samar terdengar suara adzan subuh berkumandang dari musholla yang tak jauh dari rumah Ahmad, terlihat beberapa orang melewati rumah untuk sholat berjamaah.
"sudah bangun....?"
tanya Ahmad melihat pria itu berdiri di depan pintu namun ia belum siap seperti Ahmad dengan kain sarung nya.
"sudah pak, suara adzan nya terdengar dekat.."
ucap pria itu menghampiri Ahmad.
"ayo siap siap kita ke mushola, bapak tunggu sekarang nak..."
titah Ahmad membuat pria itu termangu sejenak namun cepat tersadar lalu pergi ke kamar untuk membersihkan diri.
gegas mengikuti langkah Ahmad melangkah menuju musholla.
zira tertegun melihat pria itu berjalan melewati nya sambil tersenyum, tentu saja pemandangan sejuk yang langsung menggetarkan hati nya.
Zira dan Rumi juga ikut berjamaah di Mushola, aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan para warga di desa itu. musholla tak pernah sepi jamaah.
"ehm..."
Rumi berdehem membuat zira langsung menoleh.
"istighfar, dia itu orang asing nak."
"apa Bu, zira biasa aja kok..!"
ucap zira menunduk, ternyata ia tertangkap basah oleh Rumi.
"ibu udah pengalaman pernah muda, ibu cuma enggak mau kamu salah aja... Rizky anak pak lurah nanyain kamu....!"
ucap Rumi namun zira tak menjawab dan langsung pergi mengambil wudhu.
setelah selesai sholat berjamaah zira gegas kembali ke rumah, seperti yang ibunya perintah kan untuk membuat sarapan pagi untuk mereka.
Zira sudah bersiap dengan seragam mengajar nya, gadis itu tampak malu saat pria asing masuk ke dalam rumah setelah Ahmad memanggil nya untuk sarapan.
"ayo sarapan nak, nanti ikut bapak ke ladang ya....!"
ujar Ahmad dan pria itu mengiayakan sambil menatap Zira yang tengah membantu Rumi menyiapkan bekal.
"jadi kamu seorang guru de...?"
tanya pria itu.
"ya bang, masih honorer...!"
jawab zira tersenyum kecil.
"ayo di makan sarapan nya, hari ini bapak mau panen jagung, kamu bantu ya dari pada di rumah!"
"ya nanti zira Juga mau lihat Bu...!"
"ya pulang kamu mengajar....!"
ucap Rumi lalu mereka sarapan bersama.
pria itu merasa nyaman tinggal di rumah Ahmad yang baik hati dan tulus. keluarga mereka begitu hangat dengan kebersamaan yang selalu mereka jaga.
"pak, ban sepeda Nya kempes!"
ujar zira saat ia hendak berangkat mengajar.
"kenapa?"
tanya Ahamd mengecek ban sepeda milik zira.
"seperti nya bocor, kamu pakai motor saja.
nanti dia suruh antar kamu dulu...!"
"loh kenapa bukan bapak saja!"
"bapak mau beresin barang yang mau di bawa ke ladang...!"
ujar Ahmad lalu memanggil pria asing itu.
"ayo Abang antar.....!"
ucap pria itu menghampiri, Ahmad sudah memberi tahu pria itu untuk mengantar zira.
"emang bisa pakai motor?"
tanya zira.
"seperti nya bisa nona cantik.....!"
ucap pria asing itu membuat zira tertegun, dalam hati ia senang mendengar penuturan pria itu yang mengatakan kalau ia cantik.
namun cepat Zira memalingkan wajahnya, teringat ucapan Rumi untuk menjaga hati tapi melihat pria tampan itu rasanya sulit menjaga hati. pria asing itu tampan dan gagah, postur tubuh nya tinggi dan atletis. seperti nya pria itu rajin berolah raga.
"kenapa zi...kamu kok melamun?"
tanya pria itu tersenyum.
"enggak....!"
ucap zira lalu duduk menyamping di motor.
"sudah siap nona?"
"sudah tuan....!"
jawab zira membuat pria asing itu terkekeh lalu melaju kan motor nya perlahan karena ia sendiri masih mengingat bagaimana mengendarai kendaraan roda dua itu.
"zi.....!"
"HM....?"
"kamu cantik pakai seragam itu?"
ucap pria itu menoleh ke arah belakang.
"ya jelas aku perempuan mana mungkin aku tampan...!"
ucap zira, jantung nya berdebar kencang.
"kamu kuliah dimana waktu itu?"
"di kota, aku langsung pulang setelah wisuda?"
ucap zira tersenyum mengingat masa itu.
"kenapa kamu enggak ngajar di kota? di sana kan kamu bisa daptar jadi PNS?"
"ya memang tapi di sini kekurangan tenaga pengajar, niat awal ku jadi guru.kalau masalah PNS mungkin gimana rezeki aja...cuma aku enggak tega ninggalin kampung halaman ku, di sini Hanya ada beberapa tenaga pengajar.!"
ucap zira kemudian sampai di depan pintu masuk gerbang sekolahan.
pria itu sekilas memperhatikan Zira lalu beralih ke sekolahan tempat zira mengajar.
gedung nya sudah tua dan hanya ada beberapa saja, namun cukup terawat dan asri dengan beberapa tanaman bunga di sekitar gedung sekolah itu.
"aku salut kamu mengabdi untuk tanah kelahiran mu, apa kepala sekolah disini tidak mengajukan renovasi bangunan?"
"sudah tapi belum ada tanggapan yang pasti..."
pria itu mengangguk.
"ya sudah zi, aku tinggal ya!"
Zira mengangguk.
"apa nanti mau aku jemput Juga?"
"tidak usah, nanti aku jalan kaki saja dengan anak anak. ladang bapak juga tidak jauh dari sini...!"
"oh gitu ya sudah...!"
ucap pria itu lalu melajukan motor nya untuk menjemput Ahmad.
dari jauh seseorang memperhatikan interaksi mereka berdua dan melaporkan hal itu pada seseorang.
siang.....
zira memperhatikan Awan yang sedikit mendung, ia berjalan bersama anak anak menuju ladang jagung yang berada di dekat bukit.
Rumi dan Ahmad sudah berada di ladang bersama pria itu sejak pagi.
pria itu memerhatikan Ahmad Yang tengah berbicara dengan tengkulak sayur.
"kenapa pak?" tanya pria itu.
"laku nya murah.....!"
ucap Ahmad lalu menghela nafas panjang.
"kenapa kita enggak langsung ke pasar saja pak?"
"jauh nak, enggak ada mobil... kalau bapak punya mobil kol bak ya pasti langsung ke pasar, tapi ya disini kami para petani sayur sudah biasa menjual nya ke tengkulak meski murah!"
pria itu mengangguk lalu tersenyum saat melihat Zira datang.
"assalamualaikum pak...."
ucap zira mencium tangan Ahmad.
"walaikumsalam......kamu sudah pulang!"
"sudah,mana ibu?"
"baru saja pulang dengan paman mu Reza.. takut hujan katanya...!"
ucap Ahmad Merapi kan peralatan nya.
"hai bang, kamu sudah makan?"
tanya zira duduk di saung kecil itu.
"belum tapi ibu udah kasih nasi bungkus...!"
"ya, Ra. ada tuh satu lagi untuk kamu. bapak mau pulang duluan pakai sepeda mu...!"
"Oh sudah di betulkan pak?"
"sudah, kalian gegas ya takut terjebak hujan... Suka ada petir!"
ucap Ahmad lalu naik ke sepeda, meninggalkan zira dan pria itu bersama petani yang masih berada di ladang.
"ayo makan dulu, setelah itu kita pulang takut keburu hujan..!"
ucap zira membuka bungkusan nasi tersebut,
nasi putih, ikan asin, tempe dan sambal beserta lalapan.
enak dan nikmat tentu tak pernah pria itu Rasakan makan bersama zira di saung kecil atas bukit.
"kamu suka?"
tanya zira menilik pria itu tampak menikmati.
"ya enak, makanan di sini sederhana Tapi rasanya begitu nikmat.seperti gadis desa yang sederhana tapi nampak sejuk terlihat karena tak banyak makeup yang ia pakai seperti wanita di kota, namun justru.......!"
ucap pria itu terhenti menatap wajah cantik zira.
entah kenapa netra pria itu jatuh pada bibir zira yang ranum berwarna merah muda, namun cepat pria itu memalingkan wajahnya.
"justru apa?"
"lebih memikat karena kecantikan yang terpancar dari wajahnya natural...!"
ujar pria itu, tiba tiba hujan turun membuat zira tercengang.
"ayo kita turun bang?"
ajak zira menarik tangan pria itu.
"hai tapi hujan....! kita berteduh saja dulu!"
"aku takut petir, di atas akan terasa lebih dekat...!" ujar zira berjalan sambil menarik tangan pria itu.
namun karena hujan semakin deras, gegas pria itu menarik pinggang zira untuk berteduh di saung yang tak jauh dari motor mereka.
bersambung.......
terima kasih yang sudah mampir, ayo like dan komentar...😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sri Sulis
hm...hm .berteduh berdua awas ada setan' lewat he he
2022-08-26
2