"Seandainya Aku punya kekuatan, banyak uang dan pengaruh. Pasti Aku tidak akan diremehkan orang lain."
Begitulah kira-kira, gumamam dan khayalan Gavino semasa kecilnya dulu.
Karena latar belakang sosial yang tidak menguntungkan pada masa kanak-kanak, ia sering dibully dan tidak dipandang sebelah mata oleh teman-teman, dan juga orang-orang di sekitarnya.
Sebab itulah, dia selalu memimpikan sesuatu yang bisa membuat dirinya kuat, disegani dan dan tidak lagi diremehkan.
Saat Gavino teringat dengan kursi yang ada di rumah sakit tadi, kini Gavino kembali berpikir bahwa, tidak ada luka di kakinya, saat menendang kursi tersebut.
"Apa ini sistem benar-bener bisa membuatku kuat dan memulihkan kondisi tubuh yang luka dengan sendirinya?" tanya Gavino pada dirinya sendiri.
Kini dia pergi ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Dia ingin beristirahat dan memikirkan bagaimana keadaan dirinya ke depan nanti.
Beberapa saat kemudian, dia sudah kembali lagi. Badannya juga sudah terasa lebih segar dan tidak lengket karena keringatnya seharian ini.
Dengan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Gavino memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya saat ini. Karena semua ini ternyata terjadi pada dirinya. Hal yang tidak pernah dia ketahui dan sangka sebelumnya.
Meskipun sebenarnya, dia sudah sering melihat dan mengetahui dengan adanya sistem ini di alam mimpi.
Tok tok tok!
Terdengar pintu rumah kecilnya di ketuk dari luar.
Tok tok tok!
"Vin. Gavino!"
Terdengar suara orang yang sedang memanggil namanya.
Clek!
Gavino membuka pintu rumah, dan melihat temannya, Lorenzo, yang berdiri di depan pintu.
Lorenzo adalah teman satu sekolahnya. Meskipun bukan dari kalangan orang kaya, ataupun miskin seperti keluarganya, tapi Lorenzo lebih baik, daripada teman-temannya yang lain.
"Apa Kamu baik-baik saja?" tanya Lorenzo, begitu Gavino mempersilahkannya masuk ke dalam rumah.
"Ya. Aku tidak kurang suatu apapun. Seperti yang Kamu lihat kan!"
"Tapi, tadi Aku mendengar perkataan orang, jika Kamu di hadang geng Alano. Apa itu benar?"
"Kamu tahu dan mendengarnya dari mana?" tanya Gavino, yang merasa jika dia tidak pernah bertemu dengan salah satu dari teman sekolahnya. Kecuali teman-teman Alano sendiri, sebelum kedua preman barusan.
"Bianca yang menghubungi Aku. Kemudian memintaku untuk melihat keadaanmu sekarang ini."
Gavino mengerutkan keningnya, mendengar perkataan yang diucapkan oleh Lorenzo.
"Dari mana Bianca tahu?"
"Kata Bianca, salah satu temannya Alano, si Dante, saat ini di rawat di rumah sakit. Dan dia mendengar perkataan Dante, yang bercerita pada mamanya."
"Kenapa Bianca ada di rumah sakit juga?" tanya Gavino yang tidak habis pikir, dan penasaran. Sehingga temannya yang bernama Bianca itu juga berada di rumah sakit yang sama seperti Dante.
"Dante adalah sepupunya Bianca. Dan kebetulan, Bianca sedang berada di rumahnya Dante, pada saat Dante pulang dalam keadaan banyak luka di tubuhnya."
"Mamanya segera membawanya ke rumah sakit, bersama dengan Bianca yang ikut menemani."
Mendengar cerita dari Lorenzo, Gavino justru ragu untuk mengatakan sesuatu pada temannya itu.
"Aku tidak percaya, jika Kamu sudah menghajar Dante. Aku berpikir bahwa, ini semua karena kesalahannya sendiri, yang sering mengikuti Alano yang brengsek itu."
Gavino hanya meringis saja, mendengarkan semua perkataan dan cerita dari Lorenzo.
"Kamu sudah makan?"
Tiba-tiba, Lorenzo bertanya pada Gavino. Yang membuatnya tersadar, jika sedari tadi perutnya dalam keadaan kosong. Dia belum sempat makan dan juga membeli makanan.
"Belum."
"Bagaimana jika kita makan di luar. Aku yang traktir," sahut Lorenzo cepat.
Dia berpikir jika Gavino tidak memiliki uang. Sehingga dia menawari temannya itu untuk makan. Dan akan membayar makanan tersebut nanti.
Gavino pun hanya mengangguk saja, menuruti perkataan yang diucapkan oleh Lorenzo. Toh seandainya Lorenzo tidak membayarkan uang untuk makan malamnya nanti, dia bisa membayarnya dengan uang yang sekarang ini dia miliki.
*****
Berita tentang keadaan geng Alano dan perkelahiannya dengan Gavino, tidak terdengar dan dibicarakan di sekolah.
Ini karena geng Alano kalah, sehingga tidak ada kebanggaan tersendiri dengan kemenangan yang biasanya mereka raih.
Dengan demikian, apa yang terjadi dan di alami oleh Gavino, juga tidak diketahui oleh siapapun. Karena tidak mungkin Alano menceritakan tentang keadaan Gavino pada teman-temannya.
Dia masih belum bisa mempercayai penglihatannya sendiri semalam. Meskipun teman-temannya yang ikut dalam pengeroyokan terhadap Gavino tidak ada yang masuk ke sekolah hari ini.
Kini, Alano menunggu kedatangan Gavino di tangga. Karena kelas Gavino ada di atas. Jadi bisa dipastikan jika, Gavino akan melewati tangga ini.
"Ck! Mana dia?" tanya Alano gusar.
Dia tidak sabar ingin melihat keadaan Gavino pagi ini.
"Pagi Bos," sapa Madalena, teman ceweknya yang terkenal judes.
Tapi tentu saja, Madalena teman yang se_kubu dengan Alano. Karena dia juga tidak mau berteman dengan orang-orang miskin seperti Gavino.
Madalena mengerutkan keningnya, melihat keadaan Alano yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Karena wajah Alano yang tampak gusar, dan melihat ke arah halaman sekolah sedari tadi.
"Hai! Apa yang Kamu perhatikan?" tanya Madalena, dengan menepuk pundaknya Alano.
"Eh!"
Alano justru merasa terkejut, dengan tepukan yang ada di pundaknya. Dia tidak menyadari keberadaan Madalena yang tadi menegurnya.
"Ada apa?" tanya Madalena penasaran. Tidak seperti biasanya, Alano seperti ini.
"Emhhh, tidak ada apa-apa."
"Hai! Kamu pikir Aku bodoh, sehingga tidak dapat Kamu tipu dengan jawaban itu?"
Madalena tentu saja tidak akan percaya begitu saja, dengan jawaban yang diberikan oleh Alano. Dia paham betul, dengan karakter teman begajualan_nya ini.
"Apa ini ada hubungannya dengan si Gavin?"
"Apa yang Kamu tahu tentang Gavino itu?"
Akhirnya, Alano terpancing untuk bertanya, karena Madalena menyebut nama Gavino. Dan itu tidak disukai oleh Alano.
"Hahaha... tidak ada apa-apa. Tapi sepertinya Kamu sangat tertarik dengan dia ya?" Madalena justru tertawa terbahak-bahak, melihat bagaimana sikap Alano. Di saat mendengar perkataannya tentang Gavino.
"Ah sialan Kamu!"
"Hemmm... Aku pikir Kamu mulai tertarik, dengan sosok Gavino yang tidak pernah Kamu sukai itu. Hahaha..."
Madalena memang tidak tahu, apa yang sedang dipikirkan oleh Alano saat ini.
Yang dia tahu bahwa, Alano sangat membenci siswa miskin. Yang hanya bisa meminta biaya gratis, bahkan untuk kehidupan mereka sehari-hari.
Karena menurut Alano, beasiswa dan biaya untuk hidup siswa miskin seperti yang diterima Gavino, hanya membuat siswa itu besar kepala.
Dia tidak menyadari dan memahaminya juga, bagaimana menjadi seorang yang miskin seperti Gavino. Karena dia hidup sudah dalam keadaan kaya sejak lahir.
"Itu Gavino!"
Dengan cepat, Alano melihat ke arah Madalena menunjuk. Dan ternyata benar, Gavino sedang berjalan bersama dengan Lorenzo dan juga Bianca. Dengan tidak adanya luka di bagian-bagian tubuhnya. Padahal semalam jelas-jelas mendapatkan pukulan dari Dante dan juga Jeffrie.
'Bagaimana bisa dia baik-baik saja? Apa dia punya ilmu sihir?' batin Alano, dengan pertanyaan yang tidak masuk akal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Sak. Lim
pikiran picik org yg smbong dan idioooooot sampah masyarakat
2024-01-24
0
Pendekar New
kayaknya naif nie mc
2022-11-11
1
Min Yoon-gi💜💜ᴅ͜͡ ๓
kopi buat mas gavino
2022-10-10
2