Dimas memarkir motor nya langsung di garasi, Mami Erika langsung menyambut kedatangan putra semata wayang nya itu dengan senyuman merekah di bibirnya, tapi saat melihat Dimas hanya sendirian, senyuman itu langsung pudar begitu saja.
"Sore Mami ku yang cantik." Goda Dimas pada Mami nya, lalu mengambil salah satu tangan Mami nya dan mengecup punggung tangan nya dengan lembut.
"Mana Renata? Katanya mau kesini, kok kamu sendirian?" Tanya Mami Erika. Maklum lah, sudah cukup lama Renata tak bertamu ke rumah ini, wajar saja jika Mami Erika merindukan sosok gadis cantik nan periang itu.
"Elah Mami, anak nya pulang bukan nya di sambut, di tanyain udah makan apa belom, ehh ujug-ujug nya nanyain Renata."
"Ya kan katanya Rere mau main kesini hari ini, Dimas."
"Renata nya capek katanya, dia juga mau belajar dulu bikin kue brownies buat Mami." Hibur Dimas, benar saja Mami Erika langsung tersenyum.
"Duhh benar-benar definisi calon menantu idaman ya Renata itu, sampe repot-repot mau belajar cuma buat bawain kue kesukaan calon mertua nya." Celoteh Mami Erika membuat wajah Dimas masam seketika.
"Mami, ayolah Dimas sama Renata cuma teman aja gak lebih, jadi jangan terlalu berharap banyak." Peringat Dimas, Mami nya ini selalu saja menyinggung soal Renata yang pantas menjadi istrinya, padahal dia tak memiliki perasaan apapun pada gadis itu, hanya menganggap nya sebagai sahabat, itu saja tak lebih.
"Tak ada yang tahu jodoh, Nak. Bisa saja kalian berjodoh kan? Lagipula usia mu sudah 24 tahun, sudah cukup dewasa untuk bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk."
"Dimas masih kuliah semester enam Mi, nanti aja masih banyak waktu buat ngurus dunia percintaan. Sekarang Dimas laper mau makan, Mami masak apa?" Tanya Dimas, seolah tak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh sang Ibu.
Lihat aja di meja, nanti malem Mami mau arisan di komplek sebelah, kamu jangan kemana-mana ya, jagain rumah."
"Okey." Jawab Dimas, Mami Erika pergi menjauh dari Putra nya yang tengah makan dengan lahap itu, Dimas tersenyum penuh arti, itu artinya dia tak perlu repot-repot mengiba untuk sebuah izin keluar malam dengan ancaman-ancaman mematikan yang pasti akan di lontarkan sang Ibu jika dia berani menentang.
Malam harinya, Mami Erika sudah bersiap untuk pergi ke arisan ibu-ibu komplek. Dengan dandanan sederhana dan tas kecil yang dia tenteng membuat Mami Erika terlihat sangat anggun di usia nya yang tak lagi muda.
"Mami pergi dulu, jam 10 pulang. Ingat jangan kemana-mana, awas ya kalo sampe Mami pulang kamu gak di rumah."
"Iya Mami, Dimas ngerti. Lagian Dimas mau kemana malem-malem gini?"
"Pokoknya awas kalo Mami pulang kamu gak ada di rumah, Mami potong uang jajan kamu sama semua fasilitas kamu!"
"Isshh Mami, iya Mi." Jawab Dimas. Mami Erika pun pergi dengan langkah terburu-buru karena dia sudah hampir terlambat.
Dimas tersenyum lalu pergi ke kamar nya mengambil jaket kulit dan helm, tak lupa kunci motor. Dia mengunci pintu dan pergi dengan motor gede nya itu, secepat kilat motor gede itu melesat jauh meninggalkan rumah karena Dimas mengemudikan nya dengan kecepatan tinggi. Tapi sebelum itu, dia sempat mengabari Renata kalau dia akan berangkat ke arena balap liar itu. Meski awalnya Renata tak mengizinkan, tapi akhirnya dia juga tak bisa apa-apa lagi selain membiarkan.
"Re, gue mau berangkat buat balapan itu." Izin Dimas pada Renata.
"Yakin Dim? Jangan pergilah, perasaan gue gak enak."
"Enakin aja lagi, udah ya gue pergi dulu." Pamit Dimas lagi.
"Yaudah terserah Lu, hati-hati."
"Okey Re." Jawab Dimas lalu mematikan sambungan telepon nya.
Dimas benar-benar pergi untuk balapan di jalanan sepi. Disana sudah banyak peserta dan panitia balapan, meski sering sekali ada polisi yang datang membubarkan pasukan penyuka balapan liar itu, tapi yang namanya remaja sangat sulit di atur dan tak ada jera nya.
"Hai Dimas.." Sapa seorang perempuan dengan pakaian seksi. Dia adalah panitia balapan itu, hadiah nya memang tak besar tapi cukuplah untuk membeli bakso satu gerobak.
"Hai juga." Jawab Dimas, kepribadian nya yang mudah bergaul membuat nya di sukai oleh banyak wanita, bahkan tak jarang banyak perempuan yang menggoda nya, tentunya godaan mereka pasti tertuju ke arah ranjang.
"Siap buat balapan hari ini?"
"Siap dong." Jawab Dimas percaya diri. Tapi disini, suasana persaingan sangat terasa. Apalagi Dimas adalah peserta yang paling di sukai karena kepribadian nya, membuat peserta lain merasa iri.
"Kita mulai balapan nya.." Seru panitia lain dengan menggunakan toa, para peserta pun langsung bersiap di garis start, tak terkecuali Dimas.
Dua orang di samping kanan dan kiri Dimas tampak mengode, jelas mereka punya niat jahat pada Dimas, dan pria itu tak menyadari nya.
Deru mesin motor bising mulai mengisi kesunyian malam.
"Siap, 1.... 2.... 3.." Bendera di kibarkan dan para pembalap pun langsung melesat meninggalkan garis start.
Dimas memacu motornya dengan kecepatan tinggi, membuatnya berada di posisi pertama saat ini. Tapi dua orang tadi tak tinggal diam, mereka memepet Dimas dan salah satu dari mereka menendang motor Dimas hingga membuat nya kehilangan kendali dan menabrak pohon di sisi jalan.
Brakk..
Dimas terjatuh, helm nya pecah dengan luka di tangan dan kaki, dia langsung tak sadarkan diri dengan tubuh yang berlumuran darah. Panitia langsung menghentikan balapan dan menolong Dimas, membawa nya ke rumah sakit terdekat.
"Kita kasih tahu siapa?"
"Cari aja ponsel nya di saku, terus telepon siapapun yang terakhir Dimas telepon." Saran yang lain, dia langsung menurut dan ternyata Renata lah yang terakhir Dimas hubungi.
Panitia itu menelpon nomor Renata, cukup lama tapi tanpa jawaban, karena malam sudah sangat larut, pasti Renata sudah tertidur.
"Gak di angkat."
"Coba terus sampe di angkat." Perintahnya, lagi-lagi orang itu menurut dan kembali menghubungi nomor Renata.
Di rumah, Renata sedang tidur nyenyak, dia bermimpi indah karena tadi siang dia mendapat ciuman mesra dari pujaan hatinya.
Tapi mimpi nya itu terganggu karena suara ponsel yang berbunyi nyaring. Dia membuka mata nya yang masih terasa berat, lalu melihat siapa yang menelpon nya selarut ini. Renata menggeser ikon berwarna hijau.
"Hallo, kenapa Dim?"
"Ini Nona Renata?"
"Iya, ini siapa? Dimana Dimas?" Tanya Renata.
"Maaf, saya panitia balapan yang di ikuti Dimas."
"Lalu?"
"Dimas mengalami kecelakaan fatal, saat ini kami membawanya ke rumah sakit di jalan anggrek." Jelasnya membuat Renata menganga, ternyata firasat nya tak berbohong, apa yang dia khawatirkan benar-benar terjadi.
"Saya kesana sekarang!" Putus Renata, lalu mematikan sambungan telepon nya. Dia bangkit dari tidurnya dan mengganti pakaian nya lalu segera pergi.
Dia memesan ojol yang melayani 24 jam, setelah mendapatkan nya, Renata langsung berangkat, tak peduli akan dingin nya malam, yang dia tahu, dia harus cepat ke rumah sakit dan menemui Dimas.
"Semoga saja kamu baik-baik saja, Dim."
....
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Enung Samsiah
aahhh teunurut jd celakaweh
2023-02-28
1
Megha Prawanti
lanjuttt
2022-08-12
1
Maharani 94
lanjut
2022-08-12
1