Bab 3

"Bu, sebenarnya rumah ini sudah aku gadaikan," aku Dayan dengan nada pelan.

"Apa, Pak?" tanya Bestari yang tidak yakin dengan apa telinganya dengar karena nada suara Dayan yang pelan.

"Aku menggadaikan rumah ini," ulang Dayan. Kali ini suaranya lebih terdengar.

Netra Bestari membola. "Ya Allah, Pak. Astaghfirullah hal adzim. Astaghfirullah hal adzim." Dia sangat terkejut sampai mengucap istighfar berkali-kali. Mengelus dadanya yang naik turun karena menahan emosi. Siapa yang tidak emosi mendengar pengakuan Dayan yang diam-diam sudah menggadaikan rumah yang menjadi tempat tinggal mereka selama ini.

Sementara itu Dayan hanya diam menunduk. Menunggu tanggapan dari sang istri. Sisi hatinya merasa bersalah pada Bestari, tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah terlanjur melakukan hal yang berisiko tinggi itu.

"Ja—jadi rumah ini sudah digadaikan, Pak?" tanya Bestari setelah dia kembali tenang walaupun dadanya masih terlihat naik turun dengan cepat. Meskipun marah, logikanya harus tetap berjalan.

Dayan menganggut. "Iya, Bu. Dan, dalam satu setengah bulan lagi kalau aku tidak bisa menebus, rumah ini akan diambil sama pendana."

Bestari yang masih terkejut dengan pengakuan awal suaminya tadi, jadi semakin syok. Kepalanya mendadak berputar. Tubuhnya terasa lemas mendengar pengakuan yang kedua. Untung saja dia dalam posisi duduk, coba kalau berdiri. Mungkin tubuhnya akan melorot sendiri ke lantai.

Bestari coba menguasai dirinya lagi. Dengan sisa tenaga yang dipunya, dia merenungkan apa yang dikatakan Dayan. Rumah digadaikan dan akan diambil sama pendana. Tunggu, pendana? Maksudnya apa pendana itu?

"Pak, pendana itu siapa? Memangnya Bapak menggadaikan rumah ke mana?" tanya Bestari yang merasa bingung.

"Pendana itu ya orang yang punya dana. Yang ngasih aku utang. Ya menggadaikannya ke pendana, Bu," jelas Dayan kalem.

"Memangnya Bapak hutang berapa sama dia sampai harus menggadaikan rumah ini?" desak Bestari yang merasa penasaran.

Dayan mengambil napas panjang sebelum menjawab. "Tiga ratus juta, dan harus dikembalikan empat ratus lima puluh juta."

Netra Bestari kembali membola. "Apa? Tiga ratus juta dan bunganya seratus lima puluh juta? Itu lintah darat. Rentenir, Pak. Jadi, Bapak berhutang sama rentenir?" Bestari memastikan hal bodoh yang dilakukan suaminya.

Dayan mengangguk dan pilih tetap diam.

"Ya Allah, Pak. Empat ratus juta itu bukan uang yang sedikit loh. Banyak banget itu. Bagaimana cara Bapak mengembalikannya? Gaji Bapak saja belum ada sebulan sudah habis dan selalu minta sama aku kalau kurang." Kening Bestari semakin mengerut. Tak habis pikir dengan jalan pikiran pendek suaminya itu.

"Makanya aku harus jual rumah ini buat membayarnya, Bu. Kalian setuju atau tidak, rumah ini harus tetap dijual. Daripada rumah ini hilang begitu saja diambil sama pendana itu," ujar Dayan.

"Menggadaikan rumah ini berarti sertifikatnya dibawa sama rentenir itu?" tanya Bestari.

"Iya, ada disimpan sama notarisnya," jawab Dayan.

"Loh kok ada notaris segala, Pak?"

"Iya, aku tanda tangan surat perjanjiannya di depan notaris," jelas Dayan.

"Terus surat perjanjiannya mana?"

"Ya di sana, Bu. Disimpan sama notarisnya."

"Bapak enggak dikasih salinannya sama notaris?"

Dayan menggeleng. "Enggak, Bu."

Bestari menghela napas panjang. Menahan lagi emosinya karena kebodohan sang suami. "Harusnya Bapak minta itu surat perjanjiannya. Namanya surat perjanjian itu kedua belah pihak harus punya salinannya masing-masing," terang Bestari. "Memangnya Bapak tidak minta salinannya?" tanyanya kemudian.

"Aku minta, tapi tidak dikasih, Bu."

"Notarisnya enggak bener itu berarti," celetuk Bestari. Wanita itu kembali menghela napas panjang. Oke, dia tidak akan memperpanjang masalah surat perjanjian. Lebih baik mengorek hal lain yang menurutnya lebih penting.

"Pak, utang sebanyak itu buat apa? Apa buat investasi yang dulu Bapak bilang?" tanya Bestari dengan tenang walau amarah masih ada di dalam hatinya.

"I—iya."

"Ya Allah, Pak. Tiga ratus juta itu jumlahnya besar. Kalau uang itu dibawa lari sama orang yang ngajak investasi bagaimana? Bapak enggak dapat apa-apa malah rumah jadi hilang." Bestari meluapkan emosinya. Bagaimana tidak emosi kalau sampai uang ratusan juta itu lenyap begitu saja.

"Ibu tenang saja, orangnya tidak bakal menipu kok. Aku percaya sama dia." Dayan meyakinkan istrinya.

Bestari mengernyit. "Kok Bapak yakin banget?"

"Iya soalnya aku tahu dia enggak bakal nipu."

Bestari jadi semakin penasaran. Dia harus kembali tenang. "Aku mau tahu Bapak investasi sama siapa?"

"Sama orang keturunan keraton."

"Namanya?"

"Raden Panji."

"Apa orang itu yang selalu Bapak temui kalau pamit pergi sepulang kerja?" Bestari memandang suaminya, berniat mencari kebohongan di sana.

"Iya."

"Kok Bapak bisa kenal sama Raden Panji?"

"Ya, dikenalkan sama orang."

"Siapa orangnya?" tanya Bestari masih dengan tenang.

"Kenalanku," jawab Dayan.

"Teman kantor?"

Dayan menggeleng. "Ya, pokoknya kenalanku. Dia orangnya bisa dipercaya."

Bestari kembali meradang. "Bapak bisa ya gampang percaya sama orang yang baru dikenal, tapi enggak percaya sama keluarga sendiri. Aku mau ketemu itu sama kenalan Bapak."

Dayan langsung menoleh pada istrinya. "Buat apa, Bu?"

"Ya, aku cuma ingin tahu saja orangnya seperti apa dan mau tanya kenapa ngajak Bapak ikut investasi yang tidak jelas itu," ujar Bestari.

Dayan menggeleng. "Enggak perlu. Biar itu jadi urusanku sama dia. Sekarang kita pikirkan bagaimana bisa melunasi utangku dan mengambil sertifikat itu kembali. Jalan satu-satunya ya hanya menjual rumah ini. Atau kalau Ibu bisa ya pinjam ke bank atau ke Bu Heni."

Kepala Bestari mendadak pusing memikirkan cara mendapatkan uang ratusan juta hanya dalam waktu satu setengah bulan saja. Kalau hanya puluhan juta, dia masih bisa mengusahakan, tapi ratusan juta? Meminjam uang pada teman dengan nominal sebesar itu rasanya tidak mungkin. Apalagi dia juga tidak bisa menjanjikan kapan bisa mengembalikan uangnya.

Bestari memejamkan mata dan mulai mengatur napas agar lebih tenang. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskan lewat mulut perlahan-lahan. Kegiatan itu dilakukan selama beberapa kali sampai merasa tenang. Kalau dirinya tenang, pastinya dia bisa berpikir dengan jernih.

"Pak, aku masih penasaran sama kenalan Bapak itu, sebenarnya dia siapa sih sampai Bapak percaya begitu saja sama dia?" tanya Bestari dalam keadaan tenang.

"Aku 'kan sudah bilang tadi biar itu jadi urusanku," jawab Dayan yang Bestari yakini pasti menyembunyikan sesuatu darinya.

"Memangnya aku salah kalau ingin tahu, Pak? Aku ini istrimu loh, Pak. Kalau ada sesuatu yang terjadi sama Bapak, pasti orang akan tanya sama aku. Terus kalau aku tidak tahu apa-apa bagaimana? Istri macam apa aku ini." Bestari coba membujuk suaminya agar mau jujur.

"Ya, tidak salah. Aku cuma tidak mau Ibu jadi kepikiran masalah itu. Ibu cukup fokus ke masalah utangku saja." Dayan masih bersikeras menutup mulutnya.

Bestari jadi makin penasaran dan curiga dengan sikap Dayan. Kenapa suaminya itu begitu menutupi orang yang sudah mengajaknya berinvestasi? Bukan Bestari namanya kalau menyerah begitu saja.

"Kenalan Bapak itu wanita ya?" tebak Bestari. Dia tersenyum tipis saat melihat suaminya terkejut mendengar tebakannya. Berarti benar dugaannya.

"I—ya," jawab Dayan yang mulai gugup.

"Pantas Bapak gampang percaya," sinis Bestari yang sudah hafal dengan sifat suaminya yang mudah mengulurkan tangan untuk seorang wanita.

"Siapa namanya?" tanya Bestari dengan nada lembut tapi penuh tekanan.

"Royani. Ehm, Bu, di—dia itu—" Dayan mengusap tengkuknya.

"Royani? Dia kenapa?" Bestari mengerutkan keningnya.

"Di—dia sebenarnya is—istri mudaku."

"Hah? Siapa?"

Terpopuler

Comments

TDT Angreni

TDT Angreni

aku koar koar karena terkejut.... Istri muda.... laki-laki kurang ajar, dan tidak tahu diri.

2023-05-08

0

🍭ͪ ͩFajar¹

🍭ͪ ͩFajar¹

ternyata hartanya untuk membiayai istri muda.udah tak suruh pulang ke rumah orang tuanya kalau laki model begini..

2022-09-14

1

💕Erna iksiru moon💕

💕Erna iksiru moon💕

alamat pengen ku lempar ke rawa2 si Dayan ini mana bodonya g ketulungan

2022-08-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!