setelah swlesai makan, Maira memutuskan untuk segera pulang. karena, pastinya sang nenek telah menunggu dan mencemaskannya.
"maafkan Maira Eyang," ucapnya dengan deraian air mata yang membasahi pipinya. di sepanjang jalan, gadis itu tak henti hentinya mengutuk kebodohannya.
andai saja, malam itu dirinya tak menyanggupi ajakan teman temannya, mungkin saat ini dia masih aman.
tapi, semua telah menjadi hancur lebur dan telah tak bisa di perbaiki lagi. tiba tiba saja, Maira mengingat dimana teman temanya, kenapa mereka meninggalkan Maira begitu saja,?
pertanyaan demi pertanyaan, berputar cepat di otaknya. tak lama kemudian, tangan lentiknya merogoh tas kecilnya.
kemudian mendail nomor sahabat sahabatnya. namun kenyataanya, tidak ada satu orangpun yang berhasil dirinya hubungi.
hal itu membuat Maira menjadi menerka nerka swndiri. apa mungkin teman temannya terlibat, apa mungkin teman temanya menjebaknya,?
namun, fikiran fikiran negatif itu, segera di tepis olehnya. tidak mungkin teman temannya setega itu. sampai menghianati dirinya.
tak lama berselang, Maira telah sampai di depan rumahmya. dan dirinya segera turun dari taksi yang membawanya.
"Ya Allah Maira!!!" teriak seorang wanita sepuh yang berada di teras rumahnya.
Maira yang mendengarnya, segera menghampiri dan mengecup punggung tangan wanita sepuh itu.
"assalamu'alaokum Eyang," sapanya sopan dan ssdikit bergetar menahan tangis.
"wa'alaikum. salam Maira, kamu kemana sajs semalaman,?" tanya Wanita sepuh itu.
hening..
sejenak, gadis itu terdiam mendengar pertanyaan dari sang Eyang. dirinya seakan buntu dan tak tai harus mengatakan apa.
himgga sebuah tepukan lembut, mendarat lembut di pundaknya. hal.itu sedikit membuat Maira terkesiap.
"eh, itu Eyang, semalam Maira ada di rumah Maharani,' jawab Maira sedikit meringis. karena untuk pertama kalimya, gadis itu berbohong pada keluarganya terlebih lagi, pada Eyangnya.
"oh, ya sudah kalau begitu, lebih baik, sekarang, kamu masuk, mandi dan setelahnya makan," titah Eyang Sari.
Maira uang mendengarnya, menganggukan kepala dan segera masuk kedalam.rumah. karena memang, hari ini adalah hari Minggu.
"Maira, kenapa tidak di makan sayang,?" tanya Eyang Sari saat melihat cucu kesayangannya, tak berselera makan dan hanya mengadk aduk makananya.
"enggak papa Eyang, " Maira segera memasukan makanan itu dalam mulutnya dengan rasa malas. karena selan Maira telah sarapan di tempat terkutuk itu, saat ini fikirannya juga tengah memikitkan nasib selamjutnya.
selesai makan, Maira pamit pada sang Eyang, untuk masuk ke dalam kamar untuk bersiap siap.
tubuhnya terhpas dalam kasur. matanya menerawang ke atas langit lagit kamarnya. " apa yamg harus gue lakukan,?" tanya gadis itu dalam hati.
ia kemudian bsmgkit dari kasur dan segrra bersiap siap. karena hari ini, dirinya dan Eyang Sari akan bertandang ke rumah orang tuanys.
tak lama kemudian, gadis itu segera turum dari lantai atas. menghampiri Eyang Sari yang telah siap.
"ayo berangka," Eyang Sari menarik tangan gadis itu dengan perlahan. dan mereka ssgera masuk kedalam mobil.
memang, sejak Maira berusia dua belas tahum, gadis itu lebih menyukai tinggal di rumah sang Eyang.
menurutnya, rumah Eyangnya lebih asri dan juga lebih sejuk saja.
tak lama bersslang, Maira dan Eyang Sari, telah sampai di rumah orang tuanya. mereka berdua, segera turun dari mobil.
"assalamu'alaikum," sapa mereka berdua. dsn tak lama, terdengar pintu di buka dari dalam.
"wa'alaikum salam," pintu di buka dan menampilkan sosok yang paling Maira hormati.
"Mama," sapanya seraya menyalami wanita yang telah melahirkanya itu.
"baru ingat pulang, hmm," wanita setrngah baya itu berkata dengan menjewer pelan telinga Maira. temtu saja hal.itu adalah hanya sekedar bercanda saja.
karena Mama dan Papa Maira, adalah tipe yang humoris. mereka lebih menyukai suasana santai.
" ish Mama mah, kdrt," ucapnya mengerucutkan bibirnya. hal itu membuat Ibu dan Eyangnya,tertawa lepas.
kemudian, mereka segera masuk ke dalam rumah dan menghampiri Papa dan Adik Maira.
"lihat nih pah. siapa yang datang,?" tanya Anita. Mama Maira.
sontak saja, laki laki paruh baya itu segera mendongak dan mendapati anak serta Ibunya telah duduk di hadapannya.
" dasar anak nakal kenapa baru kesini ? hmm" tanya Riko dengan menjewer telinga Maira.
hal itu tentu saja mbuat Maira memekik kasakitan. padahal, tarikan pada telinganya, tak aakit sama sekali.
namun, gadis itu berpura pura untuk menjerit. hanya untuk bergurau.
"is Ayah sama Mamah Mah tega, kenapa suka sekali menarik kupimg Maira. nanti kalau kayak keledai gimana,?" gerutunya seraya mengerucitkan bibirnya.
"ya kalau jadi kuping Keledai, ya Ayah jual. biar bisa tambahan modal," serunya seraya terkekeh pelan.
"ish ish ish tak patut, masak cewek kayak ubi mau di tumbalin,?" tiba tiba Nando yang sedari tadi diam, mengeluarkan suaranya.
hal itu membuat Maira mendelik tajam kearah sang adik. bisa bisanya dia di samakan dengan ubi.
" dasar adik omes," hardiknya. hal itu membuat Nando mengangkat sebelah alisnya.
"omes bukanya panggilan untuk Nenek ?" tanya laki laki itu sok polos.
buk
satu bantal mendarat mulus di wajah Nando. " iyu Oma Nando," ucap Maira bersumgut sungut. memang Nando dan Maira tak pernah akur dari dulu.
sontak saja, ucapan kedua bocah itu membuat semua orang yang ada di sana, terbahak
termasuk juga Maira. gadis itu tertawa getir. membayangkan kenyataan Pahit yang harus ia hadapi nantinya seorang diri.
****
srmentara itu di tempat lain, kini Daniel tengah duduk didepan ketiga temannya dengan tatapan menghunus ke jantung.
"jelaskan!!" sentaknya saat Daniel telah mengatur nafas yang memburu.
sontak saja, ketiga temannya itu segera mengangkat wajahnya. ' Maafkan kami, kamu terpaksa melakukan itu karena..." belum sempat melanjutkannya, satu pukulan, mendarat di perutmya.
bugh
"loe tau, gara gara minuman itu, gue sampai merenggut kebahagiaan dan masa depan anak gadis orang," ucapnya penuh dengan amarah.
hal.itu membuat ketiga pria itu saling pandang. jadi Daniel tak tau jika minuman itu telah di campur oleh obat peningkat na**u,
sontak saja, ketiganya menghela nafas panjang. menyadari jika Daniel.tak tau apa yang sebenarnya terjadi.
" jadi loe udah ngelakuin itu sama..." ucapan temanya segera terhenti saat menyadari tatapan horor dari Daniel.
"dasar b3r3n9s3k kalian," umpatnya segera berlalu dari sana.
meninggalkan ketiga laki laki itu dengan perasaan bercabang. di satu sisi, mereka merasa kasihan dengan Daniel.
namun di sisi lain, mereka tidak bisa membantah perintah dari Miranda.
salah satu dari mereka,segera mengubungi wanita itu. " halo Mir, gimana semalam, loe udah dapet kan, apa yang loe mau,?" tanyanya dengan wajah datar.
namun, bukannya pujian yang di dapat, justru malah makian. " dasar goblok, loe semua gagal," hardik Miranda.
********** Sampai Jumpa***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Dede Udin
ko kalimatnya banyak yng salah ya
2022-10-07
0
Santi Santi
temen kamu jahat...kamu selidiki dululah
2022-08-21
0