"Andi sayang,bangun!" Ku guncang perlahan tubuh mungilnya yang masih dibalut selimut. "Andi? udah siang nak, shalat subuh dulu!" bisikku tepat di telinganya. Andi menggeliat malas sembari mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. "Udah setengah 6,shalat dulu!" perintahku sembari menarik selimutnya. Andi bangun dan duduk cukup lama,aku memang selalu kesulitan jika membangunkan Andi. Entahlah, padahal setiap malam Andi selalu tidur lebih awal tapi setiap pagi juga dia akan sangat sulit untuk bangun pagi.
"Yuk! bangun yuk!" Aku menarik tangannya lembut dan akhirnya Andi bangkit lalu beranjak menuju kamar mandi.
"Ma,lampu kamar mandinya mati ya? kok gelap?" teriaknya. Aku menghampiri Andi dan memeriksa lampunya,padahal seingatku tadi masih menyala. "Padahal tadi masih nyala loh sayang,kok bisa ya?" Aku mencoba meng On-off kan saklarnya berulang kali.
"Rusak kali ma,lampunya kan udah tua!" seloroh Andi. Aku terkekeh kecil mendengar penjelasan nya. "Iya yah, mungkin lampunya udah jompo!" Sahutku menahan tawa. "Ya udah, buka aja jendelanya. biar agak terang." aku membuka jendela dan membiarkan cahaya lampu di luar menerobos ke dalam. Kemudian aku beranjak menuju kamarku,Aku menatap lama isi lemari bajuku. Rasa-rasanya Aku masih menyimpan satu Bohlam di dalam laci.
"Alhmdulilah masih ada,"Aku beranjak menuju kamar mandi. kulihat Andi tengah menunaikan shalat subuhnya, dengan begitu Aku bisa leluasa mengganti lampu di kamar mandi. Ku ambil salah satu kursi yang ada di dekat meja makan. Untuk urusan seperti ini Aku bisa menyombongkan diri. Aku cukup cekatan dan mungkin sudah 'Terbiasa' melakukan pekerjaan yang umumnya di lakukan oleh kaum Pria.
Terkadang, Aku merasa kasihan pada diriku sendiri. Apakah semua ini pantas aku lakukan? Meskipun Aku handal, tapi aku ini perempuan? bukankah perempuan sebaiknya melakukan Hal-Hal yang tidak terlalu membahayakan dirinya? misalnya memasak atau mencuci saja. Aku berdecak dengan isi kepalaku yang sedang berdebat sendirian lagi. Hal Terakhir yang ku ingat adalah saat Aku membetulkan salah satu stopkontak dan berakhir dengan kebakaran kecil karna aku salah memasang kabelnya.
Namun karena kecelakaan itu,aku jadi paham cara memasangkan kabel listrik yang baik dan benar setelah Suami Bu Dewi memberitahuku.
Mungkin sebagian orang akan berfikir, jika perempuan tak perlu menyentuh peralatan listrik atau benda-benda seperti perkakas dan yang lainnya. Karna ada sosok Suami atau bisa saja meminta tolong pada orang lain yang lebih paham akan hal itu. Namun Almh. Ibuku pernah bilang,"Jangan terlalu bergantung pada orang lain, Mesikpun itu suamimu sendiri." Kata-katanya itu masih terngiang-ngiang di telingaku hingga kini. Dan benar saja,apa yang dia ucapkan sungguh sangat terasa di kehidupan ku saat ini. Memiliki suami yang jarang pulang ke rumah dan lebih memilih pergi bersama teman-temannya membuatku sadar,Bahwa aku tak bisa bergantung sepenuhnya pada suamiku.
"Ma,lampunya udah nyala?" Aku terkesiap saat Andi memanggilku.
Ah sial,Bisa-bisanya aku malah melamun. "Sebentar sayang," jawabku lalu Kemudian menempelkan bohlam itu dengan segera. "Coba Andi,tolong kamu tekan saklarnya?!" Andi dengan segera menekan saklarnya dan akhirnya aku bisa tersenyum lega saat melihat lampu itu menyala sempurna.
"Wah,mama hebat. Nanti kalo udah besar, biar Andi aja yang pasangin lampunya. mama duduk aja!" tukas nya membuat jantungku terasa berdenyut nyeri.
Kami Berdua kemudian sarapan dan bersiap dengan rutinitas kami hari ini. Andi akan berangkat sekolah dan Aku pergi bekerja. "Ma,kapan Andi bisa ikut ke tempat mama kerja?" tanya Andi sembari sibuk mengikat tali sepatunya.
Aku yang duduk tak jauh darinya hanya menatap bingung.
"Sabar ya nak,nanti kalo seandainya Majikan mama udah sembuh. dan kamu libur sekolah. mama pasti ajak!" Sahutku menenangkannya.
Sebetulnya salahku juga kenapa memberi harapan pada Andi bahwa dirinya bisa ikut bersamaku jika dia nanti libur sekolah.
"Andi ayo, berangkat!" teriak Reyhan dari depan teras rumahnya. kami berdua mendongak menatap Reyhan.
"Wahh, Reyhan udah siap ya! ibu mana?" tanyaku penasaran yang sejak pulang sore tadi belum sempat bertemu dengannya.
"Ibu lagi nyuci,di belakang!" sahutnya sembari berlari menyongsong kearah kami. Mereka berdua pamit dan bergegas pergi menuju sekolah.
Aku menyetop salah satu angkutan umum. Ku pilih bangku yang paling ujung,Bangku yang jadi favoritku jika sedang naik Angkot. Karna saat aku duduk aku juga bisa memandang jauh kebelakang,melihat hilir mudik kendaraan dan lautan manusia yang tampak sibuk di pagi hari.
Seperti Hari ini, kendaraan yang aku tumpangi kebetulan tengah menunggu penumpang disalah satu gang. Aku Asyik menatap jalu beberapa motor dan mobil. Ku lihat ada sosok yang ku kenal, seorang wanita cantik yang tengah Boncengan naik motor.
"Itu kayanya Sinta deh," Aku mengingat-ingat sejenak. Baru saja hendak ku lambaian tangan untuk menyapanya,namun Sinta terlihat sibuk bercerita dengan pria di depannya. mereka terlihat mesra dan akrab.
"Apa itu pacarnya yah?"pikirku sembari menilik apakah aku mengenal pria tersebut. Pria yang bisa ku tebak memiliki postur tinggi besar dan kulit sawo matang itu sepertinya kekasih baru Sinta. Sinta adalah teman satu pabrikku dulu. Kami bisa di bilang cukup dekat tapi Sinta memilik prinsip yang jauh berbeda denganku. sehingga terkadang kami sering berselisih paham soal itu. Jika Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan Hidup,maka Dia bekerja hanya untuk mencari pacar dan calon suami orang kaya. Tapi sepertinya Sinta berhasil,Ku lihat juga kendaraan yang di tungganginya lumayan mahal dan bagus. Syukurlah akhirnya dia bisa mencapai keinginan nya. batinku.
Tanpa Ku sadari,Aku sudah dekat dengan kompleks perumahan tempatku bekerja. Aku bergegas turun. melupakan sedikit cerita tentang Sinta temanku.
"Pagi Neng," sapa salah seorang Security.
"Selamat pagi juga pak!" Sahutku tersenyum ramah dan bergegas menuju rumah majikanku. Aku melangkah pasti memasuki pintu samping dan ku lihat pak Wahyu Security rumah tengah asyik ngopi di sudut taman.
"Eh,neng Alis udah sampe. masuk aja neng!" Tukasnya ramah.
"Iya,Terima kasih pak!" Aku langsung masuk ke dapur dan mengganti sandalku. ku sapa Bi Marni yang tengah asyik mengupas kentang.
"Wah,sibuknya!" godaku. Bi Marni menoleh dan tersenyum kearahku.
"Kamu udah datang Lis,Mau ngopi dulu? bibi bikin gorengan di meja!" tanyanya
"Enggak bi, makasih. Aku udah sarapan. Oh iya, Gimana mas Sandy semalem?" tanyaku penasaran. Bi Marni menoleh kearah ku dan tersenyum. Aneh rasanya melihat ekspresi nya seperti itu secara tiba-tiba.
"Kenapa bi? kok senyum-senyum?" selidikku mendekat dan membantunya mengupas kentang.
"Kayanya Mas Sandy suka sama nasi gorengnya. dia bilang,besok minta dibuatkan menu yang sama buat makan siang!" jelasnya. Mendengar itu,tentu saja membuatku ikut tersenyum lega.
"Alhmdulilah,itu artinya mas Sandy bisa menerima saya dong bi jadi perawatnya. dia gak bakal marah-marah lagi kan bi?" tanyaku sedikit khawatir mengingat bagaimana sikapnya kemarin terhadapku.
"Tenang aja, Mas Sandy orangnya baik kok! apalagi kalau dia udah cocok soal makanan. bibi Rasa kamu bakalan lama kerja disini." Tukasnya Bahagia.
Aku ikut tersenyum melihat kegembiraan yang ditujukan Oleh bi Marni. Namun Aku kembali teringat soal kamar Bu Ayu yang di acak-acak nya.
"Oh iya bi,soal kamar Bu Ayu Gimana?" Aku setengah berbisik.
"Bu Ayu, sempet tanya kamu kemana waktu Mas Sandy masuk ke kamarnya. Bibi bilang kamu lagi buat makan siang. Terus bibi juga bilang,Kamu udah coba larang mas Sandy." jelasnya Hati-Hati.
Aku sedikit cemas,takut jika Bu Ayu akan marah padaku soal hal itu.
"Kamu tenang aja,Bu Ayu gak akan marah kok!" bi Marni menenangkan.
Kami asyik membuat sarapan untuk Bu Ayu dan melakukan pekerjaan lainnya secara bergantian. Bi Marni sepertinya sangat senang aku turut serta membantu pekerjaanya. tubuhnya pasti sudah lelah bertahun-tahun bekerja di rumah ini. Selesai memasak Aku bertugas merapikan meja makan hingga menghidangkan makanannya. Tak berapa lama bu Ayu datang,Aku tersenyum manis menyambut kehadirannya. ku persilahkan beliau duduk.
"Mau bikin minum apa bu?" tanyaku
"Teh manis hangat, tolong!" pintanya kemudian membuka beberapa lembar koran yang sejak tadi tergeletak di atas meja makan. Baru kali ini aku benar-benar melihat kegiatan orang kaya membaca surat kabar sebelum sarapan. biasanya aku hanya melihat adegan-adegan seperti itu lewat TV saja. Aku kembali dengan membawa Teh Manis hangat pesanannya.
"Oh iya Alis. hari ini kamu gak perlu nyiapin makan siang buat keponakan saya. biar Bi Marni yang urus. kamu fokus aja jaga dia, jangan sampai keluyuran lagi seperti kemarin" tegasnya
Raut wajahnya yang sedikit dingin membuatku agak takut hingga tak berani menjawab dan hanya membalas perintahnya dengan satu kali anggukan.
• • •
Setengah jam sudah Bu Ayu pergi meninggalkan Rumah. Aku bersiap membawa nampan berisi sarapan menuju kamar Mas Sandy.
Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi mas,saya bawain sarapan!" aku masuk dengan suara pelan. ku lihat ma Sandy masih terlelap dengan selimut yang membalut tubuh kekarnya. Ku letakan Nampanku di atas meja. Aku merapikan pakaian kotor dan membawanya keluar kamar. lalu kembali merapikan dan membersihkan Meja nakas di samping Ranjangnya. Ku rasa Mas Sandy tidur sangat pulas, sehingga dia tak mendengar bunyi 'berisik' yang aku timbulkan saat tanganku tak sengaja menyenggol Vas bunga nya.
"Seandainya Pasienku setenang ini, gak banyak protes dan gak banyak mau. pasti aku betah lama-lama kerja disini. meski Bi Marni bilang aku bisa saja bekerja lama disini, tapi aku tak menjamin bagaimana sikap Mas Sandy nantinya terhadapku. Aku menoleh pelan kearah Tempat tidur. perasaanku tak enak dan merasa di awasi.
Dan benar saja mas Sandy menatap dingin kearah ku seperti mayat hidup.
"Astagfirullah!!!" Aku terduduk kaget.
"Mas Sandy sudah bangun! maaf mas kalo saya berisik. saya tadi cuma lap meja aja kok mas,tapi gak sengaja nyenggol Vas bunganya." Selorohku tanpa jeda. Mas Sandy seperti malas mendengar 'kicauan' ku dan hanya berpaling menatap langit-langit kamarnya. Aku benar-benar tak suka sikap dinginnya yang tak beralasan itu.
Ahh! kenapa juga aku harus nyerocos didepannya. Aku yakin dia muak mendengar cara bicaraku yang memang bawel ini.
"Mas Sandy perlu sesuatu?" tanyaku bingung. Hening tanpa jawaban membuat ku agak kesal dan tak sabar.
• • • • •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments