"Re, bantuin dong. Pengen pipis nih," Pinta Dimas pada Renata yang baru saja duduk di kursi.
"Haissh, sembuh cepetan, Lu tuh ngerepotin tau gak?" Gerutu Renata tapi tetap saja dia membantu Dimas untuk pipis ke kamar mandi. Renata mendudukan Dimas di closet dan meninggalkan nya, tapi baru saja akan pergi Dimas sudah kembali memanggil Renata.
"Re, elah tega amat." Keluh Dimas, membuat Renata berbalik dan menatap wajah tampan pria itu.
"Napa lagi sih?"
"Bukain resleting nya kali, gimana mau pipis? Susah nih, tangan gue sakit."
"Ya ampun nyusahin nya." Gumam Renata sambil menggelengkan kepala nya, tapi sama seperti tadi, walaupun terus menggerutu tapi dia tetap melakukan yang di minta oleh Dimas.
"Maaf nih ya, kalo kesenggol dikit itu kagak sengaja."
"Gapapa Re, sekalian keluarin ya?" Goda Dimas membuat Renata memerah karena malu.
"Ciee wajah nya merah." Goda nya lagi, Renata memalingkan wajah nya lalu pergi setelah membukakan resleting celana Dimas dan membiarkan nya menunaikan hajat terlebih dahulu.
"Re, udah." Teriak Dimas, Renata pun kembali masuk ke kamar mandi dan membopong tubuh besar Dimas sendirian dengan susah payah, karena tubuh nya yang mungil.
Bertepatan itu, datanglah Reza dan Sila yang berjalan cukup berjarak. Reza yang biasanya tak masalah berteman dengan siapapun, tapi pada Sila entah kenapa dia tak menyukainya bahkan di saat pertama kali dia melihat gadis itu datang.
Reza langsung membantu Renata untuk membawa tubuh Dimas, dan setelah pria itu kembali berbaring dia menyuruh Renata makan terlebih dahulu, dia tahu kalau Renata belum makan sama sekali.
"Makan dulu, gue bawain mie ayam tuh dua bungkus. Dimakan ya, mie ayam favorit Lo tuh."
"Ngantri dong?" tanya Renata.
"Iyalah, ngantri nya lama banget lagi, udah mah panas di pinggir jalan ehh gak di beliin." Sila mengeluh, sedangkan Reza hanya mendelik tak peduli dengan keluhan wanita itu sama sekali.
"Wahh sorry deh kalo gitu."
"Gapapa Re, di makan dulu. Biar gue gantian jagain si Dimas." Renata pun menganggukan kepala nya dan memilih makan, karena dia sudah sangat lapar saat ini.
Renata pun memakan mie ayam itu dengan lahap, bahkan makan dua porsi mie ayam itu bukanlah masalah bagi Renata. Dalam waktu singkat saja, mie ayam itu ludes.
"Huh kenyang, makasih ya Za. Entar kapan-kapan gue ganti duitnya,"
"Udah gak usah, Re."
"Yaudah deh, enak di gue kalo gitu." Celetuk Renata sambil terkekeh.
"Kalo udah gini kapok gak Lo?" Tanya Reza pada Dimas yang nyengir-nyengir sakit, karena pengaruh obat nya sudah hilang jadi dia benar-benar kesakitan saat ini.
"Seru tahu, ya tapi ini lumayan sakit juga." Jawab Dimas sambil cengengesan. Sudah seringkali Reza memperingati Dimas kalau balapan liar itu bahaya, tapi ya susah kalo memang sudah hobi. Malam harinya Dimas tetap saja berada di arena balapan itu.
"Ehh tapi keren Lo balapan liar itu, keliatan manly banget deh kalo menang." Ucap Sila dan sukses mendapat delikan dari kedua orang di ruangan itu.
"Keren-keren bacot! Gak ada keren nya kalo udah gini." Ketus Reza.
"Kamu suka aku ikut balapan gak?" Tanya Dimas membuat keduanya kompak menatap Sila dengan sedikit gelengan di kepala.
"E-enggak kok, bener kata Reza balapan liar itu bahaya." Jawab Sila akhirnya, tapi karena terpaksa.
"Tidur dulu Dim, sebelum kena abret emak Lo. Dia lagi di jalan mau kesini."
"Hah? Sialan Lo Za, seneng banget kalo liat gue menderita ya!" Pekik Dimas.
"Ya habisnya Lo tuh nakal banget, udah di ingetin juga kagak bisa."
"Udah, istirahat dulu Dim. Gue keluar dulu sama Sila, Mami kesini nanti." Pamit Renata, dia menggandeng tangan Sila keluar dari ruangan rawat Dimas.
"Lo kenal sama Mami nya Dimas ya Re?"
"Kenal dong, kenal banget malah. Mami Erika tuh orang nya baik banget," Renata menceritakan tentang Erika, Mami nya Dimas pada Sila dengan antusias.
"Keliatan nya Lo suka ya sama Dimas? Perhatian banget gue lihat."
"Ahh masa? Keliatan ya?"
"Banget malah, Re."
"Ya gitu deh, gue dah lama suka sama Dimas." Jawab Renata sambil tersenyum malu-malu.
"Udah Lo ungkapin, Re?" Tanya Sila. Renata menggeleng pelan.
"Kenapa? Kalo Lo suka sama Dimas, harusnya Lo bilang sama dia tentang perasaan Lo dong?"
"Enggak deh, gue milih diem aja daripada pertemanan kita rusak gara-gara perasaan sepihak gue ini." Jawab Renata pelan, sangat pelan malah.
"Jadi, itu pilihan Lo ya? Milih jadi temen selamanya?"
"Gue rasa gitu, biarin aja gue suka dia dalam diam." Jawab Renata sambil tersenyum kecut.
"Yaudah, Lo ngajak keluar mau ngapain?"
"Beli itu, mau gak?" Tunjuk Renata ke arah gerobak-gerobak yang berjejer di pinggir jalan. Di depan rumah sakit memang banyak pedagang makanan yang berjejer rapi.
"Gue gak suka jajanan makanan pinggir jalan Re."
"Seriusan? Wahh gak beres nih, Lu harus nyobain dulu, enak anjir." Ucap Renata antusias lalu menarik tangan Sila, membawa nya ke seberang jalan untuk menjajal makanan apa saja yang para pedagang itu jual.
Renata membeli telur gulung, tak lupa dia juga menawari Sila untuk mencoba, meski awalnya terlihat ragu, tapi saat melihat Renata memakan nya dengan lahap, dia juga penasaran akhirnya ikut mencoba, dan ya bisa di tebak, dia suka makanan itu bahkan hingga ketagihan dan membeli sendiri.
"Bang, telur gulung nya 10 ribu ya banyakin saos nya." Ucap Sila, Renata jelas saja terkekeh. Kata nya tadi gak suka makan makanan pinggir jalan, tapi ini buktinya apa?
"Enak kan? Makanya, jangan lihat dari tampilan nya doang. Yang sederhana itu kadang rasa nya enak banget,"
"Iya iya, Lo bener."
Renata pun memesan kembali untuk dia bawa, dia membelikan telur gulung dan jajanan lain nya untuk Reza.
"Udah jajan nya? Yok balik lagi." Ajak Renata, Sila pun mengangguk dan kedua gadis itu pun kembali masuk ke dalam ruangan dengan menenteng satu buah kresek hitam berisi jajanan.
"Darimana aja? Lama bener." Tanya Dimas.
"Di tinggal bentar juga, habis jajan nih."
"Lo dah makan dua bungkus mie ayam lho Re, masa gak kenyang sih?" Kali ini Reza yang bertanya. Renata hanya cengengesan, penyakit perut karet nya sedang kambuh saat ini.
"Perut karet!" Ledek Dimas.
"Bodo amat, gue gak peduli. Selama perut gue kenyang, gak ada yang bisa buat mood gue anjlok." Jawab Renata santai. Dia mengeluarkan bungkusan telur gulung dan memberikan nya pada Reza.
"Ini buat Lo, cuma dikit aja soalnya duit gue abis."
"Gak usah repot-repot kali Re,"
"Jadi gak mau?" Tanya Renata, tapi Reza langsung merebut plastik berisi telur gulung itu dengan cepat dan memakan nya.
"Makasih Renata cantik."
"Gue emang cantik kali, Za." Bangga Renata membuat Reza tersenyum simpul.
'Banget Re, Lo cantik banget bagi gue. Andai aja Lo liat gue bukan Dimas, pasti gue jadi laki-laki paling beruntung bisa dapetin Lo.' Batin Reza.
…..
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
𓆩𝓮𝓵➛
yg sabar ya Reza, kamu jagain Rena trus kalian berdua itu sebenarnya cocok sama2 cintanya bertepuk sebelah tangan 🤭
sabarlah pokoknya .....
2022-08-13
3
Heri Yanto
ditunggu terus kelanjutannya
2022-08-13
1