"Perkenalkan saya, Ken." ucap Ken pada Tiara.
"Ken? Apa saya mengenal anda sebelumnya Tuan?"
"Saya rasa tidak! Tadi saya hampir menabrak anda Nona. Lalu anda pingsan begitu saja," jelas Ken.
Tiara terdiam, ia mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Ah iya, Tiara baru ingat. Tiara pikir, dia bener-bener tertabrak tadi. Padahal ia tadi sudah pasrah, jika saat itu ia akan benar-benar tertabrak, ia rasa itu lebih baik, jika bisa Tiara lebih baik mati saja!
"Kenapa anda tidak menabrak saya saja Tuan? Kenapa anda tidak membuat saya mati saja!"
"Apa kamu gila? Saya masih waras! Bisa-bisa saja di penjara jika Nona mati!" jawab Ken, ia menatap Tiara aneh.
'Huh, kamu bodoh Tiara! Untuk apa kamu berkata seperti itu pada dia!' ungkap Tiara dalam hatinya.
"Baiklah, maafkan saya Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu, terima kasih sudah menolong saya," ucap Tiara. Ia mulai bangkit dari tempat tidur tersebut.
"Tunggu! Anda mau kemana?"
"Saya mau pulang," jawab Tiara.
"Ini sudah larut malam, sebaiknya Nona bermalam di sini saja. Tadi kata Dokter juga Nona harus banyak istirahat."
"Jangan panggil saya Nona, panggil saya Tiara. Maaf saya tidak mungkin bermalam di sini, sekali lagi terima kasih atas pertolongan anda Tuan," ucap Tiara sopan.
"Tidak Nona! Anda harus bermalam di sini!" tegas Ken.
"Kenapa anda memaksa Tuan! Kita tidak saling kenal bukan?" Tiara mulai kesal pada laki-laki yang berdiri di hadapannya itu. Siapa dia? Kenapa dia melarang Tiara untuk pergi dari sana?
"Ken, bagaimana?" Tiba-tiba saja Tuan Smith dan Nyonya Henzy masuk ke dalam kamar tersebut.
Ken berbalik menghadap Tuannya itu, sementara Tiara ia mengalihkan pandangannya pada Tuan Smith dan Nyonya Henzy.
'Siapa lagi mereka? Sebenernya ada di mana aku?' batin Tiara.
"Anda sudah sadar Nona, syukurlah. Perkenalkan saya Smith, dan ini istri saya." ucap Tuan Smith pada Tiara, yang menatapnya itu. Laki-laki parubaya itu tersenyum pada Tiara, begitu juga dengan Nyonya Henzy.
Tiara hanya mengangguk, lalu membalas senyuman mereka, namun senyuman Tiara nampak kaku. Tiara merasa tidak asing dengan nama yang di sebutkan oleh laki-laki itu. Tapi Tiara, lupa mereka itu siapa. Entahlah, Tiara rasa itu tidak terlalu penting, yang terpenting saat ini adalah, Tiara harus cepat pergi dari sini. Rasanya ia tidak enak berlama-lama di tempat itu.
Ya walaupun tidak bisa pungkiri, tempat tersebut sangat nyaman, apa lagi penghuni rumahnya sangat ramah.
"Saya Tiara. Terima kasih sudah menolong saya Tuan Smith dan Nyonya Henzy. Terima kasih untuk kebaikan kalian. Saya permisi, saya harus segara pulang," ucap Tiara. Ia langsung berajak dari ranjang tersebut.
"Bermalam di sini saja, besok pagi kamu boleh pulang. Ini sudah larut malam, dan saya rasa kondisi kamu masih belum stabil," sahut Tuan Smith.
"Tapi Tuan..."
"Saya tadi sudah berkata seperti itu pada Nona Tiara, Tuan. Tapi dia tetap keukeh ingin pulang," pungkas Ken. Tiara mendelik kesal pada laki-laki itu, sungguh menyebalkan. Kenapa dia memotong ucapan Tiara, yang belum selesai.
"Sebaiknya kamu menurut saja Tiara. Tenang saja kamu aman di sini," timpal Nyonya Henzy ramah.
"Iya benar kata istri saya, menurut saja Tiara. Besok pagi Ken, akan mengantarkan kamu pulang."
Tiara menghelai nafasnya, ia terlihat pasrah. Lalu menganggukkan kepalanya pelan.
"Baiklah, kami permisi dulu." ujar Tuan Smith, diangguki oleh Nyonya Henzy.
Begitu juga dengan Tiara, ia menganggukkan kepalanya. Setalah itu Tuan Smith dan Nyonya Henzy berlalu dari sana.
"Sebaiknya anda makan dulu Nona," ujar Ken pada Tiara.
"Iya, terima kasih Tuan Ken."
"Baiklah, kalau begitu saya permisi. Jika anda butuh apa-apa, panggil saya Maya, nanti dia akan ke sini, memberikan obat untuk Nona." Tanpa menunggu jawaban dari Tiara, Ken langsung berlalu dari sana.
Tiara menghempaskan kembali tubuhnya itu ke atas kasur. Tunggu! Tiara baru sadar, kenapa ia memakai pakaian yang berbeda? Seingat Tiara sebelumnya ia masih memakai seragam kerjanya. Siapa yang mengganti pakaian?
Tiba-tiba saja pintu kamar tersebut, terlihat terbuka kembali. Nampak seorang wanita masuk ke dalam sana. Wanita tersebut tersenyum pada Tiara.
"Nona kenapa buburnya tidak di makan? Nanti keburu dingin loh Nona," ucap Maya, ia melihat bubur yang tadi ia bawa, masih utuh di atas nakas.
"Di makan ya Non, terus di minum obatnya," lanjut Maya.
"Iya, terima kasih. Maaf sudah merepotkan Anda," ucap Tiara.
"Perkenalkan saya Maya, orang-orang di rumah ini biasa memanggil saya Bi Maya, Nona boleh memanggil dengan sebutan itu pada saya. Di sini saya hanya asisten rumah tangga Nona." jelas Maya dengan ramah.
"Ah iya, Bi terima kasih. Saya Tiara. Jangan panggil saya Nona, saya bukan majikan Bibi," ujar Tiara sambil terkekeh.
"Nona tamu Tuan saya, saya wajib menghormati Nona. Sekarang di makanlah Nona buburnya, apa mau saya suapin?" Maya memberikan bubur tersebut pada Tiara.
"Ah tidak usah Bi, saya bisa sendiri." Tiara mengambil bubur tersebut dan mulai memakannya. Rasanya Tiara sungkan, tapi bubur tersebut sangat enak, rasanya Tiara tidak bisa berhenti untuk memakannya. Entahlah, atau memang Tiara yang kelaparan, karna seingatnya, hari ini perutnya belum terisi dengan benar, hanya tadi pagi saya ia sarapan sepotong roti. Pada saat jam makan siang saja, Tiara sampai lupa mengisi perutnya itu, karna jam istirahatnya ia habiskan diruangan rawat adiknya Tari.
Biasa Tiara makan dengan benar pada malam hari, bersama suaminya.
Mengingat suaminya, tiba-tiba saja Tiara menghentikan suapan makannya itu. Rasa sesak terasa kembali menjalar di hati Tiara.
Mengingat sang suami yang sudah menghianatinya itu. Tak terasa air mata Tiara meluncurkan begitu saja dari pelupuk mata wanita itu. 'Kenapa kamu tega sama aku Mas?' batin Tiara.
Maya yang sedari tadi memperhatikan Tiara yang makan dengan lahap itu tersenyum, namun senyuman Maya sirna, saat melihat Tiara yang menghentikan suapannya itu, dan wanita itu malah menangis.
"Nona, apa anda baik-baik saja?" tanya Maya.
"Eh iya Bi," Tiara langsung menyerka air matanya, 'sial kenapa aku tidak bisa menahannya!' lanjut Tiara berucap dalam hatinya.
"Kenapa Non?" tanya Maya lagi.
"Saya tidak apa-apa Bi, saya hanya ingat adik saya saja, di lagi sakit."
"Ya ampun Non, yang sabar ya. Semoga Adik Non cepat sembuh."
"Iya Bi, terima kasih."
Maya mengangguk, "ayo lanjut lagi makannya Non," titah Maya.
"Saya sudah kenyang Bi." Entahlah, Tiara sudah kehilangan nafsu makannya saat ini.
"Baiklah, kalau begitu Non minum obat dulu ya. Biar Non juga cepat sembuh." Maya memberikan beberapa butir obat dan segelas air putih untuk Tiara. Tiara pun menerimanya, lalu meminum obat tersebut.
'Aku tidak boleh lemah, aku harus kuat. Masalah Mas Rey, akan segara aku selesaikan, aku akan minta berpisah darinya. Ayo Tiara kamu pasti bisa melewati semua ini, ingat masih ada Tari yang membutuhkan kamu,' batin Tiara, menyemangati dirinya sendiri.
*
*
*
"Tiara kamu kemana, kenapa belum kembali juga?" Rey nampak mondar-mandir di ruang tamu, sedari tadi ia menunggu istrinya itu, namun sudah lewat tengah malam, Rey tidak melihat ada tanda-tanda Tiara akan pulang. Mencoba menghubungi istrinya itu, namun ponsel Tiara tidak aktif.
Rey sudah juga sudah mencoba menghubungi teman-teman Tiara, tapi mereka bilang tidak ada Tiara di Rumah Sakit, pikir Rey menduga jika Tiara pergi ke sana untuk menenangkan diri.
"Maafkan aku Tiara, kamu di mana sayang?" Raut wajah Rey terlihat dipenuhi penyesalan, serata kekhawatiran. Mau mencari Tiara, tapi dia sendiri bingung, harus mencari Tiara kemana? Di luar hujan sangat deras pula.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan Votenya ya.
Gift juga boleh, wkwkwk.
Kalau gak ada poin, bolehlah nonton Iklan, nyawar sama author, hahaha
Untuk tebak-tebakan yang kamarin, aku udah dapat pemenangnya. Di part selanjutnya aku kasih tau ya.
Terima kasih, Babay...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sunarti
Rey kayaknya emang di jebak sama mamanya
2023-02-22
0
TePe
ga usah dicari maszeh.....
nikmatin aja yg ada 🤣
2023-02-21
0
Ray
Khilaf tapi yang bikin enak 🤔😡
Semoga Tiara kuat menghadapi cobaan🙏😘
2023-02-20
0