...Happy Reading...
Hari ini akhir pekan, Panji masih menggunakan celana kebangsaannya didalam rumah mewahnya, yaitu sebuah celana Kolor yang menurutnya paling nyaman, diantara semua celana-celana mewah miliknya, yang berjajar rapi didalam lemari tujuh pintu di kamarnya itu.
" Panji, ya ampun Ngger! gimana mau ada gadis yang terpikat sama kamu kalau penampilanmu saja kayak begini." Saat Panji baru menikmati lamunannya, datanglah lawan gaduhnya setiap hari didalam rumah itu.
" Apalagi sih eyang?"
Akhir pekan memang menurut Panji paling nyaman buat bermalas-malasan, bukan karena tidak ada wanita yang mengajaknya berkencan, namun seolah Panji sudah merasa lelah, disaat dirinya mulai bisa serius dengan wanita, tapi akhirnya putus juga dengan berbagai alasan yang terjadi.
" Mandi sono, pakai baju yang bagus, apa perlu eyang panggilkan desainer kondang untuk merancang pakaianmu?"
" No, lemariku sudah penuh dengan baju-baju yang eyang dan ibu pesankan untukku."
" Ya sudah, pakai sono, sakit mata eyang lihat penampilan kamu yang semrawut kayak begini."
" Astaga Eyang, Panji kan libur nggak ada kegiatan, masak iya dirumah mau pakai Tuxedo pemberian eyang itu?"
" Kalau begitu kamu keluarlah!"
" Eyang ngusir panji?"
" Bukan ngusir Panjuul, tapi keluarlah jalan-jalan, siapa tahu pulang bawa mantu buat eyang, temen-temen eyang sudah pada punya cicit dah, sedangkan kamu pacar aja nggak punya, gimana mau bikinin eyang cicit?"
" Fuuuhh! bisa keriting rambut gue kalau terus-terusan begini!"
Panji langsung bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan eyangnya yang masih ingin ceramah disana, seolah gendang telinga Panji rasanya sudah ingin pecah, karena hanya itu saja tema yang dibicarakan oleh eyangnya setiap hari.
" Kamu mau kemana Panji?"
" Buatin eyang cicit!"
" Hah? emang kamu sudah punya pacar? kenapa nggak ngomong sama eyang?"
" Buatin pake tepung terigu sama tepung kanji dicampur jadi satu."
" Ditambah daun bawang nggak?"
" Tambah juga boleh, dalamnya kasih suiran ayam lebih enak!"
" Jadi Cireng itu namanya Panjuulll!"
" Hehe... jangan galak-galak eyang, ntar darah tingginya kumat loh, Panji pergi mandi dulu ya eyang, bye..."
" Astaga bocah itu, duh Gusti... segeralah beri jodoh buat cucu hambamu yang satu ini, masak tampan-tampan begitu nggak ada yang mau, entah kemana semua gadis didunia ini."
" Ibu... sudahlah, biarkan Panji memilih masa depannya sendiri, jangan terlalu dipaksa begitu, kasihan dia bu." Ibu Panjipun sebenarnya pengen segera punya cucu, namun dia kasihan juga melihat putranya setiap hari harus kenyang dengan ocehan kata 'kapan menikah' oleh ibu mertuanya itu.
" Besok temani ibu ke pasar."
" Ngapain bu? nanti ibu kecapekan loh, di pasar itu desak-desakan bu."
" Ibu mau beli kembang tujuh rupa!"
" Buat apa lagi bu? jangan aneh-aneh, nanti kesannya nggak baik loh bu?"
" Aku mau mandiin si Panji, biar segala kesialannya hilang dan aura positifnya terbuka, kamu merasa aneh nggak sebenarnya, anakmu itu tampan wajahnya, dompet juga tebal, tapi kenapa nggak laku-laku sampai sekarang coba, pasti ada yang nggak beres!"
Sebenarnya aku juga heran sih, tapi ini jaman sudah modern loh, masak iya putraku auranya tertutup sehingga dia nggak dapat jodoh?
" Tapi bu?"
" Sudahlah, jangan berdebat denganku, pokoknya besok pagi kita beli semua perlengkapan buat mandi kembang si Panji, Titik!"
Ibu Panji akhirnya memilih diam, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika ibu mertuanya sudah berkehendak seperti itu.
Dan pembicaraan mereka ternyata masih didengar oleh Panji yang sengaja bersembunyi di balik tembok.
" Apa iya auraku tertutup? atau karena kutukan almarhumah mantan kekasihku itu? masak iya sih?"
" Aish... bodo amat, mending gue kerumah si Arga sajalah, daripada pusing dirumah dengerin ocehan mereka."
Setelah sejenak berfikir, Panji langsung bergegas mandi dan pergi kerumah sahabat karibnya itu, disaat seperti ini hanya dialah teman yang bisa diandalkan, walau mereka sering berdebat, namun kalau sehari saja tidak bertemu rasanya ada yang kurang, apalagi jarak rumah mereka tidak jauh, hanya tinggal menyebrang jalan saja.
" Hugo... kok main sendiri nak, ayah sama bundamu kemana?"
Saat Panji sampai kedalam halaman rumah Arga, dia melihat putra sahabatnya itu bermain sendirian disana.
" Hai Om, ayah sedang mengambilkan aku air minum." Jawab bocah kecil yang wajahnya tak kalah tampan dari ayahnya itu.
" O... begitu, kamu sedang main apa sayang?"
" Main kuda-kudaan Om, mau main bareng sama Hugo nggak?"
Mana enak main kuda-kudaan sama patung, Om tuh harusnya sudah main kuda-kudaan sama seorang gadis, haish...
" Heh... tumben Njul sudah nongol, ada apa?" Arga muncul dari balik pintu dengan membawa satu botol minuman untuk putra kesayangannya.
" Suruh istri loe buatin gue kopi, suntuk gue dirumah."
" Haha... pasti disuruh kawin sama si eyang kan?"
" Kawin aja yang ada dipikiran kamu, nikah dulu baru kawin!"
" Pffftthh... kalau gue sih mau apa aja bebas, yasudah, jagain dulu sih Hugo sebentar, aku suruh bundanya buatin kopi dulu." Arga menyerahkan botol minuman itu kepada Hugo.
" Hmm.."
" Main sama Om Jodi dulu ya nak?"
" Arga!" Panji langsung melotot kesal kearahnya.
" Maksud ayah, main sama om Panji dulu ya nak, hehe..!"
" Okey ayah."
Namun setelah kurang lebih setengah jam, Arga maupun istrinya tidak kunjung keluar juga.
" Hugo, jangan main kemana-mana ya, jangan keluar pagar, Om mau ke dapur dulu nyari ayah kamu, kenapa lama sekali cuma buat kopi doang, okey nak?"
" Siap Om!"
Panji langsung saja nyelonong masuk ke dapur, namun disana sepi, tidak ada aroma kopi atau apapun itu.
" Arga? ckk... kemana sih itu manusia, katanya mau buatin kopi, dimana buatnya? masak iya di dalam kamar?"
Panji iseng-iseng aja naik ke lantai atas, dan mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabatnya itu.
" Emh... mas, sudah belum nanti Hugo nyariin kita lagi?" Terdengar suara bunda Hugo sedang mende sah ke e nakan didalam sana.
" Bentar sayang, eugh... nanggung ini, mumpung ada si Panji yang lagi nemenin Hugo main dibawah, dia nggak akan nyariin kita." Jawab Arga sambil merem melek.
" Tapi mas, emh... nanti malam kan mas masih bisa nambah?"
" Hugo nempelin kamu terus, lagian mas sudah lama nggak main terang-terangan sama kamu, asyik gelap-gelapan aja, mas kan pengen buat adeknya Hugo sambil memandang wajah cantik kamu sayang?" Arga terus saja menggenjot dengan semangat empat lima.
" Mas... emh, tapi aku sudah mau keluar ini, uhh... mas masih lama?"
" Bentar lagi sayang, satu tanjakan lagi mas sampai, eugh!"
Dasar kutu kupret, kurap, kudis, kutil! bisa-bisanya dia main kuda-kudaan disiang bolong seperti ini? ngerjain gue dia! sialaan, gue malah disuruh jadi baby sitter anaknya!
Aduuh.. ini kenapa lagi si Marjuki jadi bangun! argh..
Panji mengumpat sepasang suami istri ini dengan kesal, sambil mendekap hewan peliharaan berharga miliknya yang mendesak keluar sangkar dan mencoba menahan segala rasa.
Brak... brak!
" ARGA MADHARSA keluar kamu sekarang!" Panji langsung mengetuk pintu menggunakan satu kakinya dengan kesal.
" Hmmpt... isssh!"
Disaat teriakan Panji menggema sampai didalam kamar, disitulah sepasang suami istri itu sama-sama tergeletak diatas kasur empuk miliknya sambil mengusap keringat yang mengucur deras, efek dari pertempuran panas mereka berdua.
" Kebakaran woi... kebakaran!"
Panji semakin dirudung emosi karena burung peliharaannya ikut terbangun saat mendengar suara sahutan desa han sepasang suami istri itu.
" Eherm... kebakaran jenggot atau kebakaran apa!" Arga keluar kamar dengan santainya sambil membenahi resleting celana miliknya.
" Sialan elu ya! mana kopinya? aku tuh sukanya kopi hitam nggak mau dicampur pake susu kental bau, ngerti nggak kamu?"
" Iya... iya, ditinggal bentar doang, lagian susu kental manisnya sudah aku tanam di ladang yang tepat, gue juga nggak rela bagi-bagi bro!" Arga pun menjawab dengan tanpa merasa bersalah sama sekali.
" Dasar teman Lucknut!" Umpat Panji dengan otot lehernya yang sudah ikut mengeras.
" Tenang aja bro, gue mandi bentar, jangankan kopi hitam, malam ini gue traktir elu makan enak di hotel berbintang, okey?"
" Gaya loe kayak mampu aja, paling mentok juga warteg di pinggir sawah loe!"
" Suer... gue traktir elu makan enak sepuasnya, okey!"
" Terserah deh!"
Walau tidak percaya, Panji ikut saja kemauan sahabatnya itu, yang penting dia punya teman ngobrol diluar, tidak bosan hanya mendengar ocehan Eyangnya saja dirumah.
...“Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah”...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Carlina Carlina
haduuuuhhhh arga bner" dah ya temen lucknut🤭😅😅😅😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣panjul d kerjain sm arga🤣🤣🤣🤣🤣😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-09-02
0
Retno
Arga sekali ada kesempatan gak di sia siakan.... kasihan si Panjul niat hati cari temen malah di tinggal buat nyicil para kecebong...
2022-08-21
0
gemar baca
acian si Panjul... nungguin Arga kuda2an😂tegang dah....
2022-08-17
0