Episode “Para Pemburu Keabadian” (4)

Pertempuran sengit pecah antara sepuluh pasukan elite Desa Bunge melawan Mopol Ngeros dan Ngeres Beaq di malam gerhana merah.

Bukan perkara mudah menumpas dua Selaq itu. Nyatanya kekuatan dua Selaq itu di luar nalar.

Selaq-Selaq itu menyerang dengan gerakan menembus ruang dan waktu. Tiba-tiba muncul dan hilang sekehendaknya. Lalu menyerang lagi dari titik nol waspada para lawannya.

Pasukan mengibaskan senjata ke segala arah, melindungi diri dari gempuran tak biasa. Serupa petani yang diserang kawanan lebah dari segala penjuru.

Menebas kiri, kanan, depan belakang, tapi yang terkoyak hanya ruang hampa.

“Jerit-jerit jire mancan jaye, raje mandek ingsun Sang Hyang Kuase ...”

Salah seorang pasukan elite merapal mantra ‘Senjerit Macan’. Baitnya terdengar di antara riuh rendah pekikan, terjangan, dan sepakan pasukan lain.

Mopol Ngeros dan Ngeres Beaq diam termangu. Tak dinyana, tiba-tiba berada dalam sangkar harimau.

Di hadapan mereka, berdiri sang raja hutan buas, dengan tatapan menciutkan nyali.

“Apa yang terjadi?” Ngeres Beaq menyiratkan kepanikan. Matanya terbelalak melihat harimau semakin dekat.

Ada kekuatan luar mengendalikan tubuhnya. Ia tidak ingin melangkah, tapi aneh, kakinya terus saja berjalan mendekati harimau yang siap menerkam.

“Ilmu apa ini?” pekik, Mopol Ngeros yang juga mengalami kejadian serupa. Selaq yang hanya membawa kepala dan isi perut itu meronta-ronta.

“Tenang, itu hanya ilusi,” pekik Kembang Tereng.

“Ilusi macam apa ini, rasanya seperti nyata, separo isu perutku sudah dimakan!” Mopol Ngeros panik bukan main. Giliran leher dan kepalanya yang bersiap disantap Harimau.

“Ahhh!Ini nyata!” pekik Ngeres Beaq, berkali-kali menjerit kesakitan, ketika bagian tubuhnya dikunyah taring dan gigi setajam pisau.

“Bet!”

“Bet!”

Ngeres Beaq dan Mopol Ngeros merasa tubuhnya ditarik ke luar dari mulut harimau. Dalam keadaan menahan sakit luar biasa, mereka mendengar suara Kembang Tereng memerintahkan memejamkan mata.

“Tutup mata kalian!”

Dua Selaq itu mengikuti perintah sang Patih. Ternyata sedari tadi, mereka tanpa sadar terus menatap mata pasukan elite itu.

“Syukurlah usus buntuku masih ada,” ujar Mopol Ngeros setelah berhasil keluar dari ilusi mengerikan itu.

Geram dipermainkan ilmu ilusi, Ngeres Beaq mengubah tubuhnya menjadi seekor anjing tinggi besar.

Sementara Mopol Ngeros menjaring pasukan elite dengan usus yang terburai panjang.

Menyadari bahaya, para pasukan berlompatan ke sana-ke mari. Sayangnya, tiga pasukan elite terjaring usus menjijikkan itu.

Secepat kilat anjing jadi-jadian melompat, menerkam, dan mengoyak perut tiga prajurit yang tertangkap!

“Aaarrghhh!” Jerit kesakitan seiring darah mengucur deras.

“Kalau kalian hanya bisa bermain ilusi, Ketahuilah rasa sakit ini nyata. Darah kalian akan aku jadikan persembahkan pada dewa, penguasa gulita, sebelum semesta memiliki cahaya!”

Ngeres Beaq telah kembali kewujud semulanya. Sosok dengan cahaya merah di kening itu mengambil posisi persis di atas kepala tiga mayat.

Sementara, tujuh pasukan elite mundur mengatur langkah, menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.

“Puf... yang merasa paling beragama,” gerutu Mopol Ngeros, melihat rekannya hendak memulai ritual.

“Diam kau, makhluk tersesat. Suatu saat kau juga akan aku jadikan persembahan demi kesempurnaanku,” sahut Ngeres Beaq

Telunjuk dan jari tengah Ngeres Beaq mengambil darah yang masih mengalir dari salah satu mayat. Lalu menulis kalimat mantra di tangan kiri.

“Demi jalan kehidupan yang agung, Agama Boro. Untuk dewa penguasa gulita Dewa Belate, terimalah persembahan tiga anak manusia yang rupawan, demi hadirnya kekuatan tanpa batas!”

Awan hitam tiba-tiba berarak. Menutupi langit hingga bumi terkunci dalam kegelapan.

“Ini tidak akan mudah,” Baloq Darwire bangkit susah payah. Dia tahu apa yang akan terjadi akibat ritual itu.

“Apa yang harus kami lakukan?” timpal pimpinan pasukan Elite.

“Kumpulkan ranting sebanyak-banyaknya, segera!” perintahnya.

Maka berlompatanlah delapan pasukan elite mengumpulkan ranting. Setelah itu, membawanya ke hadapan Baloq Darwire.

“Aku butuh waktu melakukan persiapan ilmu Tumban,”

“Kami melindungimu!” tegas pimpinan pasukan elite.

Tumban adalah ilmu mengubah ranting menjadi sosok penggunanya. Ilmu ini biasanya dimiliki peternak untuk menjaga kandang di waktu malam.

Dengan menancapkan ranting di empat sudut kandang ternak, pencuri akan terjebak pada ilusi ranting menyerupai pemilik ternak.

Pencuri kebanyakan menghindari ilmu Tumban. Sebab sekalipun cuma ranting, tidak bisa dikalahkan atau dibunuh.

Pencuri juga tidak bisa kabur. Setiap akan lari, Tumban akan menariknya lagi ke posisi ranting ditancapkan. Begitu seterusnya sampai pagi tiba.

Level atau tingkatan ilmu Tumban sampai tujuh tingkatan. Pada tingkatan tertinggi, Tumban hanya dikuasai para resi atau orang yang suci.

Kembali ke pertempuran ...

Bau anyir dan busuk menyeruak dari segala penjuru. Empat pasukan langsung muntah-muntah setelah perut mereka serasa diaduk-aduk.

Dari semak belukar muncul ratusan sosok tubuh dengan daging yang telah membusuk. Ulat dan belatung merayap keluar masuk dari mata, telinga, dan mulutnya.

Mereka bangkit dari pusara kuburan Desa Bunge.

“Segera kuasai diri kalian!” Pimpinan mengingatkan pasukan yang mulai lengah.

Sebelum mencapai posisi Baloq Darwire delapan pasukan elite melompat ke depan. Menebas dan menghalau mayat hidup sekuat tenaga. Sayangnya usaha gigih mereka percuma.

Mayat-mayat yang dikuasai kekuatan iblis itu tetap bisa bergerak, sekalipun kepala, tangan, kaki dan bagian lain, terlepas hingga tercincang pedang.

Menyadari pertempuran tidak seimbang, pimpinan pasukan mundur tujuh langkah. Lalu mata terpejam merapal mantra. Bibirnya bergetar komat-kamit.

“Alle humme keluhu geni!” rapalnya dengan suara pelan di ujung lidah.

“Jin mare jin mate, setan mare setan mate!”

Sampai di bait mantra ini, kepala, kaki, tangan mayat-mayat hidup itu tiba-tiba terbakar. Ilmu geni atau ilmu api melahap sebagian mayat jadi abu.

“Ternyata ilmu ini masih ada,”

Ngeres Beaq geram melihat pasukan mayatnya banyak yang terbakar. Tapi dia tidak bisa menyembunyikan perasaan takjubnya pada pemuda perkasa pengguna ilmu itu.

“Jangan-jangan pengguna ilmu ini, iya. Ternyata kau di sini. Pantas saja identitas pasukan elite semua dirahasiakan,”

Mopol Ngeros, tiba-tiba bersiul. Tapi itu bukan siulan biasa. Suaranya melengking nyaring hingga menghantam gendang telinga.

Betapa mengerikan siulan maut itu, tujuh pasukan terkapar dengan tangan menutup telinga sekuat tenaga.

Namun pimpinan pasukan nekat bertahan, bersila di tempat semula. Sekalipun akibat siulan itu dari balik penutup wajah, darah mengalir di telinganya.

Dia harus tetap berkonsentrasi untuk tetap menjaga ilmu api melindungi Kepala Desa.

“Cukup nak,”

Baloq Darwire telah selesai melakukan persiapan. Ranting kayu telah tertancap di tempat yang telah ditentukan. Sementara siulan Mopol Ngeros sama sekali tidak mempengaruhinya.

Pimpinan pasukan, oleng kemudian roboh. Sisa tenaganya dihabiskan melindungi Kepala Desa.

“Tumban,” ujar Selaq Bunge.

“Iya. Apa kau takut?” tanya Baloq Darwire.

Selaq Bunge tersenyum sinis. “Mainan anak-anak,”

“Kalau memang demikian, mari kita segera selesaikan,"

“Darwire, apa kau masih belum sadar? Lihat hanya melawan dua anggotaku saja, semua pasukan elite yang kau bangga-banggakan tersungkur. Bagaimana kau akan mengalahkan kami dengan Tumban?”

Baloq Darwire terdiam. Tatapannya kosong. Apa yang dikatakan Selaq Bunge sepenuhnya benar.

Jangankan melawan Selaq Bunge, melawan Mopol Ngeros dan Ngeres Beaq saja demikian sulit.

Belum lagi, bila Kembang Tereng menunjukkan ilmu yang sudah pasti lebih hebat dari dua kasta Selaq di bawahnya.

“Darwire, Tumban yang kau kuasai hanya baru tingkat tiga, sedangkan aku sudah berhasil membuka gerbang kelima, kau bisa apa?”

Baloq Darwire masih diam. Tumban itu memang dipersiapkan bukan untuk mengalahkan para Selaq. Tapi untuk mengulur waktu, sebelum warga desa pergi mengungsi.

Sebagai penguasa Tumban tingkat tiga, Baloq Darwire dapat memerintahkan salah satu Tumban pergi ke desa dan meminta warga mengungsi.

“Jadi ini hanya untuk mengulur waktu saja,” ujarnya dalam hati.

Ngeres Beaq mulai kesal. Mayat hidup kembali diperintahkan menyerang pria tua itu.

Tumban-Tumban Baloq Darwire yang jumlahnya ratusan tidak tinggal diam. Mereka melompat dan menerjang, mayat-mayat yang menyerang dengan brutal!

Terpopuler

Comments

💐Novi_Naira💐

💐Novi_Naira💐

lanjut ah

2022-08-29

2

Namgildaero

Namgildaero

Bentar kak, selaq itu manusia yang menganut ilmu hitam atau mereka itu setan ?

2022-08-22

3

lihat semua
Episodes
1 Episode "Malam Panjang di Desa Bunge" (1)
2 Episode "Malam Panjang di Desa Bunge" (2)
3 Episode "Malam Panjang di Desa Bunge"(3)
4 Episode “Para Pemburu Keabadian” (4)
5 Episode “Para Pemburu Keabadian” (5)
6 Episode “Para Pemburu Keabadian” (6)
7 Episode “Para Pemburu Keabadian” (7)
8 Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (8)
9 Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (9)
10 Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (10)
11 Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (11)
12 Episode "Derai Hujan di Waktu Senja" (12)
13 Episode "Pemuda Ambisius" (13)
14 Episode "Pemuda Ambisius" (14)
15 Episode "Pemuda Ambisius" (15)
16 Episode "Pemuda Ambisius" (16)
17 Episode "Pemuda Ambisius" (17)
18 Episode "Pemuda Ambisius" (18)
19 Episode “Bintang Jatuh” (19)
20 Episode "Bintang Jatuh" (20)
21 Episode "Bintang Jatuh" (21)
22 Episode "Bintang Jatuh" (22)
23 Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (23)
24 Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (24)
25 Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (25)
26 Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (26)
27 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (27)
28 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (28)
29 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (29)
30 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (30)
31 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (31)
32 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (32)
33 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (33)
34 Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (34)
35 Episode “Jiwa-jiwa Haus Tahta” (35)
36 Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (36)
37 Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (37)
38 Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (38)
39 Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (39)
40 Episode "Mahkota Berpindah Kepala" (40)
41 Episode "Mahkota Berpindah Kepala" (41)
42 Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (42)
43 Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (43)
44 Episode “Pancalita Dimabuk Asmara” (44)
45 Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (45)
46 Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (46)
47 Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (47)
48 Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (48)
49 Episode "Inikah Cinta?" (49)
50 Episode "Inikah Cinta?" (50)
51 Episode "Inikah Cinta?" (51)
52 Episode "Rahasia Istana di Balik Mega" (52)
53 Episode "Rahasia Istana di Balik Mega" (53)
54 Episode "Rahasia Istana di Balik Mega" (54)
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Episode "Malam Panjang di Desa Bunge" (1)
2
Episode "Malam Panjang di Desa Bunge" (2)
3
Episode "Malam Panjang di Desa Bunge"(3)
4
Episode “Para Pemburu Keabadian” (4)
5
Episode “Para Pemburu Keabadian” (5)
6
Episode “Para Pemburu Keabadian” (6)
7
Episode “Para Pemburu Keabadian” (7)
8
Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (8)
9
Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (9)
10
Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (10)
11
Episode “Derai Hujan di Waktu Senja” (11)
12
Episode "Derai Hujan di Waktu Senja" (12)
13
Episode "Pemuda Ambisius" (13)
14
Episode "Pemuda Ambisius" (14)
15
Episode "Pemuda Ambisius" (15)
16
Episode "Pemuda Ambisius" (16)
17
Episode "Pemuda Ambisius" (17)
18
Episode "Pemuda Ambisius" (18)
19
Episode “Bintang Jatuh” (19)
20
Episode "Bintang Jatuh" (20)
21
Episode "Bintang Jatuh" (21)
22
Episode "Bintang Jatuh" (22)
23
Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (23)
24
Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (24)
25
Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (25)
26
Episode "Kemunculan Doyan Medaran" (26)
27
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (27)
28
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (28)
29
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (29)
30
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (30)
31
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (31)
32
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (32)
33
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (33)
34
Episode "Pengadilan untuk Baloq Darwire" (34)
35
Episode “Jiwa-jiwa Haus Tahta” (35)
36
Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (36)
37
Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (37)
38
Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (38)
39
Episode "Jiwa-jiwa Haus Tahta" (39)
40
Episode "Mahkota Berpindah Kepala" (40)
41
Episode "Mahkota Berpindah Kepala" (41)
42
Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (42)
43
Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (43)
44
Episode “Pancalita Dimabuk Asmara” (44)
45
Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (45)
46
Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (46)
47
Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (47)
48
Episode "Pancalita Dimabuk Asmara" (48)
49
Episode "Inikah Cinta?" (49)
50
Episode "Inikah Cinta?" (50)
51
Episode "Inikah Cinta?" (51)
52
Episode "Rahasia Istana di Balik Mega" (52)
53
Episode "Rahasia Istana di Balik Mega" (53)
54
Episode "Rahasia Istana di Balik Mega" (54)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!