Tiara berjalan tanpa arah dan tujuan, ia hanya mengikuti langkah kakinya yang entah akan kemana. Bahkan ia tak memperdulikan tetasan air hujan yang membasihi tubuhnya itu. Sakit, hancur. Itulah yang saat ini Tiara rasakan.
Selama ini kurang apa Tiara pada Rey? Tiara sebisa mungkin menjadi istri yang baik untuk suaminya itu, melayani Rey, menyiapkan semua kebutuhan suaminya itu, membagi waktu mengurus perkerjaan dan juga rumah. Bahkan Tiara tidak mempedulikan tubuhnya yang lelah selepas menjalani tugas-tugasnya itu.
Tapi apa? Lihatlah, Rey teganya menghianati dirinya. Bermain gila dengan Lian, bahkan mereka melakukan aktifitas menjijikannya itu di atas ranjang Tiara dan juga Rey. Di mana ranjang tersebut menjadi saksi saat Tiara menyerahkan mahkotanya untuk suaminya itu dulu.
Rey berdalih ingin menolong Lian, menolong macam apa itu? Apanya yang di tolong?
"Kamu jahat Mas, aku benci sama kamu. Apa salahku sama kamu? Sehingga kamu tega menghianatiku Mas!" lirih Tiara.
*
*
*
Sementara itu di tempat lain, seorang laki-laki parubaya terlihat berjalan tergesa-gesa meninggalkan gedung pencakar langit, di mana gedung tersebut adalah gedung perusahaan miliknya. Tanganya terlihat memegangi ponsel yang menempel di dekat telinganya. Raut wajah laki-laki parubaya itu terlihat begitu di penuhi kecemasan.
"Tenangkan dia, saya akan segara pulang!" ucapnya kepada seseorang di balik sambungan telepon tersebut.
Setalah itu ia mematikan sambungan teleponnya, lalu berjalan menuju parkiran khusus, di sana terlihat seorang laki-laki muda sudah menunggunya. Laki-laki muda itu menunduk hormat pada laki-laki parubaya tersebut, yang tak lain adalah atasannya.
"Kita pulang sekarang, Ken!" pinta laki-laki itu pada Asisten pribadinya.
Laki-laki yang bernama Ken itu, terlihat langsung menganggukkan kepalanya. Ia membukakan pintu mobil untuk Tuannya itu, setalah memastikan Tuannya itu masuk, Ken langsung menutup pintu mobil itu kembali, lalu ia menyusul masuk ke dalam mobil, duduk di kursi pengemudi, dan mobil pun mulai melaju meninggalkan tempat tersebut.
"Ken, segara carikan perawat untuk Teo. Kasian istri saya, seperti ia sangat kewalahan mengurus anak itu!" Perintah Tuan Smith pada asisten pribadinya itu. Selain Asisten pribadi, Ken juga salah satu orang kepercayaan pemilik perusahaan Smithan Grup, sebuah perusahaan besar, yang bergerak di bidang property.
"Baik Tuan," jawab Ken.
"Tapi ingat carikan perawat yang professional, perawat yang benar-benar ingin kerja serius! Jangan seperti yang sudah-sudah! Kau mengerti?"
"Baik Tuan."
"Ken apa yang kau lakukan?" pekik Tuan Smith. Ia terkejut saat Ken tiba-tiba mengerem mobilnya itu secara mendadak.
"Maaf Tuan, seperti saya menabrak seseorang," jawab Ken. Ken tak kalah terkejut dengan Tuanya itu.
"Astaga Ken, cepat liat! Kenapa kau tidak hati-hati! Cepat lihat!"
Ken langsung menganggukkan kepalanya, dengan cepat laki-laki itu turun dari mobilnya.
Tuan Smith terlihat memijat pelipis keningnya, satu masalah saja belum selesai, kenapa datang masalah baru. Ingin rasanya dia memarahi Ken, namun ia rasa tidak ada gunanya.
"Nona... Nona bangun..." ucap Ken pada wanita yang tertabrak olehnya barusan. Entahlah Ken, rasa ia tidak menabraknya, hanya hampir tertabrak saja.
Ken juga mengamati wanita tersebut, ia tidak melihat luka sama sekali. Tapi kenapa wanita itu tidak sadarkan diri?
"Ken, bagaimana?" teriak Tuan Smith dari dalam mobil, ia membuka kaca mobil tersebut.
"Seperti dia pingsan Tuan."
"Ya sudah masukan saja dia ke mobil, kita bawa pulang saja wanita itu. Ayo Ken, ada yang lebih penting dari pada ini!" tegas Tuan Smith.
Ken langsung mengangguk, ia pun mengangkat tubuh wanita tersebut dan memasukan ke dalam mobil.
"Apa lukanya serius?" tanya Tuan Smith pada Ken, yang kini sudah kembali melajukan mobilnya.
"Saya liat tidak ada luka sama sekali Tuan, dan seingat saya, tadi saya tidak menabraknya, hanya hampir tertabrak saja," jelas Ken.
"Lalu kenapa dia pingsan?"
Ken mengelengkan kepalanya. Karna ia pun tidak tahu sama sekali penyebabnya, apa mungkin karna wanita itu terkejut? Entahlah.
Tak lama kemudian, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Tepatnya kediaman Tuan Smith, rumah mewah bergaya khas Eropa terlihat di sana.
"Kau urus wanita itu Ken, saya harus mengurus Teo dulu." titah Tuan Smith, sebelum ia keluar dari mobil tersebut.
"Baik Tuan."
Setalah itu Tuan Smith pun terlebih dahulu turun dari mobil tersebut, lalu ia berjalan masuk ke dalam rumah.
Semantara itu Ken, menjalankan perintah yang di berikan Tuannya itu, untuk mengurus wanita yang tadi. Ken membawa wanita masuk ke dalam rumah, lalu membawanya ke salah satu kamar tamu yang ada di rumah tersebut. Setalah membaringkan wanita tersebut, yang kini masih belum sadarkan diri itu.
Ken meminta pelayan wanita untuk mengantikan pakaian wanita itu yang basah, sementara Ken ia menelepon Dokter pribadi keluarga Tuan Smith, untuk memeriksa kondisi wanita tersebut.
*
*
*
"Bagaimana kondisi Teo Mah?" tanya Tuan Smith pada istrinya itu.
"Dia masih di dalam Pah, pintu kamarnya di kunci dari dalam, tadi Mamah mendengar bunyi seperti barang pecah Pah. Mamah takut terjadi apa-apa pada Teo, Pah." jawab Nyonya Henzy, sambil terisak tangis.
"Kenapa tidak di dobrak saja pintunya Mah, kenapa tidak menyuruh orang rumah untuk merobohkan pintu kamarnya?"
"Sudah Pah, tadi sudah menyuruh mereka. Bahkan tiga orang sekaligus. Tapi pintunya sangat kuat, mereka tidak sanggup. Bukan hanya itu Teo mengancam mereka, jika mendobrak pintu kamarnya, maka Teo akan lompat dari jendela!"
"Anak itu benar-benar keterlaluan!" pekik Tuan Smith.
Tuan Smith langsung menggedor-gedor pintu kamar putranya itu.
"Teo, buka pintunya! Teo..." teriak Tuan Smith.
"Pah jangan teriak-teriak."
"Diam Mah, dia harus diberi pelajaran! Hidupnya selalu saja menyusahkan orang lain!" ucap Tuan Smith penuh amarah.
"Teo buka pintunya cepat!" Tuan Smith kembali menggedor-gedor pintu kamar putranya itu. Ia tidak mempedulikan istrinya yang menahannya itu.
Hingga beberapa saat kemudian.
Ceklek...
Pintu kamar tersebut terbuka.
"Kamu benar-benar terlaluan Teo!" geram Tuan Smith.
Ia langsung masuk ke dalam kamar tersebut, seraya menarik tangan putranya itu dengan kasar, Teo terlihat pasrah saat Papahnya itu mengikat tanganya dengan ratai.
"Pah jangan lakukan itu, kasian Teo.. Pah," pinta Nyonya Henzy memohon pada suaminya itu.
"Diam Mah, anak ini selalu saja membuat onar! Selalu merepotkan orang lain!" Tuan Smith tidak menghiraukan istrinya itu. Ia terus melakukan aksinya itu, merantai kedua tangan dan kedua kaki Teo, lalu mengikatnya ke ranjang tersebut.
Namun anehnya Teo masih terlihat pasrah, ia sama sekali tidak memberontak.
Setalah mengikat putranya itu, Tuan Smith pun langsung berjalan keluar dari kamar tersebut.
Semantara Nyonya Henzy, ia langsung memeluk putranya itu, sambil menangis.
Teo terlihat mengeleng-gelengkan kepalanya. Seperti memberikan sebuah isyarat pada wanita yang sudah melahirkannya itu. 'Jangan menangis Mah, aku baik-baik saja.'
"Cepatlah kembali seperti dulu Teo, Mamah sangat merindukan kamu yang dulu Nak," ucap Nyonya Henzy lirih, sambil mengusap kepala anaknya itu.
Bersambung...
Sebenernya apa yang terjadi pada Teo ya?
Kita main tebak-tebakan yuk!
Nanti di bab selanjutnya author kasih bocoran sedikit tentang si Teo ini.
Yang jawabnya benar, tau mendekati benar, nanti author kasih pulsa deh.
Buat tiga orang ya, masing-masing 20k
Jangan lupa juga...
Like
Komen
Vote
Gift
Babay...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ilan Irliana
mngkin Teo akn jd jodoh ms dpn Tiara hmm...mngkin Teo trauma x y..
2023-04-05
0
Sunarti
kenapa dng Teo ada mslh apa sdh sekolah kah
2023-02-21
0
Ray
Teo apakah mengalami trauma atau parah hati kalo dia sdh dewasa saat ini?
Semakin Penasaran pastinya🙏👍😘
2023-02-20
0