Setelah pingsan selama hampir lima jam. Akhirnya Farel sadar juga. Cansu yang saat itu tengah mengelap badan Farel yang terus berkeringat dingin merasa sangat senang.
"Akhirnya kau sadar, bagaimana perasaan kamu sekarang?" tanya Cansu sambil mengambil minum untuk Farel.
"Berapa lama aku pingsan?" Farel berusaha untuk bangun, dan duduk, namun kesusahan karena tubuhnya masih lemah.
"Lima jam." Farel meminum air putih yang di sodorkan oleh Cansu. Kepalanya masih pusing.
"Maafkan aku selalu merepotkan kamu, sejak kita bertemu kamu selalu mengurusku dan kamu pasti lelah bukan?" Farel menatap Cansu dengan sendu.
"Jangan berkata begitu. Kita dipertemukan, berarti ada jodoh bukan? Sebagai manusia kita harus saling menolong. Sudah jangan pikiran aku. Kamu istirahat saja. Kesehatan kamu lebih penting." Cansu menyelimuti tubuh Farel, lalu mengupas apel untuk Farel.
Farel menatap Cansu yang selalu telaten merawat dirinya. Ada perasaan haru yang terbit di hatinya.
" Thanks for always be here with me." ucap Farel sambil memegang tangan Cansu.
Cansu yang saat itu memegang pisau seketika membeku. Pegangan tangan Farel begitu hangat. Tatapan mata itu menghipnotis dirinya. Sungguh luar biasa. "Kenapa dia makin ke sini makin ganteng ya? Aduh.. apa kabar hatiku ya?" Cansu mengeluh dalam hatinya.
Pasalnya, selama Farel pingsan tadi. Cansu iseng-iseng browser tentang Farel. Di beritakan bahwa pria di hadapannya ini sedang dalam persiapan pertunangan dengan anak konglomerat di negeri ini. Arini Suganda. Wanita yang sangat cantik dan menawan. Seketika hati Cansu merasa pilu.
"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Farel heran. Melihat Cansu yang menatapnya dengan sendu. Ada air mata yang menetes tanpa permisi.
"Tidak apa-apa, kamu makan apelnya ya. Ini sudah aku kupas dan potong-potong." Cansu memberi piring yang berisi apel ke pada Farel.
"Suapin ya, masa kamu tega sama aku? Aku lagi sakit loh!" Farel pasang wajah memelas nya. Cansu terbahak-bahak melihat tampang Farel yang sendu dan semakin membuat wajahnya ganteng maksimal.
Hati Cansu berdenyut nyeri. Entah kenapa, melihat foto Farel bersama Arini di berita online, hati Cansu terasa sakit dan pilu.
"Dia sudah mau bertunangan, aku gak boleh kaya gini. Bisa bahaya kalau nanti makin mendalam perasaanku kepadanya." Cansu terus mensugesti dirinya sendiri untuk tidak berharap pada Farel.
"Kamu kenapa? Dari tadi aneh banget. Ada masalah sama aku?" Farel mencoba membawa Cansu ke pelukan dia. Tapi Cansu segera menarik diri dan berpamitan pada Farel.
"Aku harus pergi sekarang, ada hal mendesak di kantor. Kamu istirahat baik-baik ya." Cansu mengambil tas tangannya, dan bersiap pergi.
"Bisakah kamu di sini saja? Aku kesepian kalau sendirian. Masa kamu gak kasihan sama aku?" pinta Farel sambil menggenggam tangan Cansu.
"Tapi aku ada keperluan di kantor. Kamu juga butuh istirahat loh." Cansu mencoba tersenyum.
"Kamu telpon sekretaris kamu saja. Pinta dia yang handle dulu kerjaan kamu. Aku mau kamu temani aku disini." Farel ngotot tidak mau Cansu pergi.
"Ya sudah, sebentar ya. Aku telpon sekretaris aku dulu." Farel mengangguk dan memberikan waktu untuk Cansu menyelesaikan urusannya.
Cansu yang sebenarnya hanya membuat alasan untuk bisa pergi dari ruangan Farel. Memilih untuk duduk di kursi depan kamar Farel.
"Aku gak boleh terlalu dekat dengan Farel. Bisa bahaya kalau sampai aku jatuh cinta sama Dia. Arini sangat cantik. Bisa saja mereka saling mencintai." Cansu melihat ke sekeliling yang masih ramai dengan pengunjung. Kebetulan saat itu adalah jam besuk pasien.
"Kamu lagi apa? Kok malah melamun di sana sih?" tiba-tiba Farel sudah di depan pintu dengan mendorong infus di tangannya.
"Kamu kenapa bangun dari bed kamu?" Cansu yang kaget langsung memapah Farel agar kembali berbaring di ranjangnya.
"Aku nungguin kamu lama sekali. Kalau aku gak nekat turun, kamu pasti gak bakal masuk ke sini. Keasyikan melamun. Melamunin apa sih? Sampai aku yang lagi sakit kamu tega tinggalkan." Farel merajut karena melihat Cansu yang masih sendu tatapannya.
"Aku hanya sedang memikirkan perusahaan saja. Beberapa bulan terakhir team rahasia yang aku bentuk, menemukan berbagai kecurangan yang dilakukan oleh Paman ku. Hal itu memberikan dampak negatif ke perusahaanku." Cansu dusta tentu saja. Walaupun memang benar apa yang dia sampaikan adalah kebenaran. Tapi di luar sana, yang dipikirkan oleh Cansu adalah mengenai Farel bukan perusahaan.
"Kalau aku sudah sembuh dan keluar dari sini, aku pasti akan membantu kamu. Percayalah padaku." Janji Farel dengan semangat 45.
"Kamu kalau sembuh dan keluar dari sini, pasti balik ke keluarga kamu. Gak mungkin kamu ingat sama aku." Cansu mengalihkan pandangannya melihat jendela. Tidak mau kalau Farel melihat kesedihan hatinya saat ini.
"Cansu bodoh! Dia itu sudah punya tunangan. Kendalikan dirimu Ok!" Perintah hati Cansu.
"Kalau aku sudah keluar dari sini. Aku gak mau kembali ke keluargaku. Fakta bahwa mobilku di sabotase, itu adalah bukti bahwa ada seseorang yang ingin melenyapkan nyawaku. Aku gak bisa gegabah dengan nyawaku dengan kembali ke sana." Cansu menatap Farel tidak percaya.
"Apa kamu yakin dengan keputusan kamu?"
"Setidaknya sampai aku ingat masa laluku. Aku harus memastikan kalau semua aman kalau aku balik ke keluarga aku." Farel menatap mata Cansu yang kini berbinar. Ada kebahagiaan di sana.
"Apa kamu bahagia aku tidak pergi?" Farel tersipu karena pertanyaannya sendiri.
"Aku senang kalau kamu ada di sisiku." Cansu merona wajahnya karena menahan malu.
"Katakanlah kalau kamu ingin aku untuk tinggal di sisimu. Aku pasti menuruti apapun mau kamu." Farel membawa tangan Cansu ke pelukannya.
"Tolong jangan seperti ini." Cansu menarik tangannya dan bangkit dari tepi ranjang Farel. Tapi Farel malah menarik tangan Cansu dan tangan satunya memegang leher Cansu.
Dalam hitungan detik, Farel sudah mencium bibir merah Cansu. Cansu yang terkejut dengan hal itu hanya diam, ciuman Farel semakin dalam dan menuntut Cansu untuk membalas.
Cansu yang kembali sadar, langsung melepaskan dan pergi keluar dari ruangan Farel. Jantungnya yang berdetak sangat kencang membuat dia merasa harus menjauh dari Farel.
"Dia sudah mo tunangan. Aku gak boleh terjatuh dalam pesona Farel. Saat dia kembali dengan ingatan masa lalunya, di saat itu dia pasti akan ninggalin Aku." Cansu bermonolog terus, memberikan sugesti terhadap dirinya sendiri. Agar jangan sampai jatuh cinta pada Farel.
Farel yang kini hanya sendirian di kamarnya, merenung kembali hari-harinya belakangan ini. Sejak dia kecelakaan dan bertemu dengan Cansu. Hatinya selalu bahagia, dunianya terasa berwarna.
Ada ketidak relaan dalam hatinya untuk meninggalkan Cansu. Tapi dia sendiri merasa bingung dengan identitas dirinya. Kalau benar yang dikatakan oleh Pak Arifin bahwa dirinya seorang CEO Bramantyo Groups, maka dia punya tanggung jawab besar terhadap perusahaan miliknya. Tetapi pikirannya untuk berpisah dengan Cansu juga menyakitkan hatinya.
Sudah hampir satu jam, Cansu belum juga kembali. Tadinya Farel akan melihat ke luar. Siapa tahu Cansu melamun lagi seperti tadi. Tapi dia urungkan niatnya tersebut. Bagaimana Cansu pasti merasa terkejut dengan kelakuan dirinya yang tiba-tiba menciumnya.
"Dasar bodoh!! Cansu pasti sekarang berpikir bahwa aku pria mesum." Farel menjambak rambutnya frustasi. Karena mengantuk akhirnya Farel memutuskan untuk tidur saja. Pengaruh obat yang tadi di suntikan oleh perawat mulai bekerja sepertinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments