Tik tik..
Bunyi pelan keyboard ditekan oleh PR Manajer PT Xander tak lain Adriana sendiri yang berusaha tetap fokus merevisi newsletter yang telah dikerjakan oleh asistennya. Pikirannya terpecah, ia mendapat kabar dari Naya tadi pagi kalau bapak terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit karena gula darahnya sempat drop, bapak mempunyai diabetes sama seperti mendiang ibu. Adriana sudah mengajukan cuti untuk besok, jadi hari itu ia berkewajiban harus menyelesaikan semua pekerjaannya. Ya, termasuk pekerjaan untuk beberapa hari ke depan.
Trrrrr...
Handphonenya bergetar Aaron memanggil. Jantung Adriana melompat.
"Halo"
"Kak...." Suara Aaron terputus.
"Gimana?" tanya Adriana was-was.
"Bapak... Kak, Bapak sudah gak ada"
"Apa maksudmu" kata Adriana dengan suara meninggi.
"Bapak sudah tidak ada kak, barusan...."
"Tidak! Tidak! Tidakkkkk!" Pekik Adriana dengan putus asa, handphonenya meluncur menghantam lantai kantornya, ia terduduk di kursi dan menangis keras. Dunia seakan hancur detik itu juga.
Tok tok ...
Pintu di ketuk dari luar tanpa sabar.
"Ibu Riana, ada apa bu?" tanya suara seorang pria.
Tok tok.. lagi terdengar suara ketukan di pintu.
"Bu, maaf saya masuk yah"
Rafael yang juga lembur mengerjakan laporan yang harus masuk sebelum jam 8 malam, pekikan dari ruangan Adriana membuatnya kaget. Ia terlonjak dari kursi karena mengira ada makhluk kasat mata yang mengganggu jam lemburnya.
"Bu Riana, ada apa bu?" Seru Rafael mendapati Adriana terisak pilu memeluk tubuhnya sambil mencengkeram kemeja di bagian dada.
"Rafael, hiks... Kamu bisa antar saya ke bandara?" Kata Adriana terbata-bata menengadah dengan air mata berjatuhan.
"Bisa bu, ada apa bu?" tanya Rafael penuh cemas.
"Bapak saya meninggal" kata Adriana berusaha bangkit dari kursinya namun kemudian terkulai terduduk kembali tanpa tenaga. Hati dan tubuhnya remuk, ia kehilangan pegangan hidup dalam seketika.
"Tuhan!" lirih Rafael "ibu sudah pesan tiket?" Yang disambut gelengan lemah dari Adriana "tunggu ya bu" Rafael langsung berlari keluar dari ruangan Adriana menuju kubikalnya kemudian mengambil jaket, tas, handphonenya. Suasana kantor sudah sangat sepi berhubung sisa mereka berdua di bangunan itu.
"Mari bu" kata Rafael memapah tubuh Adriana setelah mengumpulkan semua isi tas manager idolanya "naik taksi saja yah bu, mobilnya di simpan di kantor saja. Aku temenin ibu sampai Surabaya yah?"
"Engg... makasih Rafael... Nanti kabari Pak David sekalian yah" kata Adrian lemah. Syukurnya ia masih mengingat bossnya.
Mereka akhirnya mendapatkan tiket penerbangan terakhir. Selama perjalanan Rafael menyaksikan sosok setahun belakang dikenalnya dingin dan tegar ternyata memiliki sisi yang sangat rapuh. Rafael belum tahu rasanya kehilangan orang tua, ia masih memiliki keduanya. Adriana iya.
...
Pemakaman baru saja dilakukan secara militer, Adriana tak pernah lepas dari rengkuhan Aaron sejak tiba semalam di rumah hingga siang ini. Adek bungsunya sangat paham dengan kepergian Bapak secara tiba-tiba membuatnya Adriana terpukul secara mental. Adriana sangat dekat bapak ketimbang dengan mendiang ibu.
Sejak kecil Adriana selalu ikut kemanapun dengan Bapak, hingga dewasa pun mereka adalah teman ngobrol yang melewati batasan antara anak dan orang tua melainkan dua orang dewasa yang saling sharing tentang apa saja. Bapak adalah cinta pertama dan cinta yang kekal di hati Adriana, tidak ada yang bisa menggantikan tempat itu. Tidak pernah ada.
...
Tiga hari kemudian dilalui Adriana dengan membuka semua album foto, menatap lekat-lekat foto lawas bapak sambil menangis. Banyak foto saat Adriana masih kecil yang selalu bersama dengan Bapak, foro-foto itu membuatnya makin sesak. Ia bukan hanya kehilangan sosok Bapak, tapi semuanya termasuk tempat curhat dan orang yang paling dicintainya melebihi siapapun bahkan mendiang ibu sekalipun. Ibu sepanjang hayatnya lebih meluangkan banyak perhatian kepada Naya dan Aaron. Mungkin porsi itu telah disepakati antara Bapak dan Ibu.
"Aku sekarang tidak punya siapa-siapa" gumam lirih Adriana mengusap pelan foto berdua bapak dan dirinya saat nikahan Naya.
"Hushhh.....Kakak masih punya kami, ada aku kak" kata Aaron berkaca-kaca langsung merengkuh tubuh kakaknya makin bergetar dengan isakannya makin mengeras.
"Bapak pergi tanpa pamit, aku tidak sempat minta maaf" kata Adriana terbata-bata, dadanya sesak penuh perih "kenapa Tuhan jahat dek?" Lanjutnya meremas kaos Aaron.
"Tuhan sama sekali tidak jahat kak, tapi ini sudah suratan takdir-Nya. Kita hanya manusia yang berperan untum menjalaninya, hidup dan mati adalah hak prerogatif Tuhan" kata Aaron bijak sambil mengelus rambut kakaknya.
"We fall, we break, we fail, but then we rise, we heal, we overcome" lanjut Aaron
"I wish......" Gumam lirih Adriana.
Ia pernah terluka selebar tangkuban perahu karena ditinggalkan oleh pacar yang menikah, butuh waktu yang sangat lama untuk bisa melupakan. Kali ini giliran Adriana ditinggalkan oleh bapak yang lukanya tidak akan sembuh dan mengering hingga akhir hidupnya.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
adisty aulia
Bekerja dirantau resikonya seperti itu.. dan hal yang paling menyesakkan ketika kita menerima kabar duka..
😭😭😭
2021-10-01
1
Hesti Pramuni
mr HB lagi menggeliat nih...
2021-05-12
0
Seojung Kim
duhhh gimana donkkk ini nyesek kaliii...Kak Laplusbelle ngena banget cerita nya
2020-04-09
1