Help me!

Setelah levelku naik, aku tidak bisa santai sedikit pun karena itu akan menyia-nyiakan waktuku. Aku biasa bermain game bersama Ryu dan biasanya aku mampu menyelesaikan game dengan cepat. Tapi game ini benar-benar membuatku tidak bisa bergerak cepat. Karena aku salah satu tokoh di game ini sekarang. Jika aku salah mengambil keputusan aku bisa tidak keluar dari sini.

Salah satu hal yang membuat aku terlena adalah, Zen. Yang kini sedang ada di hadapanku dan menemaniku makan di atap. Terkadang aku menyesali Ryu, kenapa harus membuat Zen sesempurna ini.

Pria itu terus menatapku seakan aku sebuah objek yang menarik sekali baginya.

Aku mengibaskan tanganku di hadapannya, "Hei Zen, berhentilah menatapku seperti itu." Ucapku.

Dia tersenyum, "Tidak masalah kan?" Kata Zen.

"Itu bermasalah sekali, Zen!" Tukasku.

Aku sadar betul kalau aku salah tingkah di hadapannya, wajahku memerah dan jantungku tidak berhenti berdegup kencang.

"Kenapa? Kamu jadi suka padaku yah?" Tanya Zen tiba-tiba dan tertawa.

Blush

Zen manis sekali. Kembali kurasakan wajahku memerah dan aku tertunduk.

"Aku suka padamu, Kei." Kata Zen tanpa basa basi.

"Ke...kenapa kamu jujur sekali sih?" Ujarku. Pernyataannya itu membuatku melayang tinggi. Ryu benar-benar tergeser dari hatiku.

"Kenapa harus kututupi? Tidak ada salahnya jika aku menyukaimu kan?" Tanya Zen lagi.

"Bu...bukan begitu. Boleh saja kamu menyukaiku hanya saja..."

"Aku tidak akan memaksamu Kei, kamu mau menyukai siapa pun itu hakmu. Paling tidak kamu tau bagaimana perasaanku kepadamu." Jawabnya cepat.

"Terimakasih." Sahutku.

"Tidak masalah." Jawab Zen santai.

Zen benar-benar tipe pria idamanku. Dia tampan, tinggi, baik, pengertian, dan sempurna. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku tidak bisa kembali ke duniaku karena aku menyukai Zen.

Aku sering menghabiskan waktu bersama Zen dan itu sebabnya Ryu perlahan memudar dari hatiku. Ini tidak boleh terjadi! Aku harus fokus kepada Ryu kembali!

Keesokan paginya, aku bangun dan menyiapkan sarapan untuk Zen dan Ryu. Akan kubuat Ryu bertekuk lutut dengan pesonaku.

"Pagi Kei. Kamu mau camping? Banyak sekali bawaanmu." Sahut Zen.

Aku menyerahkan satu ransum untuknya, "Ini buatmu."

"Terimakasih. Dan yang ada di tanganmu?" Tanya Zen lagi.

"Ah, ini untukku dan satu lagi untuk Ryu." Aku menjawab Zen sambil menunjukkan masing-masing ransum.

"Ryu? Apa dia sakit?" Tanya Zen.

Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak. Aku sedang rajin saja dan membuatnya terlalu banyak," aku terdiam sesaat, "bagaimana pun sebelum ada Iria, Ryu selalu memintaku untuk membuatkan makanan." Aku tertunduk sedih mengingat masa-masa di dunia nyataku.

Aku menggelengkan kepalaku dan menguatkan tekadku, "Jangan bersedih Kei! Semangat!" Sahutku kepada diriku sendiri.

Zen tertawa melihatku, "Aku tidak salah meletakan hatiku untukmu Kei. Kamu seorang penghibur yang baik." Katanya dan membantuku untuk membawakan sebagian barangku.

Tok...tok

Tok...tok

"Ryu." Aku memanggilnya. Apa mungkin dia tertidur? Atau bahkan dia pingsan karena tidak makan? Kepanikan segala menjalariku.

"Zen, apa kita dobrak saja pintunya?" Tanyaku kepada Zen.

Zen menahanku, dan mengetuk pintu apartemen Ryu.

"Ryu, ini Kei." Katanya mewakiliku.

Hatiku tersentuh mendengar Zen berkata seperti itu, bisa saja dia menyebut namanya sendiri tapi dia memilih untuk menyebut namaku.

Zen menatapku dan setuju untuk mendobrak pintu apartemen Ryu karena Ryu tidak menjawab kami sama sekali.

Bruk

Bruk

Dan,

"Ryu! Iria!" Sahutku. Mereka sedang asik berpagutan dan tidak mendengar kedatangan kami.

Nyut!

Hatiku seperti di peras dan ada yang menghujamkan seribu pisau disana berulang kali.

"Menganggu saja!" Tukas Iria membenarkan kancing kemejanya.

"Katakan apa kepentingan kalian? Harus penting!" Ucap Iria kasar.

Aku berjalan mendekati Ryu, "Maaf mengganggumu dan ini untukmu." Sahutku dan memberikan kotak ransum kepada kit Ryu.

Ryu mengambilnya tanpa rasa bersalah, "Terimakasih. Lain kali jika ingin ke apartemenku tolong hubungi aku dulu dan tanyakan apa aktifitasku di pagi hari." Seru Ryu.

Deg!

Kata-katanya menyakitkan sekali.

"Dan lagi apa kalian tidak pernah berciuman sampai tercengang seperti itu?" Tanya Iria santai.

"Maafkan kami," sahutku, "kalau begitu kami permisi." Ucapku lagi.

"Pergilah! Mengganggu saja!"

Aku masih sempat mendengar jawaban Ryu, dan kurasa aku sudah tidak bisa menahan kesabaranku lebih lama lagi.

Aku berbalik, "Aku hanya khawatir kepadamu, Ryu. Sayangnya di dunia ini kamu tidak mengenalku andai kamu tau seperti apa kamu di dunia nyata..., Sudahlah percuma juga berbicara denganmu hanya membuang-buang waktuku." Ucapku.

Kemudian bergegas keluar dari apartemen Ryu, namun di depan pintu Iria memberikanku sehelai tissu kepadaku, "Bawa ini aku yakin setelah keluar dari sini kamu akan menangis di dekapan Zen." Sahut Iria mengejekku.

Aku mengambilnya, "Terimakasih paling tidak aku punya sesuatu untuk membersihkan sepatuku!" Aku membalas Iria dan aku tidak akan menangis.

"Menangislah jika kamu ingin menangis." Kata Zen merangkulku.

Nyaman sekali di dalam rangkulannya tapi aku tidak akan menangis, "Aku baik-baik saja, Zen. Terimakasih." Sahutku.

***

Aku harus menjadi kuat seperti diriku di dunia nyata. Aku menanamkan di dalam diriku setiap kali aku ingin menangis, "Aku nyata, Iria tidak nyata dan dunia ini tidak nyata!"

Aku sudah mempunyai tiga orang teman di kantorku, termasuk Mr. Sean. Paling tidak dia sudah mengingat namaku.

Jane dan Bern, sulit sekali mendekati mereka. Pertemuan pertamaku dengan Jane di dunia nyata adalah di penjual pretzel. Kami sama-sama menyukai pretzel kayu manis. Dan setelah itu kami langsung dekat. Tapi mengapa di dunia ini sulit sekali?

Sesampainya di kantor, aku menemui Iria. Seperti biasa Iria bersama Jane dan Bern.

"Boleh kita bicara, Iria?" Tanyaku memberanikan diri.

Iria hanya melirik ke arahku, "Selalu saja mengganggu si manusia pengganggu ini. Penting tidak?" Tanya Iria.

Aku menarik tangan Iria sama seperti yang sering ia lakukan kepadaku. Aku membawanya ke atap kantor kami, "Aku mau bertanya." Ucapku.

"Untuk apa kamu membawaku sejauh ini kalau hanya untuk bertanya?" Tanya Iria dongkol.

"Di level berapa aku berhadapan dengan Jane dan Bern?" Tanyaku tanpa mempedulikan kedongkolan Iria.

"Jalani saja dulu levelmu. Semakin kamu mempunyai hubungan dekat dengan tokoh-tokoh di dunia nyatamu, semakin tinggi level yang harus kamu capai. Jadi itu masih jauh sekali, Kei. Quest pertamamu saja belum komplit. Selesaikan dulu taget level awalmu." Kata Iria memperjelas. Senyumannya sangat sangat licik. Ingin rasanya aku mendorong Iria ke bawah, tapi niat itu kuurungkan.

"Apa kamu tau aku sudah mencapai level dua?" Tanyaku.

Iria mengangguk, "Ya, dan selamat untumu. Kamu juga mendapatkan senjatamu yaitu kekuatanmu." Jawab Iria.

Aku tersenyum lebar saat dia berbicara, dan itu membuatnya kesal.

"Hentikan senyumanmu!" Tukasnya.

"Apa kamu tau, mudah sekali membuat orang lain menyukaiku tapi di dunia ini terasa sangat sulit sekali apalagi menyangkut Ryu." Sahutku. Entah kenapa aku jadi menceritakan isi hatiku kepadanya.

Iria mengalihkan pandangannya ke depan kemudian berdeham, "Ya aku tau. Maka itu aku menarikmu ke dunia ini karena aku iri padamu." Jawab Iria dan jawabannya tidak pernah kusangka-sangka.

"Iri? Apa kamu pernah ke duniaku?" Tanyaku lagi.

"Tidak. Tapi di beberapa game Ryu menciptakanku dan menciptakanmu. Sifatmu saat ini ada padaku sudah jelas bukan? Dan kamu nyata sedangkan aku tidak. Aku juga ingin menjadi nyata karena itu aku menarikmu kesini." Jawab Iria.

Aku menatapnya dengan iba. Tidak pernah terbayangkan olehku Iria begitu iri kepadaku.

Aku ingin merangkulnya, tapi tidak! Dia musuhku bukan temanku.

"Ayo kita turun." Ucapku dan mengulurkan tanganku untuk membantunya melangkah.

Tapi Iria menepis tanganku, dan saat itu Iria terpleset. Aku menarik tangannya kencang supaya dia bisa kembali. Aku berhasil menyelamatkannya tapi ternyata aku kehilangan keseimbanganku dan,

Aaaaaa!

Brak!

Bruk!

Brak!

Aku yang terjatuh!

...----------------...

Terpopuler

Comments

Monica

Monica

aku suka sama zen tapi gemes banget sama Kei ini

2022-09-09

0

El Nino

El Nino

aduh.. apes kan jadinya

2022-08-22

0

Ranucha

Ranucha

holla hello kak olive, aku Mendarat lagi nih😁😁.. halunya war biasa keren kak

2022-08-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!