Bab 5 Sakit

Mellisa merasa badannya terasa sakit, sesekali dia mengecek leher dan keningnya yang hangat.

"Ah aku hanya lelah mungkin, aku akan masak dulu baru istirahat."

Mellisa memaksakan diri untuk beberes dan memasak.

Setelah selesai Mellisa ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Kenapa lelah sekali ya."

Semakin lama Mellisa semakin merasa dingin. Dia mengambil selimut untuk menutup tubuhnya.

Mellisa hanya membolak-balikkan badannya, dia tidak bisa tidur.

Dari petang hingga larut malam terasa begitu lama bagi Mellisa apalagi kondisinya yang semakin lemas.

Mellisa ingin bangun namun kakinya gemetar.

"Ibu." Mellisa rindu ibunya, biasanya ada sang ibu yang mengurusnya ketika dia sakit.

***

Pukul 00.30

Davin membuka pintu apartemennya, lalu berjalan mendekati kamar Mellisa seperti biasa, tentunya dia ingin selalu memastikan istrinya dalam keadaan baik-baik saja.

Dibukanya pintu kamar dengan perlahan, agar Mellisa tak terbangun.

Davin melihat Mellisa menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tak seperti biasanya yang hanya sampai dada.

"Ibu," ucap Mellisa memanggil ibunya dengan suara parau.

"Ibu." Mellisa memanggil lagi.

"Mell," panggil Davin nampak panik.

Davin mendekati Mellisa dan membuka selimut yang menutup kepalanya.

"Panas," ucap Davin mengusap kening Mellisa.

Mellisa membuka matanya perlahan, dilihatnya sang suami di depan mata.

"Mas," panggil Mellisa lirih.

"Kamu demam." Davin nampak khawatir.

Mellisa hanya diam sambil memperhatikan wajah suaminya.

"Apa sudah makan dan minum obat?" tanya Davin penuh perhatian.

Mellisa menggeleng perlahan.

"Aku ambilkan makanan dulu," ucap Davin berlalu menuju dapur.

Di dapur ada nasi dan lauk, seperti biasa Mellisa tetap memasak walau saat ini sedang demam, apalagi tadi suaminya berpesan untuk memasak rendang.

Davin mengambil nasi dan beberapa lauk untuk dibawa ke kamar Mellisa.

"Kenapa masih memasak begitu banyak, harusnya kamu istirahat," marah Davin.

Mellisa lagi-lagi hanya diam.

"Ayo makan," suruh Davin menaruh piring berisi nasi dan lauk itu ke meja dekat tempat tidur Mellisa.

Mellisa merasa badannya lemah, dia berusaha bangun dari tempat tidur.

Davin membantu Mellisa bangun, lalu mengambil kembali piring berisi nasi dan lauk yang tadi dia taruh dan menyuapi Mellisa.

"Sudah, Mas," tolak Mellisa pada suapan ketiga Davin.

"Lagi, ayo biar tidak lemas."

"Tapi, perutku terasa penuh."

Davin memegang perut istrinya dan menepuknya pelan.

"Kamu agak kembung."

"Aku ingin istirahat."

"Istirahatlah tapi minum obat dulu." Davin mengambilkan obat yang dibawanya tadi bersama makanan.

Mellisa hanya diam melihat obat di tangannya.

"Kenapa?" tanya Davin.

"Aku tak bisa minum obat Mas, harus ditumbuk dulu," jawab Mellisa agak malu.

Davin terkekeh.

Ternyata istrinya tidak bisa minum obat.

Dia mengambil obat dari tangan Mellisa dan menumbuknya dengan sendok.

Setelah obat siap, Mellisa meminumnya sambil menatap Davin tanpa henti.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Davin tersenyum.

Davin memegang dagu istrinya.

Mellisa langsung menunduk dan pipinya memerah.

"Istirahatlah." Davin membantu Mellisa memposisikan tidurnya dan mencium kening Mellisa.

Mellisa tak sempat menolak, karena tubuhnya yang masih lemas.

"Kejadian tadi pagi, aku minta maaf."

Mellisa mengangguk.

"Panggil aku kalau butuh sesuatu," ucap Davin hendak meninggalkan kamar Mellisa.

"Mas," panggil Mellisa membuat suaminya itu menoleh.

'Temani aku,' batin Mellisa.

Mellisa malu untuk meminta, walaupun itu pada suaminya.

"Kenapa?" tanya Davin.

"Terimakasih."

"Sama-sama."

Davin lalu meninggalkan kamar Mellisa, karena dia sendiri juga akan istirahat.

'Dia sangat perhatian.'

'Perasaan apa ini?'

'Apa aku mulai menyukainya,' batin Mellisa.

***

Keesokan harinya.

Mellisa bercermin, memakai sedikit riasan di wajahnya.

"Mell," panggil Davin di depan pintu kamar Mellisa.

'Itu mas Davin,' batinnya.

"Ya, Mas," sahut Mellisa berjalan keluar kamar.

Davin melihat Mellisa nampak segar, dia tersenyum lega karena istrinya itu sudah sehat kembali.

Mellisa membalas senyuman suaminya.

"Aku akan masak," ucap Mellisa hendak berjalan ke arah dapur.

"Tak perlu, aku pesankan makanan saja, kamu jangan kerja dulu Mell, nanti kamu kelelahan."

"Tak apa-apa, Mas. Kata ibuku ini sudah menjadi tugasku melayani suami."

"Melayani suami? ibu mengatakan itu, lalu apa lagi kata ibu," ucap Davin menggoda.

'Aduh, aku bicara apa sih,' batin Mellisa.

Davin mendekati istrinya yang nampak malu-malu.

"Kamu tunggu di meja makan saja, Mas. Aku akan mulai masak," ucap Mellisa agak gugup.

Semenjak perhatian semalam dari sang suami, Mellisa mulai merasa nyaman bila di dekat suaminya.

Davin benar-benar menjaganya, tapi bagaimana sikapnya terhadap suaminya selama ini? Mellisa mulai merasa bersalah.

"Tadinya aku ingin bolos, tapi karena melihatmu sudah sehat kembali, aku akan berangkat ke kantor," ucap Davin disela sarapan mereka.

"Iya, Mas."

"Aku menyimpan uang di sini, pergilah keluar untuk berjalan-jalan atau belanja, sudah satu bulan kamu di sini tapi tidak pernah kemanapun. Kamu demam semalam bisa jadi kamu stres karena di rumah terus." Davin menyerahkan amplop berisi uang di atas meja.

"Terimakasih, Mas."

Davin melangkah maju mendekati istrinya.

Deg.

Mellisa merasa gugup tentunya, dia mundur perlahan.

"Sama-sama sayang," bisik Davin di telinga Mellisa.

Mellisa mendorong tubuh Davin agak keras.

"Sudah siang, Mas. Berangkat sana nanti terlambat," ucap Mellisa menyuruh Davin pergi karena dia merasa malu berhadapan terlalu lama dengan sang suami.

Davin mengusap kepala sang istri dan hendak mencium keningnya.

Namun lagi-lagi Mellisa mendorong suaminya.

"Baiklah kalau tidak mau, aku berangkat dulu, jangan terlalu lelah, istirahat saja tak perlu beres-beres rumah."

Davin berangkat dengan meninggalkan senyuman untuk Mellisa.

***

Mellisa memang bosan berada di rumah terus, namun dia bingung mau pergi kemana, sedangkan dia belum hafal tempat ini, nanti malah tersesat, pikirnya.

Mellisa kembali beristirahat, bersantai-santai dengan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan hanya berbaring di atas tempat tidur.

Seperti biasa, ibunya akan menelfon untuk menanyakan kabar dan seperti biasa juga Mellisa akan menjawab mereka baik-baik saja.

'Aku pikir memang baik-baik saja bu, suamiku sangat perhatian padaku setelah apa yang sudah terjadi diantara kami, bila terus seperti itu mungkin lama-lama aku bisa jatuh hati dengannya bu.'

Mellisa tersenyum sendiri mengingat perhatian dari suaminya ketika dirinya sakit.

Mellisa melihat-lihat gambar di galeri ponselnya.

Dilihatnya satu persatu foto di acara pernikahannya.

Sebelumnya Mellisa bahkan melihat Davin saja tak mau, kali ini dia malah keasyikan melihat foto suaminya yang nampak sumringah di hari pernikahan.

Berbeda dengan dirinya yang menahan rasa sukar dan senyum yang dipaksakan.

Kalau bukan karena riasan pengantin mungkin dia sudah sangat jelek, pikirnya.

"Kenapa aku baru menyadari kalau suamiku ini tampan," puji Mellisa masih memandang foto Davin dalam ponsel.

***

Terpopuler

Comments

🅝ⓞⓝ🄰 𝓓𝓮𝓪

🅝ⓞⓝ🄰 𝓓𝓮𝓪

kasian melisa kok bisa sakit sih aduh"

2023-03-03

3

Dewi Payang

Dewi Payang

Perempuan kalau dilembutin akan melunak👍

2023-02-01

3

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

sudah mulai ada getar getar cinta di hati mu. Mellisa 🥰🥰🥰

2023-01-11

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perjodohan
2 Bab 2 Belum Siap
3 Bab 3 Ke Kota
4 Bab 4 Tidur Terpisah
5 Bab 5 Sakit
6 Bab 6 Sekamar
7 Bab 7 Nasihat Mama
8 Bab 8 Aku Mencintaimu
9 Bab 9 Gelisah
10 Bab 10 Salah Faham
11 Bab 11 Sakit part 2
12 Bab 12 Menggoda
13 Bab 13 Siap (Terlena)
14 Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15 Bab 15 Hamil
16 Bab 16 Melahirkan
17 Bab 17 Malam-malam Terindah
18 Bab 18 Nakal
19 Bab 19 Tamu
20 Bab 20 Ma'af
21 Bab 21 Syukuran
22 Bab 22 Dua Pilihan
23 Bab 23 Memilihmu
24 Bab 24 Tak Jodoh
25 Bab 25 Melamar
26 Bab 26 Terasa Lama
27 Bab 27 Pernikahan
28 Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29 Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30 Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31 Bab 31 Gagal
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Tidak Tega
34 Bab 34 Rumah Baru
35 Bab 35 Kedekatan
36 Bab 36 Liburan
37 Bab 37 Ayah Sakit
38 Bab 38 Satu Garis Lagi
39 Bab 39 Nona Sonya
40 Bab 40 Terungkap
41 Bab 41 Perubahan
42 Bab 42 Godaan
43 Bab 43 Anting Baru
44 Bab 44 Sabtu pun Lembur
45 Bab 45 Bertengkar
46 Bab 46 Undangan
47 Bab 47 Jodoh
48 Bab 48 Datang bulan
49 Bab 49 Pernikahan part Jeny
50 Bab 50 Sakit part Ibu
51 Bab 51 Dirumahkan
52 Bab 52 Terharu
53 Bab 53 Ke Kampung
54 Bab 54 Kembali ke Kota
55 Bab 55 Penantian (Hamil)
56 Bab 56 Pilih Kasih
57 Bab 57 Khawatir
58 Bab 58 Canggung
59 Bab 59 Bimbang
60 Bab 60 Takut
61 Bab 61 Peringatan
62 Bab 62 Rencana Kerja Sama
63 Bab 63 Persiapan Outbond
64 Bab 64 Outbond
65 Bab 65 Party
66 Bab 66 Pecah Seribu
67 Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68 Bab 68 Beban
69 Bab 69 Keren
70 Bab 70 Pinta Ibu
71 Bab 71 Resah
72 Bab 72 Menemani Ibu
73 Bab 73 Pergi Selamanya
74 Bab 74 Saling menyayangi
75 Bab 75 Keguguran
76 Bab 76 Senyum Kembali
77 Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 Perjodohan
2
Bab 2 Belum Siap
3
Bab 3 Ke Kota
4
Bab 4 Tidur Terpisah
5
Bab 5 Sakit
6
Bab 6 Sekamar
7
Bab 7 Nasihat Mama
8
Bab 8 Aku Mencintaimu
9
Bab 9 Gelisah
10
Bab 10 Salah Faham
11
Bab 11 Sakit part 2
12
Bab 12 Menggoda
13
Bab 13 Siap (Terlena)
14
Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15
Bab 15 Hamil
16
Bab 16 Melahirkan
17
Bab 17 Malam-malam Terindah
18
Bab 18 Nakal
19
Bab 19 Tamu
20
Bab 20 Ma'af
21
Bab 21 Syukuran
22
Bab 22 Dua Pilihan
23
Bab 23 Memilihmu
24
Bab 24 Tak Jodoh
25
Bab 25 Melamar
26
Bab 26 Terasa Lama
27
Bab 27 Pernikahan
28
Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29
Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30
Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31
Bab 31 Gagal
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Tidak Tega
34
Bab 34 Rumah Baru
35
Bab 35 Kedekatan
36
Bab 36 Liburan
37
Bab 37 Ayah Sakit
38
Bab 38 Satu Garis Lagi
39
Bab 39 Nona Sonya
40
Bab 40 Terungkap
41
Bab 41 Perubahan
42
Bab 42 Godaan
43
Bab 43 Anting Baru
44
Bab 44 Sabtu pun Lembur
45
Bab 45 Bertengkar
46
Bab 46 Undangan
47
Bab 47 Jodoh
48
Bab 48 Datang bulan
49
Bab 49 Pernikahan part Jeny
50
Bab 50 Sakit part Ibu
51
Bab 51 Dirumahkan
52
Bab 52 Terharu
53
Bab 53 Ke Kampung
54
Bab 54 Kembali ke Kota
55
Bab 55 Penantian (Hamil)
56
Bab 56 Pilih Kasih
57
Bab 57 Khawatir
58
Bab 58 Canggung
59
Bab 59 Bimbang
60
Bab 60 Takut
61
Bab 61 Peringatan
62
Bab 62 Rencana Kerja Sama
63
Bab 63 Persiapan Outbond
64
Bab 64 Outbond
65
Bab 65 Party
66
Bab 66 Pecah Seribu
67
Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68
Bab 68 Beban
69
Bab 69 Keren
70
Bab 70 Pinta Ibu
71
Bab 71 Resah
72
Bab 72 Menemani Ibu
73
Bab 73 Pergi Selamanya
74
Bab 74 Saling menyayangi
75
Bab 75 Keguguran
76
Bab 76 Senyum Kembali
77
Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!