02•Tatapan Iba

Aku terus mencoba mengetuk pintu kamar mandi. "Mas,tolong jawab? Mas sandy baik-baik aja kan?"tanyaku lagi. Ku kerahkan semua kekuatanku untuk mendorong paksa pintu itu,

BRAKK!

Tak Ku sangka bahwa aku sekuat ini, bisa membuka pintu kamar mandi dengan sekali tarikan nafas saja. Namun saat ini bukan itu yang membuatku kaget,Aku terkesiap saat melihat Mas Sandy berdiri dan hendak melepas Celana pendeknya. Dia menoleh kaget kearahku,begitu pula aku yang sontak berbalik badan.

"WOIIIYY!!!"teriaknya kaget dengan sedikit suara ringisan di akhir teriakannya,mungkin dia tak sadar jika wajahnya masih bengkak.

"Maaf Mas,saya fikir Mas Sandy kenapa-kenapa! jadi saya dobrak pintu nya. Maaf!" aku menutup pintu kamar mandi kembali dengan perasaan campur aduk. Kaget, malu tentu saja dan Aku menyesali kebodohanku barusan. Aku duduk menjauh dari kamar mandi,mencoba menenangkan diri dan berharap Mas Sandy tak marah atas sikap lancangku barusan.

15 menit sudah Aku menunggu,Namun Mas Sandy belum juga menunjukan tanda-tanda akan keluar dari kamar mandi. apakah dia sangat kesulitan hingga membutuhkan waktu cukup lama di dalam sana. "Ah! Biarin aja deh, nanti salah lagi" Aku bergumam sembari sibuk merapikan tempat tidurnya.

KREKK! KREKK!

Bunyi Kruk itu membuatku seketika menoleh,tubuh Mas Sandy nampak setengah Basah dengan kancing baju yang terlihat tidak Rapi. Aku mendekat dan segera memapahnya.

"Katanya kalo lagi sakit begini,Mending gak usah mandi. di lap aja," tukasku Pelan. Mas Sandy tak menjawab dan hanya fokus berjalan seperti ingin cepat-cepat duduk di ranjangnya. Aku segera menyabet handuk kecil di kursi dan menyerahkannya pada Mas Sandy.

"Handuknya Mas," Aku menatapnya bingung, haruskah ku keringkan tubuhnya dengan handuk itu? Atau ku biarkan saja dia menyelesaikannya sendiri.

"Kamu Orang sini?" tanya nya tiba-tiba. Aku terkesiap,karna takjub mendengar pertanyaan nya barusan.

"Iya Mas. Rumah saya enggak jauh dari kompleks ini," Pemuda itu tampak melirik sebentar kearahku dengan tatapan malas lalu kembali membenarkan posisi duduknya.

"Gak usah panggil Saya Mas. panggil Nama aja." pintanya ketus.

"Enggak ah Mas,saya kan bawahan. nanti dipikirnya enggak sopan lagi." Aku mendekati Nakas dan mengambil Sup yang hampir dingin itu.

"Sarapan dulu Mas,udah waktunya minum obat." Aku menoleh kearah jam waker Yang sudah menunjukan pukul 8 pagi.

"Saya gak selera makan,Gak usah maksa!" tolaknya dengan nada lemah. sangat berbeda dengan nada bicaranya yang tiba-tiba meninggi tadi.

"Sup InI bagus untuk menyembuhkan luka Mas,Apalagi luka seperti yang Mas Sandy alami ini" Aku mengaduk supnya agar Uap panasnya mengepul,dengan begitu Mas Sandy akan tergiur dengan aromanya. Namun sepertinya pemuda itu sama sekali tak terpengaruh dengan apa yang coba aku lakukan. Entah kenapa Aku malah merasa kasihan dengan sikap diamnya. dia pasti sangat terpukul dengan kondisinya sekarang. tak mudah memang menjadi orang pesakitan secara tiba-tiba. apalagi jika kita memiliki mobilitas Tinggi sebagai pekerja. Itu juga yang pernah Aku alami saat harus terbaring tiga hari di rumah karna keseleo. Rasanya bosan dan frustasi.

"Gak usah liatin saya. Saya gak suka cara kamu menatap saya. memalukan,"

Desisnya.

Aku menunduk dan sedikit memundurkan tubuhku ragu.

"Maaf Mas,saya cuma merasa sedih aja dengan kondisi Mas Sandy seperti ini." Aku beralasan.

"Saya gak minta dikasihani! gak perlu berlebihan. Pergi sana!" titahnya lagi.

"Tapi Mas,kata Bu Ayu saya harus memastikan Mas Sandy sarapan dengan benar setiap hari."

"Bilang aja, saya sudah makan. dan makanannya bisa kamu buang ke tempat sampah!" Sahutnya dingin.

"Maaf Mas,saya Gak bisa berbohong. apalagi menyangkut nyawa orang lain, kalo nanti Mas Sandy kenapa-kenapa. saya pasti yang akan lebih dulu dimintai pertanggung jawaban!" Tandasku Tak mau kalah. Sandy menatapku kesal.

"Bawel banget!" Desisnya tak suka.

"Mas Sandy tetep harus makan!" Aku memaksa dan mendekatkan Mangkuk berisi Sup itu kearahnya. Namun sedetik kemudian Sandy mendorong kasar supnya sehingga isi sup sedikit tercecer di atas meja. "Mending kamu pergi aja, saya lagi pengen sendiri" pinta Sandy.

"Tapi mas,tugas saya disini melayani mas Sandy. kalau untuk makan aja saya gak bisa bantu. Gimana Saya bisa lanjutin kerjaan saya nanti?" tukasku

"Kalo kamu gak suka kerja disini, besok tak perlu datang lagi!" Mas Sandy melempar handuknya sembarangan.

Aku melihat beberapa Luka memar dan luka goresannya yang masih basah. pasti rasanya sangat sakit dan perih. tapi kenapa orang seperti dia sangat sulit di atur? aku memberanikan diri mengambil salep di atas meja lalu mendekatinya. Pemuda itu tampak kaget dengan tindakanku yang tiba-tiba mendekat padanya. "Heh,mau ngapain kamu?!" Gertaknya.

Aku merapikan kancing bajunya meski dengan malu-malu dan merasa ini tak sopan."Maaf Mas kalo saya lancang,tapi ini sudah jadi tugas saya. saya gak bisa diem aja!" Aku fokus merapikan kancing bajunya lalu ku oleskan salep itu ke atas tangannya yang penuh luka goresan.

"Sayang kalo sampe telat di obatin,

nanti bekas lukanya sulit hilang. Lagipula percuma Mas Sandy marah-marah! toh itu tak akan bikin Mas Sandy cepat sembuh." Aku mengoleskan secara perlahan salep itu. meski ucapanku terdengar begitu tenang tetapi sejujurnya Jantungku bergemuruh seperti tengah terjadi badai besar. baru kali ini aku bersikap Berani melawan seseorang yang baru aku kenal. padahal bisa saja aku pergi saat dia memintaku. namun Aku harus bertanggung jawab atas pekerjaan ku Ini. Aku tak boleh gagal seperti para pekerja yang di pecatnya kemarin-kemarin.

"Setelah salepnya kering,Mas Sandy boleh makan supnya. saya tinggal sebentar keluar,permisi!" Aku pergi dengan membawa handuk yang basah tadi tanpa menoleh lagi kearah Mas Sandy. tak perduli dia marah atau kesal dengan sikapku,yang ingin aku lakukan sekarang adalah segera keluar dari kamar itu.

Aku bersandar dibalik pintu kamarnya. menghirup dalam-dalam udara yang hampir saja hilang dari paru-paru ku. menyebalkan sekali rasanya.

kenapa aku harus mengurusi orang yang punya tempramen buruk seperti itu. Tapi jika aku menyerah sekarang,Itu sama saja aku mempermalukan diri sendiri. Karna kemarin Bu Ayu sudah membayar uang kerjaku di Muka selama satu bulan kedepan. bahkan sebagian uang itu sudah ku pakai untuk membayar keperluan sekolah Andi. "Huh! sabar" Aku mengusap dada dan bergegas pergi menuju dapur untuk menemui Bi Marni.

"Eh,kamu udah selesai Lis? Gimana? Mas Sandy mau minum obat?" tanyanya segera. Aku duduk di sebuah kursi yang terletak tak jauh dari tempat Bi Marni berdiri.

"Belum bi. boro-boro minum obat,sup nya aja gak di sentuh. katanya dia gak selera makan dan malah nyuruh saya buang makanannya ke tempat sampah!" gerutu ku.

Bi Marni tersenyum tipis seakan bisa menebak apa yang akan terjadi. "Sabar ya Lis,menghadapi orang sakit memang harus telaten." tukasnya menyemangati ku.

"Oh iya bi, kalo boleh saya tahu kenapa Mas Sandy bisa kecelakaan gitu sih? sampe parah banget. katanya kemaren bibi mau cerita?" Aku menagih janji yang sempat Bi Marni ucapkan kemarin. wanita tua itu tampak celingukan seakan memperhatikan keadaan sekitar.

"Tapi kamu jangan ribut yah,ini cuma antara kita berdua. sebenarnya Mas Sandy abis putus sama pacarnya. makanya dia mabuk-mabukan dan akhirnya kecelakaan deh." Bisiknya Hati-Hati.

"Oh jadi Gara-gara putus cinta. Ckck!" Aku berdecak tak habis pikir. pemuda setampan itu bisa frustasi Gara-gara perempuan. "Memangnya kaya apa sih bi pacarnya itu? sampe Mas Sandy nekat begitu?" selidiki lagi.

"Wah pokoknya pacarnya itu cantik banget. bibi inget dulu,Dia sempet datang kesini beberapa kali. katanya sih Pacarnya itu model dan calon artis gitu Lis." Bi Marni tampak mengingat-ingat.

"Pantes aja Mas Sandy begitu. dia pasti cinta banget sama pacarnya. kalo orang tua Mas Sandy dimana bi?" kucoba beralih pada hal lain. Sebetulnya banyak Hal-Hal yang belum aku ketahui dari keluarga ini. dan inilah saat yang tepat untukku mengetahui seluk beluk keluarga Mas Sandy ini.

"Kamu lihat foto besar yang ada di ruang tengah itu? itu orang tua Mas Sandy yang sudah meninggal 13 tahun silam. mereka meninggal karna kecelakaan pesawat saat hendak bekerja. sejak kecil Mas Sandy sudah di rawat oleh bu Ayu. makanya Bu Ayu sudah seperti ibunya sendiri." jelasnya. Aku tertegun mendengar cerita Bi marni. ternyata Mas Sandy memikul penderitaan lebih besar dari yang ku alami. dan kecelakaan ini pastilah membuatnya semakin tersiksa.

"Bu Ayu itu, gak punya suami yah? atau anak?" Aku menatap penasaran pada Bi marni. "Bu Ayu dulu pernah punya suami. tapi bercerai setelah mereka menikah 15 tahun. karna bu Ayu gak bisa kasih keturunan. Lis janji yah,kamu jangan ceritakan lagi soal ini diluar rumah. cukup kita berdua aja!" pintanya

"Iya bi, tenang aja. aman!" Sahutku meyakinkan. "Kayanya aku harus balik lagi ke kamar bi. siapa tahu mas Sandy mau makan makanannya!" pamitku.

"Ya udah sana,semangat ya!" Bi Marni tersenyum penuh harap. Mungkin wanita itu juga lelah jika harus terus berganti pegawai dan menjelaskan segala sesuatunya dari awal. sedangkan pekerjaan nya pun bertambah setiap hari. Rasanya jika melihat penderitaan orang-orang disekitarku yang sangat berat membuatku kembali bersemangat. betapa Tuhan masih begitu baik dengan memberiku hanya secuil rasa sakit.

TOK..TOK.. TOKK..

Aku mengetuk pintu pelan. Ku Rubah ekspresi wajahku menjadi lebih ramah dan tenang. aku berharap Mas Sandy mau berkompromi kali ini. Ku lihat Mas Sandy yang tengah berbaring dengan pandangan melihat kearah jendela.

"Maaf Mas, mengganggu!" Aku mendekat dan melihat mangkuk yang tadi ku tinggalkan tadi.

"Alhamdulilah Mas Sandy mau makan. Terima kasih banyak Mas,Mas udah bikin kerjaan saya mudah,ini obatnya mas!" Aku mengambil beberapa obat dan menyimpannya di sebuah piring beserta air putih.

"Kenapa kamu mau kerja disini?" Tanya nya tiba-tiba.

Aku menoleh sebentar lalu kembali fokus merapikan mangkuk dan sendok di atas meja. "Awalnya saya pikir,saya kerja sebagai ART disini Mas. ternyata bukan. dulu saya sempat kerja jadi buruh pabrik, tapi tempatnya jauh dari rumah. dan saya gak bisa ninggalin anak saya kalo kerja jauh."

"Kamu punya anak? berapa umur kamu?" Mas Sandy bertanya dan menatapku sesaat. namun aku tak berani membalas tatapannya.

"Punya Mas. anak saya laki-laki dan sekarang sudah kelas 4 SD." Aku menjelaskan meskipun Mas Sandy tak memintanya. tapi kurasa dia akan puas dengan jawaban ku barusan.

"Suami kamu kerja dimana? kenapa malah kamu yang kerja?" Sandy masih menatap kearahku.

"Mas,Mending Mas Sandy minum obatnya dulu. abis itu istirahat!" Pintaku menyudahi obrolan kami. Aku terlalu takut jika dia bertanya lebih dalam tentang kehidupan ku. Dan entah mengapa Mas Sandy seakan tertarik untuk bertanya. apakah memang dia orang yang penasaran atau hanya iseng. Aku berjalan hendak meninggalkan kamar Mas sandy,

"Mau kemana?" Sandy melirik kearahku.

"Saya mau mencuci piring. Mas Sandy perlu sesuatu?" tanyaku mendekat.

"Ambilkan saya buah-buahan!" pintanya lagi. aku tersenyum, setidaknya dia mau makan sesuatu selain sup dan buburnya.

"Baik Mas,saya ambilkan!" aku bergegas keluar kamar dan menuju dapur.

"Kok balik lagi Lis?" tanya bi Marni menatapku heran.

"Mas Sandy minta buah-buahan bi" tukas ku antusias.

"Wah,alhmdulilah sepertinya Mas Sandy sudah mulai bisa menerima kamu. ya udah,kamu ambil aja buah-buahan yang ada di kulkas. kebetulan bibi baru belanja tadi." perintahnya.

Aku siapkan nampan kecil untuk membawa beberapa buah segar dan kembali ke dalam kamar dengan segera.

"Permisi Mas,ini pesanannya!" Aku mendekat dan melihat obat yang tadi aku berikan,ternyata masih sama dan tak berkurang.

"Obatnya belum diminum Mas?" tanyaku heran.

"Kamu gak liat Obatnya banyak gitu. saya gak mau!" sahutnya malas.

"Tapi kan,kalo Mas Sandy gak mau minum obat nanti lama banget sembuhnya!" aku menatapnya penuh harap.

"Saya sudah bilang,kalo kamu gak sanggup kerja disini,tinggal pergi saja!" Sandy menatapku sinis.

Sepertinya dia sedang berusaha menguji kesabaranku. Aku menghela nafas dalam,lalu tersenyum menatap obat-obatan itu. Aku mengambilnya dan menyimpannya kembali.

"Ya sudah kalo Mas Sandy gak mau minum obat. yang sakit kan Mas sendiri. bukan saya yang rugi." Sindirku

"Kamu nyindir saya?" Desisnya dengan nada sedikit kesal. Aku berbalik badan dan kembali mendekat padanya,hendak membantu mengupaskan apel.

"Enggak nyindir kok,cuma bicara fakta aja!" jawabku sekenanya. kudengar Helaan nafas kesalnya di akhir. Aku tak memperdulikan dan hanya fokus mengupas Apel nya.

"kamu berani juga ya?" Sandy tersenyum remeh.

"Kalo saya gak berani,mana bisa saya ngerawat orang kaya mas sandy ini." Aku menyerahkan potongan apel itu padanya. wajah Sandy terlihat ketus karna ucapanku yang mungkin sudah membuatnya kesal seharian.

"Setelah ini,tolong ambilkan ponsel saya di ruangan tante Ayu." pintanya lagi.

"Maaf mas,soal ponsel. Bu Ayu berpesan pada saya. kalo mas gak boleh pegang ponsel. Mas Sandy harus benar-benar beristirahat di kamar!"

Sandy membuang muka,sudah pasti dia kesal dengan hal itu."Itu kan ponsel saya,apa hak kamu melarang saya?" Protesnya.

"Sekali lagi maaf mas,saya gak bisa melanggar perintah bu Ayu."

"Tante keterlaluan!" umpatnya nyaris tak terdengar.

"Tunggu apalagi? pergi sana!" Usirnya. Aku mengangguk dan segera pamit meninggalkan ruangannya.

Aku berjalan gontai menuju dapur,entah akan seperti apa nantinya hubungan kerjaku dengan pasien yang satu ini. tapi yang jelas aku harus bertahan demi masa depan Andi.

• • • • • •

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

jgn marah2 mas Sandy..
nanti cpt tuirrrr
🤣🤣🙏

2023-01-30

1

lihat semua
Episodes
1 ~PROLOG~
2 01• Pekerjaan Baru
3 02•Tatapan Iba
4 03•Pemarah
5 04•
6 05•
7 06•
8 07•
9 08•
10 09•
11 •10
12 •11
13 •12
14 •13
15 •14
16 •15
17 •16
18 •17
19 •18
20 •19
21 •20
22 •21
23 •22
24 •23
25 •24
26 •25
27 •26
28 •27
29 •28
30 •29
31 •30
32 •31
33 •32
34 •33
35 •34
36 •35
37 •36
38 •37
39 •38
40 •39
41 •40
42 •41
43 •42
44 •43
45 •44
46 •45
47 •46
48 •47
49 •48
50 •49
51 •50
52 •51
53 •52
54 •53
55 •54
56 •55
57 •56
58 •57
59 •58
60 •59
61 •60
62 •61
63 •62
64 •63
65 •64
66 •65
67 •66
68 •67
69 •68
70 •69
71 •70
72 •71
73 •72
74 •73
75 •74
76 •75
77 •76
78 •77
79 •78
80 •79
81 •80
82 •81
83 •82
84 •83
85 •84
86 •85
87 •86
88 •87
89 •88 --
90 SANDY HADIWIJAYA POV
91 •90
92 •91
93 •92--
94 •93--
95 •94--
96 •95--
97 •96--
98 •97--
99 •98--
100 •99--
101 •100--
102 •101
103 •102
104 •103
105 •104
106 •105
107 •106
108 •107
109 •108
110 •109
111 •110
112 •111
113 •112
114 •112
115 •113
116 •114
117 115• Hari pertama menjadi istri
118 •116
119 •117
120 •118
121 •119
122 •120
123 •121
124 •122
125 •123
126 •124
127 •125
128 •126
129 •127
130 •128
131 •129
132 •130
133 •131
134 •132
135 •133
136 •134
137 •135
138 •136
139 •137
140 •138
141 •139
142 •140
143 •141
144 •142
145 •143
146 •144
147 •145
148 •146
149 •147
150 •148
151 •149
152 •150
153 •151
154 •152
155 •153
156 •154
157 •155
158 •156
159 •157
160 •158
161 •159
162 •160
163 •161
164 •162
165 •163
166 •164
167 •165
168 •166
169 •167
170 •168
171 •169
172 •170
173 •171
174 •172
175 •173
176 •174
177 •175
178 •176
179 •177
180 •178
181 •179
182 •180
183 •181
184 •182
185 •183
186 •184
187 •185
188 •186
189 •187
190 •188
191 •189
192 •190
193 •191
194 •192
195 •193
196 •194
197 •195
198 •196
199 •197
200 •198
201 •199
202 •200
203 •201
204 •202
205 •203
206 •203
207 •204
208 •205
209 •206 END
210 ••Ekstra Part••
Episodes

Updated 210 Episodes

1
~PROLOG~
2
01• Pekerjaan Baru
3
02•Tatapan Iba
4
03•Pemarah
5
04•
6
05•
7
06•
8
07•
9
08•
10
09•
11
•10
12
•11
13
•12
14
•13
15
•14
16
•15
17
•16
18
•17
19
•18
20
•19
21
•20
22
•21
23
•22
24
•23
25
•24
26
•25
27
•26
28
•27
29
•28
30
•29
31
•30
32
•31
33
•32
34
•33
35
•34
36
•35
37
•36
38
•37
39
•38
40
•39
41
•40
42
•41
43
•42
44
•43
45
•44
46
•45
47
•46
48
•47
49
•48
50
•49
51
•50
52
•51
53
•52
54
•53
55
•54
56
•55
57
•56
58
•57
59
•58
60
•59
61
•60
62
•61
63
•62
64
•63
65
•64
66
•65
67
•66
68
•67
69
•68
70
•69
71
•70
72
•71
73
•72
74
•73
75
•74
76
•75
77
•76
78
•77
79
•78
80
•79
81
•80
82
•81
83
•82
84
•83
85
•84
86
•85
87
•86
88
•87
89
•88 --
90
SANDY HADIWIJAYA POV
91
•90
92
•91
93
•92--
94
•93--
95
•94--
96
•95--
97
•96--
98
•97--
99
•98--
100
•99--
101
•100--
102
•101
103
•102
104
•103
105
•104
106
•105
107
•106
108
•107
109
•108
110
•109
111
•110
112
•111
113
•112
114
•112
115
•113
116
•114
117
115• Hari pertama menjadi istri
118
•116
119
•117
120
•118
121
•119
122
•120
123
•121
124
•122
125
•123
126
•124
127
•125
128
•126
129
•127
130
•128
131
•129
132
•130
133
•131
134
•132
135
•133
136
•134
137
•135
138
•136
139
•137
140
•138
141
•139
142
•140
143
•141
144
•142
145
•143
146
•144
147
•145
148
•146
149
•147
150
•148
151
•149
152
•150
153
•151
154
•152
155
•153
156
•154
157
•155
158
•156
159
•157
160
•158
161
•159
162
•160
163
•161
164
•162
165
•163
166
•164
167
•165
168
•166
169
•167
170
•168
171
•169
172
•170
173
•171
174
•172
175
•173
176
•174
177
•175
178
•176
179
•177
180
•178
181
•179
182
•180
183
•181
184
•182
185
•183
186
•184
187
•185
188
•186
189
•187
190
•188
191
•189
192
•190
193
•191
194
•192
195
•193
196
•194
197
•195
198
•196
199
•197
200
•198
201
•199
202
•200
203
•201
204
•202
205
•203
206
•203
207
•204
208
•205
209
•206 END
210
••Ekstra Part••

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!