Cansu sekarang berada di perusahaan, membaca laporan dari team rahasia yang dia bentuk. Terlihat Cansu menghembuskan nafas berat.
"Apa yang harus aku lakukan ya Allah? Tidak mungkin aku menindak perbuatan kotor Paman." Cansu menelungkupkan wajahnya di meja.
"Paman, Kenapa kamu tega membuat perusahaan dalam keadaan krisis seperti ini? Apa kamu gak kasihan sama papah dan juga Kakek? Mereka sudah berjuang sangat keras demi perusahaan." Cansu membolak balik laporan tersebut. Berharap itu hanya sebuah kesalahan.
Korupsi Sang Paman sangat besar, hampir di semua lini tidak lepas dari kejahatan yang di lakukan pamannya. Sekarang perusahaan berada di ambang kebangkrutan. Cansu menarik nafas semakin dalam.
"Bu, ada utusan dari Bramantyo Groups." Cyntia sekertarisnya mengingatkan tentang janji temu dengan perwakilan Bramantyo Groups. Rencana investasi di perusahaan yang Cansu pimpinan.
"Baiklah, suruh mereka ke ruang meeting. Aku segera ke sana." Cansu memperbaiki penampilan dirinya dan menyiapkan berkas-berkas yang sudah disiapkan oleh Cyntia.
"Hallo.. Apa kabarnya Pak Reynaldi. Senang bertemu dengan Anda." Cansu menyalami Pimpinan Sementara Bramantyo Groups.
Selama menghilangnya Farel, Bramantyo Groups memang diserahkan sementara di bawah kepemimpinan Reynaldi Bramantyo sebagai adik Farel satu-satunya. Adik tirinya, anak dari istri baru papahnya, Herman Bramantyo yang sudah tua dan selalu sakit-sakitan.
"Senang bertemu dengan Anda. Memang benar ya, kabar di luar sana. Bahwa Kencana Group memang di pimpinan oleh seorang wanita yang sangat cantik." Renaldy mulai dengan aksi Casanovanya, kalau bertemu gadis cantik.
"Anda bisa saja Pak Renaldy. Silahkan duduk." Cansu tersipu dengan pujian Reynaldi. Siapaa yang tidak merasa senang? Mendapatkan pujian dari seorang Casanova seperti Reynaldi. Selama dua jam mereka membicarakan bisnis yang akan mereka lakukan.
"Baiklah Bu Cansu, saya menunggu Proposal Investasi yang akan perusahaan ibu ajukan kepada kami." Reynaldi terus menatap Cansu yang sungguh menawan hatinya.
Wajah khas Timur Tengah dengan rambut panjang yang hitam lebat. Alisnya sangat tebal dengan bibir yang sangat sensual. Tatapan teduh matanya sanggup membuat seorang Reynaldi merasa nyaman berlama-lama dalam meeting yang biasanya sangat membosankan baginya.
"Kami pasti akan memberikan penawaran terbaik bagi perusahaan Anda. Senang bermitra dengan Anda." Mereka berjabat tangan lalu keluar dari ruangan meeting.
Saat di lobby, tiba-tiba Cansu dikagetkan dengan kedatangan Farel. Entah bagaimana caranya pria tampan yang selama beberapa hari ini selalu menggoda pikirannya.
"Kenapa kamu sudah keluar dari rumah sakit? Siapa yang mengeluarkan kamu?" Cansu panik.
"Rukmana yang mengurus semua prosedur. Kamu tega sekali, tidak pernah menjenguk diriku yang terbaring sakit." Farel merajuk dengan kelakuan Cansu yang setelah kejadian hari itu, tidak pernah datang lagi menjenguk dirinya. Hanya Rukmana yang selalu baik hati merawat dan menjaganya.
"Aku sibuk!" Cansu mensejajarkan langkahnya dengan Reynaldi. Pada saat Reynaldi selesai dengan panggilan telepon, saat dia mengangkat wajahnya. Rey sangat terkejut. Pasalnya sang kakak yang selama sebulan ini di cari-cari ada di hadapannya sekarang.
"Mas Farel? Ini benar kamu Mas?" Reynaldi langsung memeluk Sang kakak yang bingung dengan ulahnya.
"Siapa kamu? Kenapa main meluk-meluk aku sembarangan?" Farel berusaha mengurai pelukan Reynaldi. Tetapi bukannya dilepaskan malah semakin erat saja.
"Apa kau gila? Lepaskan tidak? Aku pria normal Ok! Tidak tertarik jadi kekasih kamu!" Farel kelapakan dengan pelukan Reynaldi. Apalagi saat melihat Cansu yang malah terbahak melihat kesialan dirinya. Tiba-tiba dapat pelukan dari pria asing yang baru dia lihat.
"Cansu, aku bukan guy Ok! Dia pria gila yang tiba-tiba memeluk aku!" Susah payah Farel menjelaskan pada Cansu.
"Ini aku Mas. Reynaldi adik kamu! Kamu jahat sekali ya. Bilang aku pria gila. Masa iya, wajah innocence dan tampan seperti ini kamu bilang pria gila?" protes Reynaldi tidak terima.
"Siapa suruh kau main meluk-meluk aku sembarangan? Bagaimana kalau mereka mengira aku seorang Guy? Kau sama saja memutus masa depanku!" ucap Farel tidak suka.
"Ya ampun Mas! Aku juga pria normal Ok! Mana aku suka sama jeruk? Aku masih suka memanjat bukit yang menggoda Ok!" Cansu sampe tersipu demi mendengar kata-kata vulgar Reynaldi yang tanpa di saring dulu.
"Ayo kita ke sana, kita bicara di sana. Nanti saya jelaskan semuanya." Cansu mengajak dua pria tampan itu untuk duduk di kursi tunggu yang ada di loby perusahaan miliknya.
"Mas, kamu aku cari-cari ke mana-mana malah ternyata sembunyi di sini. Keterlaluan kamu Mas!" Reynaldi masih nyolot saja pada Farel yang masih menatap dia kebingungan.
"Apa yang pria gila ini katakan Cansu? Aku bingung!" Farel memilih duduk dekat Cansu dan sembunyi di belakang punggung Cansu.
"Ya ampun Mas, sejak kapan kamu jadi Cemen kaya gitu? Sembunyi di belakang punggung wanita. Kau bikin maklu nama Bramantyo saja!" Reynaldi hendak bangkit dan menarik sang kakak tapi dicegah oleh Cansu.
"Pak Reynaldi. Farel saat ini amnesia. Oleh karena itu dia tidak mengenal Anda." Cansu melirik Farel sekilas lalu menatap Reynaldi dengan intens.
"Kamu amnesia Mas? Ya Allah.. kasihan sekali kamu Mas. Berarti kamu melupakan semua penggemar cantik kamu juga?" tanya Reynaldi antusias. Selama ini Farel memang seorang Casanova juga. Sama seperti dirinya.
Tapi Reynaldi juga tahu, kalau sangat susah untuk membuat jatuh cinta sang kakak yang berhati dingin. Mamahnya sudah menyodorkan ribuan gadis untuk menjadi istrinya tapi tidak ada satupun yang di terima. Farel hanya bermain-main dengan mereka tanpa membiarkan hatinya tersentuh oleh yang namanya cinta.
"Dia amnesia Pak Rey, bagaimana mungkin bisa mengingat mereka?" Cansu mulai kesal, entah kenapa ada rasa pilu dalam hatinya. Mengetahui ternyata Farel seorang Casanova. Pengagum seorang wanita cantik dan sexy.
"Ceritakan padaku!" Reynaldi memasang telinga dan bersiap mendengar kisah kakaknya, yang selama sebulan ini menghilang dari peredaran.
"Farel mengalami kecelakaan di Karawang. Mobil dia terjun dari tebing dan hanyut ke sungai. Untung saja dia berhasil meloncat sebelum mobil itu membawa dia jauh ke hilir." Reynaldi menatap sang kakak dengan prihatin.
"Kasihan kamu Mas. Syukur kamu masih hidup." Reynaldi hendak bangkit dan memeluk sang kakak lagi, tetapi Farel langsung bersembunyi di balik tubuh Cansu.
"Jangan mendekat! Aku gak ingat kamu, Ok? Jangan so akrab kamu!" hardik Farel mulai merasa jengkel dengan perbuatan Reynaldi yang suka meluk-meluk dirinya sembarangan.
"Mas, aku hanya kangen sama kamu!" Reynaldi misuh misuh. Sebulan ini dia kebingungan mencari keberadaan sang kakak. Dia sangat tidak suka, harus menggantikan posisi kakaknya di perusahaan Bramantyo Groups.
Reynaldi adalah type orang yang bebas dan lebih suka berpetualang. Berlayar kemanapun yang dia mau. Tidak suka dengan suasana kantor yang sangat menyebalkan baginya.
Ambisi sang mamah yang memaksa dia untuk jadi pemimpin dan pewaris perusahaan keluarga Bramastyo. Reynaldi yang tidak suka melihat mamahnya yang selalu mengancam mau bunuh diri kalau dia tidak menurut, akhirnya mengalah dan mau menggantikan sang kakak.
Maka tidak heran kalau saat ini Reynaldi sangat bahagia melihat sang kakak Kembali dengan selamat. Kebebasan miliknya akan segera kembali. Itulah yang saat ini ada dalam pikiran Reynaldi.
"Mas, kita kembali ya. Nanti aku akan Carikan dokter terbaik di negara ini, bila perlu kita berobat ke luar negeri. Aku mau kamu segera sembuh dan kembali memimpin perusahaan kita Mas!" Reynaldi antusias sekali.
"Aku gak mau!" Farel malah meletakan tangannya dan memeluk Cansu dengan erat. Cansu yang menerima pelukan Farel tiba-tiba langsung melepaskan tangan Farel yang melingkar di pinggangnya. Namun Farel sama sekali tidak mau melepaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments