***
Baloq Darwire menyingsingkan selimut ke tubuh Jumindri. Dia baru saja selesai bercerita kisah Dewi Pujasari.
Di bawah cahaya lampu minyak, pria sepuh itu memandangi wajah anak perempuan malang itu memejamkan mata.
“Istirahatlah nak, tenangkan pikiranmu, kakek tahu kau belum terlelap,”
Jumindri bergeming. Dia hanya menghela nafas. Mendorong ke luar sesuatu yang menyesakkan dadanya.
“Jangan biarkan amarahmu tak bertuan,” nasihat tetua desa itu mengesankan ia sangat tahu banyak hal tentang Jumindri.
Di luar gubuk tua itu, desa Bunge disepuh cahaya rembulan. Mega-mega menepi, malu menyaingi pesonanya.
Namun seperti kata pituah bijak, jangan percaya pada apa yang terlihat menawan. Di baliknya, mengintai petaka yang tak kalah jahanamnya.
Baloq Darwire berdiri di luar gubuk. Susana benar-benar sunyi nan lengang. Seakan sesuatu yang besar bakal terjadi malam itu, binatang dan serangga malam, memilih tak berdendang tetapi melipat dir dalam sarang.
Pria sepuh itu mengelilingi gubuk tua sekali, searah jarum jam. Setelah itu persis di depan pintu gubuk, mulutnya komat-kamit, merapal bait suci.
“ ... mapan aku gaduh sikep Gumi ...” katanya pelan di ujung lidah dalam rapalan bait suci yang terdengar. Sisanya, melebur dalam desau angin semilir.
Setelah itu, kaki kanannya mengentak tanah tiga kali. Dan secara perlahan, gubuk mulai dikelilingi kabut putih yang terus menebal.
“Segel ini akan melindungi rumah ini, sisanya aku serahkan padamu,” katanya parau.
Di langit, cahaya dewi malam berubah temaram. Dari putih keperakan menjadi merah darah: gerhana darah.
Baloq Darwire melangkah pergi. Sesaat kemudian lenyap di telan kegelapan malam.
***
Dari arah semak belukar muncul beberapa sosok dengan langkah kaku.
Di kening mereka ada yang memancarkan sinar kuning dan merah tua. Mendengus dan sesekali menggeram dengan suara-suara mengerikan.
Menyusul tak kalah mengerikan kepala-kepala pucat dengan rambut panjang membawa isi perut tanpa badan. Ada yang bergerak dengan beringsut, satunya lagi melayang.
Kehadiran merekalah yang membuat penghuni malam melipat diri dalam keheningan yang hampa.
Sayup-sayup terdengar kepakan sayap semakin bising mendekati gubuk tua. Suaranya melebihi kepakan sayap burung. Namun, bukan juga kepakan rajawali raksasa karena yang terlihat selanjutnya tubuh melayang menghadap langit.
Ada juga yang terbang bersila dengan kaki diikat pada bambu.
Siapa mereka?
Tak ada makhluk yang berani menyapa. Tapi kedatangan mereka telah membuat alam menciut kecil sebesar keleong (nyiru - alat untuk membersihkan beras).
***
“Darrr...wireee...!” sesosok kepala melayang tanpa badan, menggeram.
Sosok misterius itu berjumlah enam orang.
“Setua itu ia masih bisa melakukannya," ujar sosok misterius dengan cahaya merah di keningnya.
“Apa yang kita cari di sini?” sosok misterius dengan cahaya kuning celingak-celinguk kanan kiri.
“Anak baru diam saja,” sahut kepala tanpa badan yang beringsut di tanah.
“Kekanak-kanakanmu merusak wibawa Bangsa Selaq saja,” sahut kepala yang terbang.
“Baru bisa terbang saja bangga. Badanmu mana?” balas sengit si kening kuning.
“Boleh juga nyalimu. Kasta terendah dari Selaq menunjukkan kesombongan pada salah satu kasta tertinggi Selaq. Sudah punya sabuk berapa?” ujarnya dengan nada meremehkan.
Sabuk adalah ikat pinggang yang terbuat dari kain hasil tenunan tradisional.
Dalam tradisi ilmu kesaktian Sasak setiap penuntut ilmu yang telah mempelajari ilmu kanuragan akan diberikan sabuk oleh gurunya setelah lulus.
Sabuk itu sebagai ijazah sekaligus ‘tempat menyimpan’ kesaktian.
Ada yang berpendapat ilmu mereka akan lenyap bila sabuk terbakar. Maka banyak yang menyimpan sabuk di tempat yang jauh dari api. Seperti dalam lemari atau langit-langit rumah.
“Mopol Kesur, Ngeres Koneng, cukup,” lerai sosok misterius yang datang dengan terbang menghadap langit tadi.
Tatapannya tajam pada dua kasta Selaq di bawahnya. Kepala terbang dan si kening kuning yang disebut namanya berurutan menoleh.
“Mopol Kesur. Bawa Darwire ke mari,” kata sosok misterius yang datang terbang bersila dengan kaki yang diikat pada bambu.
“Ampun paduka patih, ada tugas adakah upah?” celetuk Mopol Kesur.
“Dasar pedagang. Ke-Selaq-anmu layak dipertanyakan,”
“Ini adalah watak, paduka Patih,” jawabnya.
“Singkirkan watakmu di misi besar ini," sang Patih menggeram.
“Ampun paduka, bukankah Selaq itu ideologi? rugilah kita semua kalau tidak bisa mengambil keuntungan,”
“Tujuan hidupmu rendah sekali senior, segala sesuatu diukur dari untung dan rugi. Hidup ini adalah karya seni yang otentik. Dan menjadi Selaq adalah pengabdian terbaik dalam seni,” timpal Ngeres Koneng.
“Kau yang bodoh tukang pahat, bukankah tercapainya tujuanmu dalam seni itu keuntungan?”
“Kerugian juga adalah seni,” ujar Ngeres Koneng.
“Pikiranmu rumit!” sahut Mopol Kesur.
“Perdebatan bodoh lagi. Sebaiknya kalian tarung saja sampai ada salah satu yang mampus!”
“Maaf paduka Raja,” kata Mopol Kesur dan Ngeres Koneng hampir bersamaan.
“Mopol Kesur, Ngeres Koneng bawa kemari Darwire. Semoga satu di antara kalian ada yang mampus di tangan Darwire,” kata sang Raja mengumbar amarah melihat kelakuan dua anak buahnya.
Dua sosok misterius itu menurut patuh. mereka segera mencari Baloq Darwire sesuai perintah. Menembus kegelapan malam.
***
“Senior, siapa sih yang menunjuk Selaq Bunge jadi Raja?” tanya Ngeres Koneng.
Wajahnya masih terlihat dongkol karena ucapan Sang Raja yang berharap salah satu di antara mereka mati.
“Seperti kau berani saja melawannya,” sahut Mopol Kesur meledek.
“Lihat saja, kelak aku akan mengalahkannya dan aku yang akan menjadi Raja,”
“Kalau kau jadi raja, ujung-ujungnya jadi Selaq Bunge juga,” sahut Mopol Kesur.
“Beda. Kelak aku adalah Raja Selaq Bunge yang eksotis. Bukan seperti Selaq Bunge yang diktator!”
“Halah, omong-kosong,” cibir Mopol Kesur.
***
Jumindri belum bisa terlelap. Setelah kepergian Baloq Darwire pikirannya dilanda gelisah.
Satu-persatu, perlakuan warga desa muncul diingatkan. Dari kejadian tadi sore, beberapa hari lalu, dalam satu pekan, dan apapun yang mampu diingatnya.
Penduduk desa menjauhinya. Menatapnya dengan pandangan benci, tanpa ia tahu alasannya.
Kalau saja tidak ada Baloq Darwire maka sempurna alasannya meninggalkan desa itu.
“Aku ingin punya teman,” lirihnya.
Lama Jumindri merenung. Mencari tahu takdir macam apa yang dijalaninya.
“Anak itu,” gumamnya kemudian.
Jumindri teringat lagi kejadian tadi sore. Tentang bocah 5 tahun yang menemaninya di tanah lapang.
Mulutnya mengulum senyum. Perasaan riang mekar di dalam hatinya.
“Perasaan apa ini?” ujarnya bingung.
***
“Darwire tahu kita akan datang mencarinya,” ujar Mopol Kesur.
“Sepertinya ini Semputer, sudah beberapa kali kita berputar-putar di tempat yang sama,” timpal Ngeres Koneng.
Semputer adalah ilmu atau mantra untuk membuat bangsa Selaq kehilangan navigasi. Di bawah pengaruh Semputer bumi yang dipijak bangsa Selaq sebesar nyiru berputar-putar tidak jelas arahnya.
“Bukan. Ini Halimun. Kita bukan tersesat tapi tidak menemukan rumah Darwire. Aku kira ini ilmu yang sama digunakannya untuk menyembunyikan Jumindri dan rumahnya,"
“Top senior, bangga sekali aku padamu. Analisamu keren, lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?”
“Ada yang mengajak kita bermain-main, maka tidak baik menolaknya,”
“Setuju senior. Jadi apa rencananya?"
“Ikuti aku,” kata Mopol Kesur.
***
“Ngomong-ngomong kau tinggal di mana badanmu senior?”
“Bukan urusanmu,” sahut Mopol Kesur.
“Apa kau pernah mengalami hal yang rumit, misalnya seperti ususmu tersangkut ranting kayu atau ada anjing yang mengejarmu dikira onggokan daging?”
Mopol Kesur dibuat kesal. Dia menatap tajam ke arah rekannya yang terlalu banyak bicara itu.
“Baiklah. Aku tutup mulut,” sahut Ngeres Koneng segera.
Tetapi baru saja beberapa langkah berjalan Ngeres Koneng kembali bertanya yang membuat Mopol Kesur tak bisa lagi menahan amarah.
“Senior bagaimana cara kau kentut?”
“Bangsaat!”
Dalam sekejap seluruh usus Mopol Kesur telah membelit tubuh Ngeres Koneng, tanpa sempat memberikan perlawanan.
“Kalau saja aku tidak menaruh hormat pada Ngeres Beaq, malam ini juga kau telah aku santap!”
Ngeres Koneng tak bisa berbuat apapun. Tubuhnya di bawah kendali sepenuhnya Mopol Kesur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
haduuuuuh..pertama baca deskripsi tentang tu makhluk2 yg dateng serem,,,eeeh lama2 obrolan nya bikin ngakak,,good thor,,aku padamu 😘
2022-09-16
4
Surati
waduh sesama mahluk astra akur dong🤭🤭🤭
2022-09-16
2
O Z
eh,si mopol itu kuyang kan
2022-09-15
1