Keesokan harinya, setelah mendapatkan laporan dari pihak kepolisian bahwa mobil yang digunakan oleh Farel sengaja di potong kabel remnya, polisi menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut ada unsur kesengajaan, atau dengan kata lain, ada orang yang menginginkan kematian Farel.
"Siapa yang melakukan hal kejam ini kepadamu?" Cansu merasa kesal sendiri ketika mengetahui hal tersebut. Farel hanya diam dan merenung. Memikirkan kejadian sebelum dirinya Kecelakaan.
Walaupun berusaha mengingat masa lalunya tetapi rasanya sangat sulit sekali, selalu pusing dan sakit kepala.
"Sudahlah jangan dipaksakan untuk mengingat masa lalu kamu. Ayo kita bersiap untuk ke Jakarta. Nanti aku akan bawa kamu untuk periksa ke dokter terbaik di sana." Farel mengangguk dan mengikuti Cansu untuk segera bersiap.
"Cansu bagaimana dengan pakaian lama Den Farel?" Rukmana membawa pakaian Farel yang sudah dicuci bersih dan wangi.
Visualisasi Rukmana, Sahabatnya Cansu
Farel mengambil pakaian itu, dia juga melihat Nama Farel Bramantyo di kerah kemeja tersebut. Merasa heran sendiri.
"Jadi karena baju ini, kalian memanggil namaku Farel?" Cansu yang kebetulan lewat di depan kamar yang ditempati oleh Farel pun ikut bergabung bersama mereka.
"Nanti kalau kita sudah ke kota, kita bisa mencari asal usul kamu dengan pakaian itu. Kalau dilihat dari bahan dan modelnya, pakaian ini termasuk mahal dan ekslusif. Pasti akan sangat mudah menggali informasi tentang masa lalumu," Farel mengangguk setuju dengan pendapat Cansu.
"Ayo kita berangkat sekarang, nanti kemaleman di jalan malah bahaya," Rukmana yang sudah siap langsung masuk ke mobilnya. Mempersilahkan Cansu dan Farel untuk masuk di kursi belakang.
"Kita berangkat sekarang Cansu?" tanya Rukmana dengan semangat 45.
"Let go!!!!" Cansu merasa sangat bahagia karena liburan kali ini terasa sangat menyenangkan. Walaupun kehadiran Farel cukup menyita pikiran tapi dia merasa bersyukur karena Farel baik-baik saja. Walaupun dia mengalami amnesia, tapi Cansu yakin Farel akan segera membaik setelah mendapatkan pengobatan yang terbaik di Jakarta.
kring kring kring.
"Assalamualaikum, oh ya Mba. Apa kabarnya? Saya sudah dijalan ini, mau kembali ke Jakarta," Farel memperhatikan wanita cantik di sampingnya tersebut, hidung mancung dan mata yang sangat bening, kalau ibarat pribahasa Jawa sih namanya Damar kanginan. Sungguh cantik, laksana bidadari yang turun dari kahyangan.
Alisnya sungguh luar biasa, tiba-tiba terasa ada desiran halus dalam hatinya, saat melihat Cansu yang tampak fokus dengan panggilan yang entah dari siapa. Senyum ramahnya mampu menghipnotis dirinya.
"Iya Mba, masukan saja surat pengunduran dirinya ke staf Personalia, nanti saya tandatangani. Iya mba, gak apa-apa. Jaga dedek bayinya baik-baik ya, nanti kalau sudah senggang saya menengok ke sana," Cansu menutup panggilan tersebut setelah asistennya itu berpamitan.
"Kenapa? Apa ada masalah?" Farel melihat Cansu menghembus nafas berat setelah panggilan di akhiri. Kecantikan yang sungguh luar biasa, Farel Fix sudah jatuh cinta pada Cansu.
"Asisten pribadiku mengundurkan diri, karena mau melahirkan. Suaminya melarang dia kerja, disuruh fokus jagain dedek bayi," Cansu menyenderkan kepalanya ke kursi sambil memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.
"Rukmana, apa kamu bisa rekomendasi seseorang buat gantiin asistenku yang mengundurkan diri?" Cansu memejamkan matanya, sebenarnya dia agak kesal, kenapa mendadak begitu. Seharusnya memberi tahu satu bulan sebelumnya. Padahal besok dia ada pertemuan penting dengan klien besar. Banyak yang harus dipersiapkan, tetapi asistennya yang sudah lima tahun bekerja dengannya tiba-tiba resign.
"Nanti saya tanya kepala personalia, siapa tahu mereka ada gambaran," jawab Rukmana masih fokus dengan jalanan. Semalam hujan besar, jadi jalanan licin, makanya tidak bisa sembarangan. Kalau meleng sedikit saja bisa kecelakaan nanti.
"Apakah berat, pekerjaan sebagai asisten pribadimu?" tiba-tiba Farel angkat suara, agak ragu terdengar di telinga Cansu.
"Tergantung sih, tugas utamanya menyiapkan segala kebutuhan Cansu, mengikuti kemanapun dia pergi. Merangkap sebagai body guard juga, karena terkadang ada saja teror dari saingan bisnis," Rukmana mencoba mendeskripsikan tugas seorang asisten untuk Cansu.
"Apa aku boleh mencobanya? Siapa tahu aku mampu," Cansu menoleh ke samping dan menatap mata Farel, hanya memastikan saja. Siapa tahu kupingnya salah dengar.
"Kita tidak tahu siapa kamu, bagaimana kalau ternyata kamu seorang mata-mata industri? Yang sengaja di kirim saingan perusahaanku untuk mengacaukan perusahaan," Cansu menatap Farel dengan mata tajam, setajam silet.
"Aku serius loh lupa ingatan. Bagaimana mungkin aku jadi spy?" Farel meringis mendengar kekonyolan yang diungkapkan oleh Cansu.
"Kita bisa mencobanya Cansu, kasihan juga Farel kalau nanti tidak ada kegiatan. Anggap saja mengisi waktu luangnya," usul Rukmana.
"Pekerjaan seorang asisten Direktur Eksekutif bukan main-main ya, bagaimana bisa kamu memintaku untuk mencoba dia?" Cansu menampakkan wajah pesimis pada Farel.
"Kita coba sampai kamu nanti dapat kandidat yang lebih baik dari pada aku, bagaimana?" Farel masih mencoba membujuk Cansu agar menerima tawaran dirinya untuk bekerja sebagai Asistennya.
"Baiklah, kita coba besok ya. Semoga saja kamu gak bikin masalah. Aku gak minta banyak sih sama kamu, cukup jangan bikin aku pusing dengan kebodohan yang tak termaafkan," ucap Cansu pada akhirnya.
"Kebodohan yang tak termaafkan itu seperti apa?" tanya Farel tidak mengerti sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya.. kesalahan yang disengaja, nanti kamu paham maksudnya, kalau sudah mulai bekerja." Cansu tersenyum pada Farel yang malah jadi salah tingkah melihat senyum yang begitu cantik.
Setelah Farel diam selama beberapa saat, Cansu memilih untuk tidur saja, ngantuk rasanya. Tanpa sadar kepala Cansu bersandar ke dada bidang milik Farel. Farel menyangga kepala Cansu dengan merangkulnya. Debaran di dadanya semakin kencang, membuat Farel tersipu malu.
Rukmana yang melihat di kaca depan hanya tersenyum saja. Selama dia kenal dengan Cansu, tidak pernah ada laki-laki yang berani mendekati majikannya itu. Cansu selalu marah kalau dia memanggil dirinya dengan sebutan Nona.
Jadi Rukmana akhirnya selalu memanggilnya Cansu saja, tanpa embel-embel Nona. Cansu memang wanita yang selalu rendah hati dan baik hati kepada semua karyawannya.
Setelah sampai di mansion keluarga Cansu, Farel tidak tega untuk membangunkan Cansu yang masih terlelap dalam pelukannya.
"Bagaimana ini?" tanya Farel sambil menunjuk ke arah Cansu yang masih terlelap.
"Angkat saja sampai ke kamarnya, biar aku yang angkat koper ke kamar," Rukmana memberi perintah pada Farel yang tampak ragu-ragu mau menggendong Cansu.
"Sudah gendong saja, kalau di bangunkan nanti susah tidur lagi. Kasihan dia, besok pagi-pagi ada meeting dengan klien penting," karena desakan Rukmana Farel akhirnya berani untuk menggendong Cansu ala-ala Bridal style sampai ke kamar Cansu.
Mansion itu terdapat lima lantai. Sebab itu menggunakan eskalator untuk naik ke atas. Farel yang sudah dikasih tahu dimana kamar Cansu sebelumnya, langsung menekan angka lima. Kamar Cansu memang ada di lantai lima.
"Rumah ini sangat besar, tetapi kenapa sangat sunyi?" bathin Farel. Saat Farel sudah sampai ke kamar Cansu, dia meletakkan Cansu di kasur king size miliknya.
Tanpa sengaja kaki Farel menyandung karpet di dekat ranjang, sehingga tubuh Farel jatuh ke atas tubuh Cansu yang masih terlelap. Tanpa sengaja, bibir mereka menempel. Farel terkesiap sesaat. Merasakan hembusan nafas Cansu yang teratur.
Cansu yang memang kelelahan masih tertidur lelap. Tidak tahu kejadian tersebut, kalau tahu, bisa-bisa Farel hanya tinggal nama saja.
"Kamu sangat cantik sekali. Nanti kalau aku sudah menemukan identitas asliku. Aku akan datang untuk melamar kamu," ucap Farel sambil mencuri satu kecupan lagi.
Cansu yang sebenarnya hanya pura-pura tidur merasakan debar di hatinya saat mendengar janji yang tadi diucapkan oleh Farel.
Sejak pertama melihat Farel, memang ada sedikit ketertarikan terhadap Farel. Tapi selalu ditahan dan di tutupi. Bagaimanapun juga rasanya sangat canggung kalau baru ketemu sudah ada rasa yang tak biasa terhadap Farel.
Selama dekat dengan Rukmana sebagai seorang teman ataupun supir pribadinya, Cansu tidak pernah berhubungan terlalu dekat atau intens sebagai pria dan wanita dengan Rukmana.
Paman Cansu yang mengurus Cansu sejak kecil semenjak orang tuanya meninggal. Mereka selalu mengingatkan Cansu mengenai siapa Rukmana dan siapa dirinya. Sehingga hubungan mereka tercifta hanya sebagai atasan dan bawahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nur hapidoh
semoga betah ya kak, sy otw juga ke novel kakak
2022-09-30
0
@Kristin
Aku mampir y Thor 🤗
2022-09-30
1