Gala Asmara Cinta Segi Enam
Pagi itu Farel Bramantyo berangkat ke Karawang dalam rangka meninjau lokasi proyek yang baru. Tapi naas mobil Farel menabrak pembatas jalan, kondisi jalanan yang sepi membuat Farel kesulitan meminta pertolongan.
"Kenapa tidak ada yang lewat di jalanan ini? Sakit sekali rasanya," belum selesai apa yang akan dikatakan oleh Farel, tiba-tiba saja mobil yang dikendarai mengalami hilang keseimbangan dan jatuh ke sungai. Farel yang masih setengah sadar, meloncat dari mobilnya sebelum mobil itu meluncur dan kecebur lalu terbawa arus sungai.
Kemalangan Farel bukan hanya disitu. Karena panik, Farel asal meloncat saja, tidak sadar kalau tempat yang dia tuju adalah sebuah batu besar. Kepala Farel terbentur dan mengeluarkan banyak darah. Farel pingsan dan kehilangan kesadaran.
Saat itu, kebetulan seorang pemuda desa sedang memancing di sungai tidak jauh dari lokasi kecelakaan tersebut.
Saat akan pulang, tanpa sengaja pemuda bernama Rukmana itu melihat Farel yang pingsan. Karena merasa kasihan akhirnya dia meminta bantuan warga yang kebetulan lewat disana, untuk membawa Farel ke rumahnya.
Rukmana sebenarnya bekerja di Jakarta, dia sedang berlibur bersama majikannya. Pulang kampung. Berziarah ke makam ayah majikannya yang juga berperan sebagai sahabat masa kecilnya, Cansu Andini.
"Siapa itu Rukmana?" Cansu tampak panik, saat sopir pribadinya yang katanya mau mancing malah pulang membawa seorang pria yang pingsan dengan luka-luka dan berdarah di sekujur tubuhnya.
"Saya tidak tahu Cansu, saya menemukan dia pingsan di pinggir sungai. Kelihatannya dia jatuh dari atas tebing dan nyangkut di sungai. Kepalanya kebentur batu besar, banyak darah yang keluar, aku kasihan sama dia, jadi membawa dia pulang," Cansu menyuruh orang-orang itu meletakkan Farel di kamar samping, berdekatan dengan kamar Rukmana.
"Coba kau cari di saku baju atau celana, siapa tahu ada identitas pemiliknya," ucap Cansu sambil mengelap wajah Farel yang kotor dengan lap basah.
Cansu amat prihatin dengan nasib pria asing tersebut. Melihat luka yang banyak di sekujur tubuhnya, bisa di duga kalau dia pasti jatuh dari ketinggian.
Rukmana mengikuti perintah Cansu, namun tidak ada ditemukan apapun disana. Saat mengganti pakaian Farel, Rukmana berteriak di belakang.
"Cansu, lihatlah..." dia menunjukkan kerah kemeja yang sudah koyak itu ke arah Cansu.
"Farel Bramantyo, apa ini merek pakaian yang dia gunakan atau nama pemilik pakaian ini?" tanya Cansu heran. Rukmana yang ditanya hanya menggelengkan kepala tanda tidak paham.
"Biarlah kita pakai nama ini saja, daripada kita kesulitan memanggil namanya," Cansu lalu melanjutkan kegiatannya membersihkan badan Farel yang masih pingsan.
"Cucilah pakaiannya, lalu simpan baik-baik,nanti kalau dia sadar, kita bisa menggunakan pakaian itu untuk identifikasi pria ini," Cansu meminta Rukmana mencuci pakaian pria itu.
"Rukmana, cepat kau siapkan kepulangan kita ke Jakarta, aku besok ada meeting dengan klien penting!" Cansu meminta Rukmana untuk menyiapkan kepulangan mereka ke Jakarta.
"Tapi Cansu, apa yang harus kita lakukan dengan dia?" tanya Rukmana bingung sambil menatap pria asing yang masih tidak sadarkan diri.
"Kita akan membawa dia ke Jakarta, perawatan disana lebih bagus. Nanti minta Om Hendrawan untuk merawat dia," setelah selesai membersihkan darah serta luka Farel, Cansu memutuskan untuk istirahat.
Perjalanan kembali ke Jakarta sungguh melelahkan. Dia harus menyiapkan energinya untuk besok.
"Kau obati semampunya saja, atau panggilkan dokter di sekitar sini, aku mau istirahat dulu," Rukmana lalu pergi ke luar, mencari dokter yang mau dibawa ke kediaman majikannya.
"Lukanya sebenarnya lumayan berat, lebih bagus kalau dibawa ke rumah sakit besar, saya kwatir ada gegar otak atau hal yang lebih serius lagi," sang dokter menjelaskan kondisi Farel yang masih belum sadarkan diri.
"Besok akan kami bawa ke Jakarta Dokter. Ini sudah malam, kwatir kalau melakukan perjalanan jauh, apalagi dengan kita membawa seseorang pasien," Rukmana berusaha menjelaskan kondisi yang sebenarnya.
"Ini saya beri resep. Kalau bisa sekarang di tebus di apotek, supaya luka luarnya bisa segera di obati," setelah selesai dokter tersebut diantar kembali oleh Rukmana dan dia juga mampir ke apotek untuk membeli obat untuk Farel.
Setelah sampai ke rumah, Cansu sudah bangun.
"Bagaimana kata dokter?" Cansu yang masih agak mengantuk itu mendekati Farel yang masih belum siuman juga.
"Katanya harus dibawa ke rumah sakit besar, takut ada gegar otak," Cansu hanya manggut-manggut mendengarkan keterangan Rukmana.
"Kau istirahatlah, sudah malam, sini obat salepnya, biar aku bantu oleskan pada pria ini," Rukmana memberikan obat tersebut lalu dia pergi ke kamarnya. Dia memang harus istirahat, karena besok harus nyetir sampe ke Jakarta.
Pada saat mengoleskan obat, tanpa Cansu sadari, Farel ternyata sadar dari pingsannya. Dia menoleh ke sekeliling, mengamati wajah yang sangat cantik, seorang wanita yang sedang mengoleskan obat pada lukanya.
"Kamu sudah sadar?" Cansu yang menyadari hal itu merasa sangat bahagia. Dia memberikan air minum untuk Farel.
"Minumlah, kau pasti kehausan. Sudah hampir 8 jam kau pingsan," Farel yang kebingungan masih belum mampu mencerna keadaan dirinya.
"Aku dimana?" tanyanya sambil memegang kepalanya yang di perban oleh dokter tadi. Farel kesulitan saat berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya saat ini.
"Kau di rumahku, Tenanglah. Besok sebelum ke Jakarta, kita akan ke kantor polisi dan menanyakan perihal pemeriksaan mobilmu yang kemarin berhasil di amankan oleh warga. Siapa tahu nanti kita dapatkan petunjuk mengenai kecelakaan yang menimpa kamu," Cansu memperlihatkan ponselnya.
Farel menatap foto mobilnya dengan tatapan nanar, mobilnya hancur bagian depan, sehingga menyulitkan identifikasi kendaraan, kerangka mobilnya saja sudah penyok di mana-mana. Terbawa arus sejauh 50 meter.
Rukmana sampai mengerahkan seluruh pemuda kenalannya di desanya. Untuk dapat mengevaluasi mobil Farel. Mobil tersebut di butuhkan untuk mencari penyebab kecelakaan tadi siang.
Cansu sudah menghubungi pihak kepolisian juga, team mereka sedang menyelidiki kasus itu. Cansu hanya tinggal menunggu laporan dari pihak kepolisian.
"Aku gak ingat perihal kecelakaan itu," Farel memegang kembali kepalanya yang berdenyut.
"Tenanglah, jangan memaksakan dirimu. Kamu di tempat aman, kami akan menjagamu." Cansu memijit kaki Farel, merasa kasihan padanya. Dari tadi dia memegangi kakinya dan merintih kesakitan.
"Aku ambilkan makan dulu untukmu, kau pasti lapar bukan?" tanpa menunggu jawaban, Cansu langsung pergi ke dapur dan membawakan nasi dan lauk Pauk untuk Farel.
Farel yang masih bingung dengan keadaan dirinya,
hanya bisa menurut pada Cansu yang dengan telaten menyuapinya dan menjaganya.
"Nama kamu siapa? Kenapa baik sekali. Membantu orang asing seperti saya," Farel yang masih belum stabil keadaannya, bicara terbata.
"Namaku Cansu, kamu sebaiknya jangan banyak bicara, nanti kamu kesakitan. Istirahatlah. Besok kita ke Jakarta untuk membawamu ke rumah sakit yang lebih besar," ucap Cansu sambil tersenyum manis. Farel terpesona melihat senyum tulus Cansu yang entah kenapa, menerbitkan gelayar aneh dihatinya. 'Apakah ini cinta?' bathin Farel.
"Aku baik-baik saja, hanya merasa pusing kepala. Apa kamu menemukan sesuatu pada tubuhku?" tanya Farel dengan tersipu malu sambil melihat sekujur tubuhnya yang saat ini sudah bersih dan menggunakan pakaian bersih yang dipinjamkan oleh Rukmana, kebetulan ukuran pakaian mereka sama, jadi tidak kesulitan memberikan pakaian.
Dia melihat pakaiannya sudah baru dan wangi. Kalau benar dia kecelakaan. Pasti seseorang telah mengganti pakaiannya. Memikirkan bahwa gadis cantik yang ada dihadapannya mengganti pakaian miliknya, seketika dia merasa malu sekali.
"Hei.. jangan kwatir, bukan aku, sopirku tadi yang menggantikan pakaian kamu, dia juga yang menolong kamu dari sungai, aku mana berani melakukan hal itu?" Cansu tertunduk malu. Wajahnya sudah memerah laksana tomat yang siap di masak. Sangking malunya.
"Aku pikir kamu yang mengganti pakaianku," Farel tersenyum malu, menyadari pikiran kotornya tadi.
" Saat ditemukan badanmu penuh dengan darah dan luka. Aku sudah ketakutan tadi, takut kamu tidak bisa selamat," Cansu menatap Farel dengan intens, mengagumi mahluk Tuhan yang tercifta begitu sempurna. Wajah tegasnya dengan sedikit jambang dan brewok, wajah khas ala-ala Timur Tengah dengan kulit putih bersih.
'Setelah dibersihkan wajahnya, ternyata dia tampan sekali. Badannya juga sangat bagus, dia pasti rajin olah raga dan gym,' monolog Cansu dalam hatinya.
Tiba-tiba ada desiran halus di hatinya. Saat melihat Farel yang terus menatap dirinya dengan intens. Baru kali ini Cansu dekat dengan pria sedekat itu. Rasanya sangat canggung.
Persahabatan dirinya sejak kecil bersama Rukmana tidak seintim itu, mereka hanya disatukan oleh keadaan yang mengharuskan mereka selalu bersama, hanya sewajarnya saja, selayaknya majikan dan pembantunya.
Visualisasi Cansu Anjani dan Farel Bramantyo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
ReiRey
jatuh cinta pada pandangan pertama 😊, seru thor👍
2022-10-05
1
@Kristin
Aduhh gak kebayang deh 😱 kasian banget.
2022-09-30
1
Achi
💐💐💐💐💐💐
2022-09-17
1