Mellisa merasa badannya terasa sakit, sesekali dia mengecek leher dan keningnya yang hangat.
"Ah aku hanya lelah mungkin, aku akan masak dulu baru istirahat."
Mellisa memaksakan diri untuk beberes dan memasak.
Setelah selesai Mellisa ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
"Kenapa lelah sekali ya."
Semakin lama Mellisa semakin merasa dingin. Dia mengambil selimut untuk menutup tubuhnya.
Mellisa hanya membolak-balikkan badannya, dia tidak bisa tidur.
Dari petang hingga larut malam terasa begitu lama bagi Mellisa apalagi kondisinya yang semakin lemas.
Mellisa ingin bangun namun kakinya gemetar.
"Ibu." Mellisa rindu ibunya, biasanya ada sang ibu yang mengurusnya ketika dia sakit.
***
Pukul 00.30
Davin membuka pintu apartemennya, lalu berjalan mendekati kamar Mellisa seperti biasa, tentunya dia ingin selalu memastikan istrinya dalam keadaan baik-baik saja.
Dibukanya pintu kamar dengan perlahan, agar Mellisa tak terbangun.
Davin melihat Mellisa menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tak seperti biasanya yang hanya sampai dada.
"Ibu," ucap Mellisa memanggil ibunya dengan suara parau.
"Ibu." Mellisa memanggil lagi.
"Mell," panggil Davin nampak panik.
Davin mendekati Mellisa dan membuka selimut yang menutup kepalanya.
"Panas," ucap Davin mengusap kening Mellisa.
Mellisa membuka matanya perlahan, dilihatnya sang suami di depan mata.
"Mas," panggil Mellisa lirih.
"Kamu demam." Davin nampak khawatir.
Mellisa hanya diam sambil memperhatikan wajah suaminya.
"Apa sudah makan dan minum obat?" tanya Davin penuh perhatian.
Mellisa menggeleng perlahan.
"Aku ambilkan makanan dulu," ucap Davin berlalu menuju dapur.
Di dapur ada nasi dan lauk, seperti biasa Mellisa tetap memasak walau saat ini sedang demam, apalagi tadi suaminya berpesan untuk memasak rendang.
Davin mengambil nasi dan beberapa lauk untuk dibawa ke kamar Mellisa.
"Kenapa masih memasak begitu banyak, harusnya kamu istirahat," marah Davin.
Mellisa lagi-lagi hanya diam.
"Ayo makan," suruh Davin menaruh piring berisi nasi dan lauk itu ke meja dekat tempat tidur Mellisa.
Mellisa merasa badannya lemah, dia berusaha bangun dari tempat tidur.
Davin membantu Mellisa bangun, lalu mengambil kembali piring berisi nasi dan lauk yang tadi dia taruh dan menyuapi Mellisa.
"Sudah, Mas," tolak Mellisa pada suapan ketiga Davin.
"Lagi, ayo biar tidak lemas."
"Tapi, perutku terasa penuh."
Davin memegang perut istrinya dan menepuknya pelan.
"Kamu agak kembung."
"Aku ingin istirahat."
"Istirahatlah tapi minum obat dulu." Davin mengambilkan obat yang dibawanya tadi bersama makanan.
Mellisa hanya diam melihat obat di tangannya.
"Kenapa?" tanya Davin.
"Aku tak bisa minum obat Mas, harus ditumbuk dulu," jawab Mellisa agak malu.
Davin terkekeh.
Ternyata istrinya tidak bisa minum obat.
Dia mengambil obat dari tangan Mellisa dan menumbuknya dengan sendok.
Setelah obat siap, Mellisa meminumnya sambil menatap Davin tanpa henti.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Davin tersenyum.
Davin memegang dagu istrinya.
Mellisa langsung menunduk dan pipinya memerah.
"Istirahatlah." Davin membantu Mellisa memposisikan tidurnya dan mencium kening Mellisa.
Mellisa tak sempat menolak, karena tubuhnya yang masih lemas.
"Kejadian tadi pagi, aku minta maaf."
Mellisa mengangguk.
"Panggil aku kalau butuh sesuatu," ucap Davin hendak meninggalkan kamar Mellisa.
"Mas," panggil Mellisa membuat suaminya itu menoleh.
'Temani aku,' batin Mellisa.
Mellisa malu untuk meminta, walaupun itu pada suaminya.
"Kenapa?" tanya Davin.
"Terimakasih."
"Sama-sama."
Davin lalu meninggalkan kamar Mellisa, karena dia sendiri juga akan istirahat.
'Dia sangat perhatian.'
'Perasaan apa ini?'
'Apa aku mulai menyukainya,' batin Mellisa.
***
Keesokan harinya.
Mellisa bercermin, memakai sedikit riasan di wajahnya.
"Mell," panggil Davin di depan pintu kamar Mellisa.
'Itu mas Davin,' batinnya.
"Ya, Mas," sahut Mellisa berjalan keluar kamar.
Davin melihat Mellisa nampak segar, dia tersenyum lega karena istrinya itu sudah sehat kembali.
Mellisa membalas senyuman suaminya.
"Aku akan masak," ucap Mellisa hendak berjalan ke arah dapur.
"Tak perlu, aku pesankan makanan saja, kamu jangan kerja dulu Mell, nanti kamu kelelahan."
"Tak apa-apa, Mas. Kata ibuku ini sudah menjadi tugasku melayani suami."
"Melayani suami? ibu mengatakan itu, lalu apa lagi kata ibu," ucap Davin menggoda.
'Aduh, aku bicara apa sih,' batin Mellisa.
Davin mendekati istrinya yang nampak malu-malu.
"Kamu tunggu di meja makan saja, Mas. Aku akan mulai masak," ucap Mellisa agak gugup.
Semenjak perhatian semalam dari sang suami, Mellisa mulai merasa nyaman bila di dekat suaminya.
Davin benar-benar menjaganya, tapi bagaimana sikapnya terhadap suaminya selama ini? Mellisa mulai merasa bersalah.
"Tadinya aku ingin bolos, tapi karena melihatmu sudah sehat kembali, aku akan berangkat ke kantor," ucap Davin disela sarapan mereka.
"Iya, Mas."
"Aku menyimpan uang di sini, pergilah keluar untuk berjalan-jalan atau belanja, sudah satu bulan kamu di sini tapi tidak pernah kemanapun. Kamu demam semalam bisa jadi kamu stres karena di rumah terus." Davin menyerahkan amplop berisi uang di atas meja.
"Terimakasih, Mas."
Davin melangkah maju mendekati istrinya.
Deg.
Mellisa merasa gugup tentunya, dia mundur perlahan.
"Sama-sama sayang," bisik Davin di telinga Mellisa.
Mellisa mendorong tubuh Davin agak keras.
"Sudah siang, Mas. Berangkat sana nanti terlambat," ucap Mellisa menyuruh Davin pergi karena dia merasa malu berhadapan terlalu lama dengan sang suami.
Davin mengusap kepala sang istri dan hendak mencium keningnya.
Namun lagi-lagi Mellisa mendorong suaminya.
"Baiklah kalau tidak mau, aku berangkat dulu, jangan terlalu lelah, istirahat saja tak perlu beres-beres rumah."
Davin berangkat dengan meninggalkan senyuman untuk Mellisa.
***
Mellisa memang bosan berada di rumah terus, namun dia bingung mau pergi kemana, sedangkan dia belum hafal tempat ini, nanti malah tersesat, pikirnya.
Mellisa kembali beristirahat, bersantai-santai dengan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan hanya berbaring di atas tempat tidur.
Seperti biasa, ibunya akan menelfon untuk menanyakan kabar dan seperti biasa juga Mellisa akan menjawab mereka baik-baik saja.
'Aku pikir memang baik-baik saja bu, suamiku sangat perhatian padaku setelah apa yang sudah terjadi diantara kami, bila terus seperti itu mungkin lama-lama aku bisa jatuh hati dengannya bu.'
Mellisa tersenyum sendiri mengingat perhatian dari suaminya ketika dirinya sakit.
Mellisa melihat-lihat gambar di galeri ponselnya.
Dilihatnya satu persatu foto di acara pernikahannya.
Sebelumnya Mellisa bahkan melihat Davin saja tak mau, kali ini dia malah keasyikan melihat foto suaminya yang nampak sumringah di hari pernikahan.
Berbeda dengan dirinya yang menahan rasa sukar dan senyum yang dipaksakan.
Kalau bukan karena riasan pengantin mungkin dia sudah sangat jelek, pikirnya.
"Kenapa aku baru menyadari kalau suamiku ini tampan," puji Mellisa masih memandang foto Davin dalam ponsel.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🅝ⓞⓝ🄰 𝓓𝓮𝓪
kasian melisa kok bisa sakit sih aduh"
2023-03-03
3
Dewi Payang
Perempuan kalau dilembutin akan melunak👍
2023-02-01
3
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
sudah mulai ada getar getar cinta di hati mu. Mellisa 🥰🥰🥰
2023-01-11
2