MY SWEET BOYFRIEND
“Eh Ra, lo tumben datang pagi,” sapa Sissy, sahabat Rara yang sudah sejak kecil bersama. Ia berjalan mendekati Rara yang berhenti untuk menunggunya.
“Gue? Tumben datang pagi? Nggak salah lo Sy? Harusnya 'kan gue yang nanya, lo tumben datang pagi,” balas Rara dengan menaikkan sebelah sudut alisnya.
Sissy tertawa, “Lo kalau ngomong ya, suka benar deh,” ucap Sissy kemudian ia menggandeng tangan Rara dan keduanya pun berjalan menuju ke kelas mereka yang berada di bagian belakang.
“Ya iyalah Sy. 'Kan begitu kaki lo melangkah masuk ke sekolah selalu bertepatan dengan bunyi bel,” ujar Rara yang memang merupakan sebuah kenyataan.
“Gue heran deh, kok lo bisa tepat banget ya ngukur waktunya,” imbuh Rara.
“Hahaha, lo nggak tahu aja kalau gue itu punya ilmu buat menghalangi gerbang ditutup sebelum kaki gue masuk ke sekolah,” gurau Sissy yang membuat Rara memutar bola matanya jengah.
Rara dan Sissy merupakan siswi kelas sepuluh. Dengan paras keduanya yang sama-sama cantik dan manis hanya saja Sissy terlihat lebih anggun dibandingkan Rara yang tidak begitu memusingkan penampilan.
Sama-sama cantik dan sama-sama cerdas pula tidak membuat keduanya saling memendam rasa iri meskipun dari status sosial, Sissy merupakan anak dokter dan Rara hanyalah anak seorang nelayan tradisional. Bahkan setiap hari hubungan persahabatan mereka seperti sangat sulit untuk dipisahkan. Rumah mereka pun hanya berjarak dua rumah.
Sissy tak bisa tanpa Rara dan Rara yang selalu ingin bersama Sissy. Apalagi semenjak berusia enam tahun Ibu Sissy sudah pergi menghadap sang Pencipta, Sissy pun lebih banyak waktu bermain bersama Rara dan keluarganya. Ibu Fina yang merupakan bunda Rara pun sangat menyayangi Sissy seperti halnya ia menyayangi Rara dan Julian, adik Rara. Ayah Sissy yang merupakan seorang dokter tak bisa selalu bersamanya.
“Lo belum jawab pertanyaan gue Sy,” ucap Rara membuat Sissy terkekeh.
“Ya ampun Rara cintaku, penasaran banget sih. Jadi tuh, tadi malam gue dapat telepon dari Yudi kalau dia ada naruh sesuatu di laci meja gue pagi ini. Gue penasaran lah, makanya cepat-cepat datang ke sekolah,” jawab Sissy antusias.
“Yudi?”
“Itu lho Ra, cowok yang sering gue ceritain. Yang lagi PDKT sama gue,” ucap Sissy.
“Oh dia. Terus dia emang naruh apa di laci meja lo?” tanya Rara lagi. Ia begitu hafal dengan karakter Sissy yang sangat senang apabila kita selalu bertanya tentang hal yang membuatnya senang.
“Katanya sih, cokelat,” jawab Sissy.
“Cokelat?” beo Rara.
“Ya ampun Ra, jangan bilang lo nggak tahu kalau hari ini tuh hari valentine?” pekik Sissy yang tiba-tiba menghentikan langkah mereka.
“So?”
“Ya harusnya lo tahu juga 'kan kalau hari kasih sayang tuh identik dengan yang namanya cokelat. Huhh, gini nih akibat lama ngejomblo. Jadi jomblo ngenes 'kan lo,” ledek Sissy.
“Emang lo sama si Yudi itu udah jadian?” selidik Rara, karena yang ia tahu sahabatnya ini belum pernah bercerita jika ia dan Yudi sudah menjalin hubungan pacaran.
“Hehe, belum sih,” ucap Sissy cengengesan.
“Yee, sama aja dong. Lo juga jomblo kalau gitu,” balas Rara kemudian ia lebih dulu masuk ke dalam kelas meninggalkan Sissy yang masih setia berdiri di depan pintu kelas.
“Ra tungguin gue,” teriak Sissy yang kemudian ia juga menyusul masuk ke dalam kelas.
Rara duduk di bangku yang berada di belakang Sissy namun berada di sebelah kiri Sissy karena yang tepat berada di belakang Sissy itu sahabat mereka yang bernama Nadila. Sementara yang duduk bersama Sissy adalah Regita.
Mereka memang sengaja tidak memilih tempat duduk bersama karena di sekolah khususnya dalam hal pelajaran sekolah mereka sudah memutuskan untuk menjadi saingan. Namun hanya seputar pelajaran dan nilai saja. Setelah berada di luar sekolah atau saat jam istirahat, mereka kembali seperti biasa. Dan mereka sudah sepakat tidak akan membahas soal persaingan nilai jika bukan di saat belajar di sekolah.
“Yeeyy, gue dapat cokelat. Banyak banget,” teriak Sissy begitu menemukan sebuah kotak besar berisi berbagai merek cokelat.
“Ya ampun Arsyila Herlambang alias Sissy, biasa aja kali. Nggak usah lebay, kayak nggak pernah makan cokelat aja,” tegur Rara karena ia tadi baru saja ingin meminum airnya namun langsung dibuat terkejut oleh Sissy, untung saja Rara belum minum sehingga ia tidak tersedak.
“Sy, lo kumat? Masih pagi lho ini,” celetuk Nadila yang baru saja sampai di ambang pintu.
Sissy mengerucutkan bibirnya. Memasang ekspresi merajuk sehingga membuat Rara menahan tawa.
Nadila, salah satu sahabat mereka yang memang baru akrab sejak masuk SMA karena saat MOS dulu, mereka kerap sekelompok. Nadila ini sangat sederhana dan terkesan tomboy. Lebih parah dari Rara kalau soal penampilan. Namun dibalik kesederhanaannya itu, jika diperhatikan dengan saksama, ada wajah ayu dan teduh. Matanya juga sangat polos dan tulus. Hanya saja kerap kali ucapannya membuat mereka lebih memilih bungkam.
Nadila pun berjalan ke arah bangkunya yaitu tepat di belakang Sissy. Ia meletakkan tasnya di kursi lalu duduk manis.
“Sy, lo ngambek?” tanya Nadila namun dengan nada yang begitu datar.
“Tau ah. Lagian sahabatnya lagi senang malah dibilang kumat,” gerutu Sissy.
“Ya maaf,” ucap singkat Nadila namun sama sekali tak terlihat raut wajah seperti orang meminta maaf.
Sissy, meskipun ia tidak berbalik menatap Nadila, ia bisa menebak seperti apa sahabatnya itu meminta maaf. Daripada kesal melihat wajah Nadila yang tidak merasa bersalah padahal emang hanya hal sepele, Sissy pun memutuskan untuk tidak menengok ke belakang.
Rara hanya bisa melirik bergantian sahabatnya itu tanpa ingin berkomentar.
Tak lama kemudian Regita masuk ke kelas dan melihat Rara sedang melirik Sissy dan Nadila bergantian. Sissy tengah memasang wajah jutek dan Nadila yang seperti biasa, diam entah memang suka diam atau tengah menghayal.
“Pagi beib. Kok tumben nggak ngerumpi?” sapa Regita yang langsung duduk di bangkunya.
Tak ada sahutan membuat Regita heran.
“Kalian berantem?” tanya Regita lagi.
“Nggak!” jawab ketiganya kompak yang justru membuat Gita semakin heran.
“Jadi gue tadi tuh senang banget dapat cokelat dari gebetan gue. Dia ngasih surprise di laci meja gue. Eh sedang senang-senangnya malah Nadila ngatain gue kumat,” cerita Sissy.
“Serius lo dapat cokelat dari gebetan lo?” tanya Gita penasaran.
“Iya. Nih,” ucap Sissy sambil mengeluarkan kotak cokelat dari laci mejanya lalu ia letakkan di atas meja.
“Wah gila, cokelatnya banyak banget!!” pekik Gita.
Sissy tersenyum bangga, ia sudah yakin kalau Gita lah yang akan antusias kalau persoalan percintaan karena sahabatnya itu merupakan play girl yang pacarnya dimana-mana namun herannya tidak pernah kedapatan saat selingkuh.
“Gila aja gebetan lo, belum jadian udah ngasih hadiah valentine gini. Semalam sih Antoni nelepon gue katanya mau ngasih hadiah. Kak Varel juga katanya istirahat nanti mau ngasih cokelat. Septian ngajakin jalan sedangan Ricko, gue nggak tahu dia ada planning apa,” tutur Regita menceritakan para kekasihnya.
“Itu lo lagi ngabsenin pacar lo, Git?” tanya Nadila.
“Hehe ya gitu,” jawab Regita setengah bangga juga malu.
“Emang lo nggak takut ketahuan sama Kak Varel? Secara dia pacar lo satu sekolahan. Kalau Antoni itu teman sekolah gue sama Sissy dulu di SMP dan dia sekarang sekolah di SMK Nuansa Persada. Terus kata lo si Septian itu anak kuliahan dan Ricko katanya pacar LDR-an lo sejak lulus SMP,” ucap Rara menjabarkan. Ia hanya takut dan prihatin jika sahabatnya ini mengambil jalan yang keliru dan pada akhirnya akan mencelakai dirinya sendiri.
“Iya, lo nggak takut kepergok saat lo lagi kencan gitu?” timpal Sissy.
“Untungnya nggak pernah sih. Gue atur waktu dan gue usahain nggak datang ke tempat dimana mereka biasa nongkrong,” jawab Regita.
“Hebat juga cara lo,” ucap Nadila yang dianggap pujian oleh Regita namun berbanding terbalik dengan apa yang ada dipikiran Nadila.
“Hahaha, siapa dulu dong, Regita Cahyani. Kenapa La, lo juga mau belajar kayak gue? Tenang, pasti gue ajarin kok,” ucap Regita bangga.
“Gue ogah. Lo aja,” tolak Nadila dengan wajah masam.
Regita tertawa puas melihat wajah Nadila yang terlihat kesal. Sementara Rara hanya diam saja tak berniat menanggapi. Kalau Sissy, ia semangat empat lima buat mendengarkan cerita Regita setiap hari. Ia sangat suka mendengar cerita cinta sehingga Sissy tak pernah bosan jika Regita menceritakan kisah cintanya.
Bell tanda pelajaran pertama akan dimulai pun berbunyi. Sebelum memulai pelajaran, seluruh siswa-siswi diwajibkan berkumpul di lapangan upacara untuk mendengarkan apel pagi dari guru piket setelah lima menit lamanya barulah mereka kembali lagi ke kelas.
Berhubung hari ini adalah hari Sabtu, maka kelas sepuluh D mengawali pelajaran pertama mereka dengan pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
Rara merupakan pecinta tenis meja, setelah ia dan teman-temannya melakukan pemanasan maka ia pasti akan menuju ke ruang olah raga untuk bermain tenis meja bersama ketua kelasnya yaitu Fiko Afandi yang biasa disapa Fiko.
Nadila memilih bermain voly sedangkan Sissy dan Regina memilih bergosip.
“Sy, lo tuh udah temenan lama sama Rara. Emang Rara nggak punya gebetan? Secara dia 'kan juga cantik,” tanya Regita.
“Seperti yang gue bilang, kita udah sahabatan dari bocah. Emang tuh anak nggak punya pacar. Ayah sama Bunda nggak ngizinin. Usia kita juga masih belia banget,” jawab Sissy.
“Emang sih, usia kita masih muda banget. Tapi ya namanya juga anak muda. Lagi gencar-gencarnya mengenal cinta. Hidup serasa nggak berwarna aja gitu kalau nggak ada pasangan yang perhatian dan sayangin kita. Gue bahkan udah pacaran sejak SD. Walaupun itu masih cinta monyet, tapi namanya juga ngelibatin hati, pasti segala sesuatu yang ingin kita lakuin serasa berwarna,” cerita Regita.
Gue bahkan nggak yakin, Git. Apakah elo emang ngerasain yang namanya cinta atau lo hanya sekadar iseng doang. Karena kalau menurut gue, namanya cinta ya pasti hanya ke satu orang aja, nggak lebih.
Sissy hanya bisa melepaskan kata-katanya itu di dalam hati karena ia tidak ingin Regita kesal padanya dan menganggap dirinya sok bijak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
aminah nizam
parah banget si Gita...bisa banget ngatur waktunya
2023-05-14
0
Surny
masa remaja
2022-08-14
0