"Jadi langsung pulang nih bu?" Kata Tian Nugroho memecah keheningan di dalam mobil, dari site menuju hotel tempat Adriana menginap hanya untuk cek out dan langsung ke bandara
"Iya pak, soalnya kerjaan juga sudah selesai. Maaf sudah merepotkan" kata Adriana melirik Pak Tian, pria berusia 31 tahun yang berparaskan mirip suami artis Titi Kamal, namanya juga sama, cuma Pak Tian ini berkulit coklat, ototnya kekar, dengan mata hitam yang bisa menenggelamkan siapapun yang menantang kedalamannya.
"Ya ampun bu Riana, tiap Ibu kesini saya juga yang mengantar kok. Maksudku besok kan baru Sabtu kenapa gak nginap semalam lagi, saya kan bisa jadi guide kulineran"
"Bapak saya meminta ke Surabaya pak, baru kemarin juga ngabarinnya" dalih Adriana.
"Kalau orang tua sih saya gak bisa komentar lagi" kekeh Tian, melirik Adriana yang pandangannya tetap fokus di depan.
"Maybe next time yah pak" kata Adriana berusaha menghibur Pak Tian yang terdengar tulus menawarkan. Pria itu spontan tersenyum lebih lebar. Secercah harapan sepertinya timbul dalam hati.
"Pak Tian mau di lobby atau di mobil nunggu saya?" Tanya Adriana sesaat memasuki pelataran hotel.
"Saya tunggu di lobby saja bu" balasnya, kapan lagi aku bisa berjalan berdampingan dengan gebetan, batin Tian.
Mereka akhirnya berjalan beriringan menuju pintu depan hotel Emerald - sangat serasi dengan tinggi badan mereka. Sayangnya, dua hati tidak seimbang. Satu mengharap, satunya tidak merasakan apapun.
"Bu, kalau besok-besok ke Jakarta lagi, bisa saya ajak lunch bareng?" Tanya Tian yang membuat Adriana menghentikan langkahnya.
"Bukannya kita sudah pernah makan siang bareng pak" balas Adriana menatap lurus pria berkemeja coklat, pakaian dinas umumnya pegawai lapangan. Terkesan sangat laki, terlebih jika yang memakai memiliki postur berotot bukan membuncit.
"Bukan makan siang kantor rame-rame bu, maksud saya, cuma saya dan ibu" ujar Tian dengan lugas. Ia melancarkan pendekatan terbaiknya.
"Oh" kata Adriana kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Tian mematung dan akhirnya tersadar jika hanya sendiri di titik itu. Tian kemudian setengah berlari mengejar Adriana.
"Jadi?" Tanya Tian tetap berusaha setelah berada di samping Adriana. Para pahlawan saja berperang berhari-hari, berbulan bertahun demi kemerdekaan negara ini, masa demi gadis dia tidak berjuang. Walau Adriana bukan wanita kebanyakan, bukan wanita yang mengejar Tian. Terkadang hidup tidak adil, orang disukai bukan orang yang menyukai kita. Dan terjadilah cinta bertepuk sebelah tangan.
"Baiklah" jawab Adriana pelan yang membuat Tian Nugroho tersenyum lebar mendengar satu kata itu.
Adriana menatap bapak sedang menyantap ayam goreng yang dibelinya saat perjalanan pulang dari bandara. Hati Adriana sedang tidak baik, ia sedih melihat kondisi Bapak yang turun drastis. Sebulan setelah pernikahan Naya, Bapak terlihat lebih kurus dari sebulan yang lalu.
"Bapak sehat-sehat saja kan?" Tanya Adriana yang tak lepas pandangannya menatap Malik Fataahillah. Hatinya pilu melihat kondisi Bapak.
"Sehat kok nak, bapak baik-baik saja" kata Bapak sambil meneruskan suapannya. Suaranya bijak dan tenang. Bapak dulunya seorang pemimpin walau bukan di level tinggi.
"Tapi bapak turun banget badannya" cecar pelan Adriana tidak bermaksud menyudutkan Bapak.
"Mungkin banyak bergerak saja, kebun kecil bapak di belakang membuat bapak terus bekerja" Malik beralasan berusaha menenangkan sang anak sulung.
Iya, di belakang rumah mereka masih menyisakan sepetak tanah seluas 300 meter yang dijadikan kebun oleh bapak, ditanami berbagai sayuran dan di pojok di tanami pisang kepok dan pisang raja.
"Sebenarnya bapak panggil kamu nak karena Abe besok kesini" kata Bapak menatap lurus anak sulungnya.
"Buat apa?" Balas Adriana datar, walau hatinya kaget. Ia mulai menerka-nerka sambil menunggu perkataan Bapak selanjutnya.
"Dia mau dekat dengan kamu nak" kata bapak sambil mencuci tangannya di kobokan. Tentu saja nantinya Bapak akan ke wastafel mencuci tangan dengan sabun.
Adriana menatap bapak lagi, raut muka itu membuatnya takluk. Ah demi bapak yang aku cintai.
"Jam berapa besok Kak Abe datang?"
"Mungkin jam 10 pagi"
"Baiklah, berarti sekalian dengan makan siang yah pak, pagi-pagi aku ke pasar untuk belanja kalau begitu" kata Adriana beranjak mengumpulkan piring kotor, namun ia menyempatkan mencium puncak kepala bapak.
...
Adriana tertunduk memandangi kotak beludru hijau di atas meja, kotak yang baru saja disodorkan Abe disaksikan oleh Bapak. Perlahan ia membuka dan mendapatkan cincin berlian sangat memukau, harganya separuh dari nilai mobilnya yang merupakan pabrikan negara tirai bambu.
"Alangkah baiknya kita saling mengenal dulu kak" kata Adriana menatap bergantian Abe dan bapak "ini terlalu cepat jika langsung ada ikatan sementara saya tidak terlalu banyak tahu tentang kakak" lanjutnya mencari kata tepat yang tidak melukai kedua laki-laki di dekatnya.
"Ini membuktikan kalau saya serius dengan, Adri" kata Abe dengan sorot mata teduh dan dewasa menatap Adriana yang tetap tenang sesekali melirik Bapak.
Ya, Bapak terlihat penuh harap.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
to the point nih si Abe..!
mm...bolehlah..
2021-05-12
0
🔪міноַ⓿⓼ᶫꓸᴬ🦊
@soejung kim udah sampai episode 4, lanjuuttttt 👏
2020-04-09
2
y2k theena
visual donk thoor...biar tambah semangat
2020-03-17
1