Waktu sudah menunjukan pukul 1 siang.
Aku yang baru saja selesai Membantu Bi Marni mencuci piring,segera menyiapkan nampan untuk makan siang Mas Sandy.
"Mana makan siangnya Bi?" tanyaku karna memang Bi marni yang mengurusi soal makanan Mas Sandy.
"Di atas meja makan Lis," Sahutnya yang masih sibuk berada di luar dapur.
Aku mendekati meja makan,ku lihat dua potong sandwich dengan potongan tuna dan sayuran lalu segelas susu hangat. Aku mengernyitkan dahi,apa mungkin Mas Sandy akan kenyang hanya dengan makan roti isi begini? padahal tadi pagi dia hanya makan bubur dan sup saja,itu pun dengan porsi yang sedikit. Aku kembali menemui Bi Marni yang ternyata sedang memindahkan bibit-bibit bunga yang di Belinya tadi.
"Bi,makan siang nya itu aja? gak ada yang lain?"tanyaku lalu berjongkok disebelah nya.
"Kalo Makanan di kulkas banyak sih, cuma biasanya Mas Sandy jarang makan yang lain. kadang roti aja cuma dimakan sepotong."
Aku menatapnya heran,Apa dia tidak selera makan atau memang porsi makannya sedikit. tapi bukankah orang yang sedang sakit itu harus banyak nutrisi? batinku menerka.
"Gimana kalo Aku tambahin menu makanan yang lain? kira-kira boleh gak?"
Bi Marni menoleh pelan dan tersenyum, "Coba aja kamu bawain makanan lain, siapa tau Mas Sandy mau makan! semua bahan ada di kulkas, kamu ambil aja apa yang kamu perlukan." tuturnya.
"Ya udah,kalo gitu Aku ke dapur dulu. makasih Bi" pamitku meninggalkan nya.
Setibanya di dapur,Aku segera mendekati kulkas. kulihat berbagai jenis sayuran segar dan makanan kaleng tertata dengan rapi. mataku sangat dimanjakan dengan warna-warna segar dari makanan yang ada di dalamnya. Hawa sejuk bahkan membuatku menarik nafas dalam-dalam. Aku tersenyum kecut ketika aku membayangkan seandainya Andi melihat semua isi kulkas ini. dia pasti akan menatap takjub sama seperti apa yang aku lakukan sekarang. Aku melihat sisi kulkas bagian bawah,ada daun bawang, wortel, jagung,kacang polong dan juga udang segar.
"Bikin Nasi goreng enak deh kayanya," aku mengambil beberapa bahan itu seperlunya. Sebetulnya Aku juga belum makan siang karna sibuk membantu Bi Marni. meski beberapa kali Bi Marni menyuruhnya untuk segera makan. tapi aku malah keasyikan bekerja. Aku mengambil nasi dengan porsi yang agak besar. "Kalo udah jadi, kan bisa di bagi dua nasinya." Pikirku lalu beranjak menuju dapur kotor untuk memasak.
Tak butuh waktu lama,untuk urusan membuat nasi goreng. aku cukup cekatan. setiap pagi aku selalu menyiapkan sarapan untuk Andi,tentu nasi goreng selalu ada dalam menu masakan ku setiap hari. bahkan Andi selalu memuji masakan buatanku.
"Kamu masak apa Lis? wanginya kecium sampe ke luar loh?" Bi Marni datang lalu kemudian mencuci tangannya di Wastafel.
"Cuma bikin Nasi goreng kok bi. Oh iya, aku sengaja bikin porsi yang banyak buat kita. Bi Marni belum makan siang kan?" tukas ku menyajikan nasi goreng itu di atas piring.
"Wah,keliatannya enak banget!" Bi Marni mendekat dan membantuku menyiapkannya. "Kamu pasti jago masak ya?"tanyanya serius. "Enggak kok bi, cuma kalo di rumah biasa masak nasi goreng buat Andi." aku membawa dua piring nasi goreng dan menyimpannya di atas meja. "Anak kamu pasti seneng banget, punya ibu baik hati dan jago masak begini." Tuturnya sedikit memuji. aku hanya tersenyum tipis dan segera menyiapkan sarapan untuk Mas Sandy.
"Bi,kalo udah laper. makan aja duluan, nanti aku nyusul." pamitku
"Santai aja Lis. kamu anterin aja dulu makan siangnya mas Sandy!"
"Ya udah, aku pergi sekarang bi!" Aku bergegas menuju kamarnya yang lumayan jauh dari dapur. Tinggal di Rumah besar memang perlu tenaga Ekstra. Dan anehnya mereka senang sekali tinggal di rumah yang sangat Luas tapi sepi penghuni seperti ini.
"Permisi Mas,makan siang dulu!" Aku mengetuk pintu lalu Kemudian masuk secara perlahan. Namun sedetik kemudian aku di kagetkan dengan isi tempat tidur yang kosong.
"Mas Sandy? Apa Mas sandy di toilet?" ku letakan Nampanku dan bergerak menuju toilet. tak terdengar suara dari dalam sana, ku beranikan diri untuk membuka perlahan pintunya. "Mas,Mas Sandy?" panggilku lagi.
KLEK,
Pintu kamar mandi terbuka,dan dia tak ada disana. "Kok gak ada?" Aku bergumam seraya menatap kursi roda yang terletak tak jauh dari jendela. lalu aku menatap sisi ranjang namun kali ini Kruk yang biasa Di gunakan masih bersandar Rapi. Aku bergerak cepat menuju balkon,siapa tahu dia memang sedang berjemur meskipun aku tak yakin dia melakukan nya. tapi nyatanya Mas Sandy juga tak ada disana. Cukup lama aku mencari di sekitar kamar hingga ku buka lemari pakaiannya. namun tetap saja dia tak ada.
Aku berlari keluar kamar dan bermaksud memberi Tahu bi Marni Namun saat beberapa langkah meninggalkan kamar, kudengar sebuah bunyi benda terjatuh dari kamar lain. Aku menoleh sesaat, suara itu jelas terdengar dari ujung kamar di sisi timur. Ku lihat pintunya pun sedikit terbuka. "Itu kan,kamar Bu Ayu? Tapi kan Bu Ayu jam segini masih di kantor," pikirku. Aku berjalan pelan mendekati pintu kamar itu,ku urungkan niatku untuk memberitahu bi Marni.
Setibanya di depan pintu,Aku mendengar lagi suara benda bergemeretak seperti tengah di acak-acak. Aku memicingkan mata dan mengintip penasaran ke dalam kamar.
"Mas Sandy?" Aku memekik kecil.
ternyata suara itu berasal dari Mas Sandy yang sedang sibuk membongkar isi laci kamar Bu Ayu. apa yang sedang dia cari sebenarnya. Aku tak berani masuk apalagi menegur dan hanya menyaksikan apa yang dia lakukan. Pemuda itu berhenti sejenak,sepertinya apa yang dia cari sudah dia dapatkan. dengan susah payah mas Sandy berusaha duduk di tepi ranjang.
Ponsel. tentu saja benda itu yang sedari tadi dicarinya. ternyata orang ini benar-benar keras kepala dan sangat bandel. pantas saja beberapa perawat kabur,sudah pasti tak tahan dengan sikapnya. Aku mendengus kecil,pemuda itu tampak sibuk mengotak-atik ponselnya. cukup lama dia menatap layar ponselnya itu,lalu kemudian..
BLAKKH!
Mas Sandy membanting ponselnya ke lantai. cukup keras hingga membuatku tersentak kaget. wajahnya berubah muram dan penuh amarah. Dia bangkit dengan susah payah dan hendak meninggalkan kamar. aku yang kaget sontak berbalik badan dan hendak kabur.
"Awwhhh.." Mas Sandy mengaduh diiringi suara benturan keras ke lantai. Niat hati ingin melarikan diri,akhirnya aku berbalik dan masuk ke dalam kamar. Ku lihat Mas Sandy tersungkur dilantai.
"Ya allah Mas,Mas Sandy gak apa-apa?!" Aku panik lalu membantunya bangkit dengan sisa tenagaku yang belum makan siang itu. tubuhku yang hanya Setinggi bahunya tentu sangat kesulitan untuk memapahnya. hingga membuatku berkali-kali menarik nafas panjang untuk mengumpulkan tenaga.
"Lepasin!" Mas Sandy berontak dan seketika membuat tubuhku menjauh.
Aku menatapnya sekilas,ekspresi kecewa dan marah tergambar jelas di wajahnya. tapi apa? apa yang membuatnya menjadi seperti ini? apa yang tadi dilihatnya di layar ponsel?
"Mas,Biar saya bantu ke kamar!" Suaraku bergetar karna takut dia akan mengamuk.
"PERGI!!!!" teriaknya kemudian. Aku mengernyit kaget sekaligus bingung. haruskan ku tinggalkan pemuda itu? tapi bagaimana jika Bu Ayu tahu kalau Mas Sandy pergi ke kamarnya dan merusak barang-barang nya?
"Mas,tolong jangan begini Mas. saya bantu ke kamar ya!" ajak ku lagi, kali ini dengan suara lembut. Namun Bukan jawaban yang aku dapatkan,melainkan tatapan tajam yang sangat mengerikan. Tatapan yang sulit di artikan,hingga membuatku mematung seketika.
"Pergi! Dasar sialan!" Maki nya sembari mendorong kasar tubuhku hingga terduduk di lantai. Aku melotot tajam kearahnya,sikap apa itu? kenapa dia memaki dan menyebutku sialan? apa maksudnya? batinku penuh tanya.
Mas Sandy tertunduk kesal,dia seperti memendam amarah bahkan wajahnya berubah memerah seketika. Baru kali ini aku melihat pemuda semarah itu didepanku. bahkan tanpa ku tahu alasannya.
Selama beberapa saat kami saling diam,dan ruangan pun terasa begitu hening. Otakku menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Sandy namun tentu saja aku tak mendapatkan jawaban apapun selain sikap marahnya yang membuatku bingung.
"Mas Sandy? Mas Sandy kenapa ada disini?" Suara Bi Marni mengagetkan kami berdua. wanita paruh baya itu segera mendekat dan membantu Mas Sandy bangkit. Aku mengikuti keduanya dari belakang menuju kembali ke kamarnya.
"Lain kali,kalo perlu sesuatu bilang sama Bibi atau sama Alis aja. Bu Ayu bilang,Mas Sandy harus banyak istirahat." tutur Bi Marni dengan nada menenangkan,aku tertunduk dan hanya berdiri di dekat pintu. Sandy tak menoleh kearah kami berdua. tatapan matanya hanya fokus pada jendela kamar dan tirai yang bergerak monoton tertiup angin.
"Mas Sandy harus sembuh. kalo begini terus,orang tua Mas Sandy pasti bakalan sedih disana. mas Sandy gak mau kan bikin Tuan sama Nyonya bersedih?" Bi Marni seolah tahu apa yang bisa membuat majikannya itu tenang. Terbukti setelah mendengar ucapannya wajah Mas Sandy tak lagi setegang tadi.
"Tadi Alis udah buatin makan siang! Mas sandy harus makan,abis itu minum obat. Bibi masih banyak kerjaan, jadi biar Alis yang bantu Mas Sandy disini! bibi tinggal Sebentar ya." pamitnya.
Bi Marni menepuk pundakku lembut, seolah memberi dorongan untukku agar lebih bersabar menghadapinya.
Aku mendekati tempat tidur mas Sandy dengan perasaan canggung. Setelah dia memaki ku tadi,sedikit banyak membuat hatiku kesal. meskipun Aku tahu dia tak bermaksud berkata begitu. Ku ambil nampan yang berisi potongan sandwich dan nasi goreng yang sudah dingin itu.
"Makanannya dingin,biar saya ganti Mas!" Aku beranjak.
"Saya minta maaf," Tukasnya kemudian.
Aku mematung lagi,
"Saya gak bermaksud bicara begitu tadi, saya cuma--"
"Gak apa-apa mas,saya ngerti kok. saya juga minta maaf kalau seandainya sikap saya kurang sopan sama mas Sandy."
"Kamu masak apa?" Sandy menatap isi nampan yang ku pegang. seperti nya dia enggan berlama-lama membahas masalah barusan.
"Nasi goreng mas. tapi nasi gorengnya udah dingin. biar saya angetin lagi." Saranku.
"Gak perlu. Bawa sini,saya lapar!" pintanya.
Aku menghela nafas lega,Akhirnya sebentar lagi tugas ku selesai. dan aku bisa segera pulang ke rumah.
"Ini mas,silahkan! mas Sandy boleh makan keduanya, atau salah satunya. tapi kalo mas Sandy gak suka--"
Mas Sandy menoleh kearah ku dengan tatapan sinis.
"Maaf mas,selamat makan!" aku mengakhiri kalimatku begitu saja, lalu bergegas menyiapkan obat-obatan yang harus di minumnya.
• • •
Pukul 4 Sore Aku baru kembali ke rumah. Ku lihat Andi sedang asyik bermain kelereng di depan halaman rumah bersama beberapa temannya.
"Mama?" Sambutnya dengan wajah sumringah sembari berlari kecil kearah Ku. Ku peluk erat tubuhnya,dan seketika membuat lelah di tubuhku menguap begitu saja.
"Andi udah makan?" Aku menatapnya penuh kasih.
"Udah,tadi bareng sama Reyhan." ujarnya santai.
"Pinter. mama ke rumah dulu yah,mau mandi gerah." Andi mengangguk dan melanjutkan acara bermainnya yang terlihat sangat menyenangkan itu.
Aku masuk ke dalam rumah. Ku letakan tas ku di sebuah paku kecil yang tersemat di balik pintu. Hari ini benar-benar melelahkan,padahal pekerjaanku terbilang mudah. hanya menunggui orang sakit saja. tapi entah mengapa rasanya aku benar-benar kesulitan. "Baru juga satu hari Alis. kamu harus bertahan. minimal satu bulan!" Aku bicara pada sosok diriku di depan cermin.
Aku termangu sesaat,ku putar ingatanku ketika aku merapikan kamar Bu Ayu tadi. seandainya aku bisa melihat apa yang ada di layar ponsel itu,hingga membuat mas Sandy begitu marah. namun sayangnya ponsel itu sudah berubah menjadi barang rongsokan sekarang. entah alasan apa yang akan Bi Marni katakan pada Bu Ayu,tapi yang jelas Bi Marni bilang Bu Ayu tak akan bisa marah pada Mas Sandy. seburuk apapun yang dia lakukan.
"Hufth! kenapa juga aku mikirin urusan mereka" Gumamku sambil melenggang menuju kamar mandi.
Malam ini ku temani Andi menonton Acara televisi setelah sebelumnya dia belajar. kami berbagi cerita tentang apa yang dia Alami di sekolah dan apa yang aku kerjakan di tempatku bekerja.
"Ma,Pasien mama udah tua belum sih? terus sakit nya kenapa?" tanya Andi penasaran.
"Pasien Mama masih muda, mungkin umurnya di bawah mama. dia habis kecelakaan."
"Kecelakan Gimana ma? naik mobil? atau naik motor kaya ayah?" tanyanya
Aku menatap Andi agak lama. dia selalu saja mengaitkan sebuah kecelakaan dengan kejadian yang menimpa ayahnya.
"Mama kurang tahu soal itu,soalnya mama sibuk jadi gak sempet tanya-tanya!" jawabku berbohong. Aku tak ingin Andi mengingat kembali saat dimana kami kehilangan nya.
"Oh iya,Andi masih laper gak? mama bawa nasi goreng dari tempat kerja tadi"
"Lapar sih,tapi Andi mau makan bareng sama mama aja?" pintanya.
"Oke!" Sahutku yang langsung bangkit dan mengambil nasi goreng itu.
"Wahhh,ini nasi goreng terenak yang pernah Andi makan ma," Andi menjejalkan sendok berisi makanan itu kedalam mulutnya dengan sangat lahap. Aku tersenyum lega. Meskipun diluar sana banyak hal yang bisa membuatku menangis,tapi setidaknya Aku masih memiliki Andi yang setiap saat mampu membuatku tersenyum Bahagia.
• • • • •
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments