocok mengenakan pakaian apa saja sehingga tampil stylish. Bahkan Arna tak menyukai wajah dengan riasan tebal oleh make up seperti dipakai kebanyakan wanita. Ia memakai skincare yang cocok dengan kulitnya sehingga wajahnya tampil cerah alami.

Busana yang ia kenakan sekarang adalah jas kantor berwarna abu-abu dan celana jeans hitam pekat yang sedikit ketat. Kepalanya ditutupi oleh hijab pasmina berwarna dusty pink dan tampil keren dengan sepatu sneaker hitam putih.

Vespa berjalan dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang tidak terlalu padat kendaraan.

"Oh iya dik, rabu ini mas mau merintis kafe baru. Jangan lupa nanti sore datang ya" Mas udin memulai percakapan singkat.

Mendengar sebutan 'Rabu' yang dikatakan mas udin membuat Arna tersadar bahwa hari rabu adalah hari bos kantornya mengadakan rapat strategi. Dengan cepat Arna mengecek jam tangannya, jarum jam hampir menunjuki pkl. 09:19, ia menduga rapat telah dilaksanakan sejak dua jam lalu.

"Mampus aku" Gumam Arna sambil menepuk dahinya.

"Kenapa dik?" Tanya mas udin penasaran sambil melambatkan vespanya.

"Cepat dikit, mas. Hari ini hari aku rapat. Kalau kedapatan telat mampus aku kena damprat sama bos, buruan mas" Dengan raut wajah panik sambil menepuk-nepuk bahu mas udin.

"Kenapa gak bilang dari tadi"

"Udah buruan masss" Arna memelas

"Iya-iya" Mas udin mulai mempercepat standar vespanya.

Setelah menempuh perjalanan sejauh -30 kilometer sampailah mereka disebuah gedung perkantoran.

Arna turun dari vespanya seraya berlari menaiki tangga. Langkahnya berlari buru-buru menuju lift, Arna tidak mendengar security memanggilnya. Ia menekan tombol lift nomor 6 pastinya naik ke ruang khusus rapat. Keluar dari lift Arna berjalan cepat menyusuri ruang-ruang perkantoran para karyawan menuju ruang rapat. Disetiap perjalanan para karyawan dari balik jendela dan pintu kaca menatap Arna, ada yang bingung melongo dan ada yang menahan tawa. Arna heran dengan mereka dan ingin bertanya ada apa gerangan. Namun bukan waktu yang tepat, Arna terus mempercepat langkahnya.

Arna mengetuk dan membuka pelan pintu. Semua yang ada diruangan sama halnya dengan ekspresi karyawan diluar tadi, terlebih lagi dengan bos menatap sinis dengan menaikkan alis kirinya.

"Maaf permisi" Arna menyapa mereka dan sekilas membalikkan badannya untuk menutup kembali pintu lalu berjalan menghampiri kursi kosong yang disediakan untuknya.

"Kamu, kesini sebentar" Pinta bos sambil menunjuk lantai tepat disampingnya. Arna pun berjalan mendekati posisi yang ditunjuki.

"Bisa nunduk sedikit?"

Arna pun menundukkan kepalanya sehingga kepalanya sejajar dengan kepala bos. Bos mengetuk agak keras benda yang ada di kepala Arna. Terdengar suara helm yang diketuk membuat Arna melongo kaget ternyata ia lupa melepas helm.

"Oh iya maaf Pak" Arna nyengir, ia segera mengangkat helm dan melepasnya.

Para karyawan sedari tadi memperhatikannya menunduk menahan tawa.

Sementara mas udin yang duduk di vespanya terpaku bingung namun Arna tidak memperhatikannya.

"Buru-buru banget sampai helm dibawa buru-buru masuk. Semoga gak di damprat sama bos ya, dik" Gumamnya sambil menggeleng-geleng kepala.

Seusai rapat, Arna duduk sambil melipat dan merapatkan kedua telapak tangannya di atas pahanya yang juga rapat dan menundukkan kepala. Rupanya ia sedang di interogasi bos diruang kantor khusus milik bos. Bos berdiri menyandarkan kedua tangannya di atas meja kaca hitam lantas membalikkan badannya menghadap Arna.

"Kamu hampir setiap hari kurang disiplin. Ngapain aja di rumah?"

"Datang sering telat, rapat hampir selesai kamu baru akan tiba. Kamu tau kan ini kantor bukan kantor biasa seperti kantor-kantor para PNS kebanyakan. Ini kantor milik perusahaan khusus, dan apapun jenis rapat dalam usaha ini sangat penting untuk menunjang perkembangan saham perusahaan. Jika satu staff seperti kamu lalai, kami akan mengalami kerugian. Kalian digaji pakai apa, ha?" Bentak bos dengan tatapan tajam.

Spontan Arna mengangkat kepalanya karena terkejut mendengar meja yang dipukul keras oleh bos sehingga matanya menatap wajah bos tampak seperti preman pasar.

Sambil mengambil nafas bos mengeruti keningnya seraya berkata,

"Saya minta cukup kali ini kamu telat. Untuk kedepannya kamu harus disiplin dan datang lebih awal. Dan ter-tib dengan tidak membawa masuk helm, paham" Tegas bos dengan tatapan menusuk

"Pa-paham bos, saya janji" Sahut Arna dengan suara tertekan.

Bos menyusun kertas-kertas sehingga menumpuk di atas mejanya lalu menyodorkan ke arah tepat di dekat Arna.

"Itu kertas laporan dan Administrasi baru yang sudah saya koreksi. Kamu harus mencatat ulang, kalau sudah selesai kamu akan print. Kertas print yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 370 lembar, ya" Pungkas bos dengan nada tenang.

Arna pun berdiri dalam keadaan mata melebar dan mulut ternganga.

" Se-sebanyak itu pak" Arna lalu mengedip-kedipkan matanya "apa karyawan lain gak.."

"Hemp" Bos memotong pertanyaan Arna.

"Yang telat siapa? Yang salah siapa?" Sambung bos balik bertanya.

"Oh hmm saya pak" Jawab Arna

"Nah kamu" Ketua bos mengacungkan telunjuk ke arah Arna.

"Untuk tugas rumah yang saya serahkan kemarin apa sudah selesai?" Tanya bos sambil memasukkan telapaknya di saku celana.

"Oh sudah pak, sebentar" Arna mengambil tas sportnya yang tergeletak di bawa kursi dan mengeluarkan isinya berupa kertas-kertas dan portofolio lalu meletakkannya di meja bos.

"Bagus. Untuk itu kamu harus selesaikan tanpa menunggu besok. Kalau tidak, gaji kamu saya potong. Tapi saya rasa potongan gaji tidak masalah bagi kamu, bagaimana kalau kamu saya pecat?" Ancam bos

"Ah jangan bos. Baik.. Saya akan selesaikan hari ini juga" Arna tampak lebih semangat.

Arna mengambil tumpukan kertas dan memasukkan ke dalam tasnya yang sudah kosong. Setelah berpamitan Arna bergegas keluar, seketika langkahnya berhenti oleh panggilan bos.

"Hey tunggu"

"Iya Pak" Arna menoleh menjawab panggilan.

"Bawa ini" Bos mengacungkan botol air mineral dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana.

"Ini?" Arna memegang botol yang masih dipegang oleh bos sehingga mereka saling berpegangan satu botol yang sama. Tak lama kemudian bos melepas pegangannya.

"Iya. Itu untuk kamu minum, biar gak salah fokus" Ujar bos santai.

Hati Arna yang tadi kacau menjadi lega. Perasaannya seperti terbang di angkasa karena walau sebandel-bandelnya ia, bos masih menunjukkan perhatiannya.

"Duh pak bos, Terima kasih banyak" Arna tersenyum riang.

Terpopuler

Comments

diana ruustika

diana ruustika

cuss

2023-03-18

0

Kar Genjreng

Kar Genjreng

leon mengapa Kamu kejam.. jangan sampai Kamu menyesal di kemudian hari. 😌😌😌😌😌

2022-09-13

0

tintakering

tintakering

like vaf.. dan setangkai bunga👍

2022-08-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!