Bab 3 Ke Kota

Keesokan harinya.

Mellisa bangun dari tidurnya, dilihatnya suaminya masih tertidur.

Mellisa membiarkan suaminya itu sampai terjaga sendiri.

Setelah selesai menyelesaikan sholat subuh, Mellisa bergegas menuju dapur.

Dilihatnya sang mama mertua tengah memasak.

"Ma," panggil Mellisa.

Mama menoleh, dia tersenyum menyambut menantunya datang.

"Sini sayang," suruh mama.

Mellisa mendekati mama.

"Aku bantu ya, Ma."

Mama mengangguk.

Mereka memasak bersama sambil sesekali mengobrol.

"Kamu tahu tidak, Mama sangat ingin punya anak perempuan."

"Oh." Mellisa tersenyum.

"Mama senang sekarang ada kamu sayang." Mama mengusap kepala Mellisa.

Keduanya nampak akrab, mama yang merangkul menantunya dengan lembut membuat Mellisa tidak merasa begitu canggung ketika ada di dekat sang mama mertua.

"Nah udah selesai aja, tak kerasa ya," ucap mama sambil membereskan dapur.

"Hm baunya harum, masakan Mama pasti enak," puji Mellisa.

Mellisa membantu mama mertuanya.

Dia begitu sibuk bolak-balik dari dapur ke meja makan menyiapkan sarapan hingga suaminya yang sudah menatapnya dari tadi tak dia sadari.

"Eh, Mas," ucap Mellisa kaget ketika suaminya mendekat.

"Istriku sedang apa?" tanya Davin memeluk Mellisa dari belakang.

Mama yang melihatnya hanya tersenyum.

Mellisa tak dapat menolak pastinya karena mama melihatnya.

"Ada mama, Mas," ucap Mellisa berusaha melepaskan tangan Davin.

Davin semakin mengeratkan pelukannya, membuat Mellisa kesal.

"Ayo kita sarapan dulu, Mas," ajak Mellisa berharap Davin melepas pelukan.

Akhirnya Davin melepas pelukannya. Dia menarik tangan Mellisa menuju meja makan.

Pada saat sarapan, Davin berbicara kepada kedua orang tuanya jika dirinya harus segera kembali ke kota.

Mellisa tersenyum senang, dia akan tinggal di rumah ibunya, pikirnya.

Tentu saja orang tua Davin kaget karena sepengetahuan mereka masa cuti Davin belum selesai.

"Kenapa buru-buru?" tanya mama.

"Perusahaan membutuhkanku," jawab Davin.

"Baiklah kalau memang kamu mau kembali ke kota." Papa ternyata cukup mengerti.

Mellisa tersenyum kembali, betapa senangnya setidaknya untuk sementara tidak bertemu suaminya dulu dalam beberapa waktu, pikirnya.

"Mellisa. Sebelum pergi sebaiknya sekarang kalian pergi ke rumah ibumu, kalian berpamitan dulu." Papa melihat Mellisa yang sedari tadi hanya terdiam saja.

Mellisa nampak kaget mendengar perkataan papa mertuanya.

"Kenapa?" tanya papa melihat kekagetan menantunya.

'Aku pikir aku tidak ikut,' batin Mellisa.

Mellisa memberanikan diri menjawab pertanyaan papa.

"Iya Pa, bukannya mas Davin nanti akan sibuk, nanti malah Mellisa kesepian, jarak dari sini ke kota kan sekitar dua jam saja, mas Davin bisa pulang seminggu sekali."

Papa mengerutkan keningnya.

"Bagaimana bisa seperti itu, kalian suami istri tapi akan tinggal berjauhan?" tanya papa dengan nada sedikit tinggi.

Mellisa nampak takut dan terdiam, Davin melihat istrinya yang agak aneh, pikirnya.

Kenapa Mellisa seperti tak mau ikut dengannya ke kota.

"Iya, Nak. Jangan seperti itu, kalian suami istri harus selalu bersama-sama, lagipula kamu harus mengurus suamimu, itu sudah kewajiban seorang istri," ucap mama yang sependapat dengan suaminya.

Mellisa hanya bisa terdiam dengan rasa bimbang jika sebenarnya dia tak mau tinggal bersama suaminya.

Davin menatap Mellisa.

"Ayo ikut aku ke kota Mellisa, kamu tenang saja, aku akan mengurangi kesibukanku di kantor dan akan menemanimu biar kamu tak kesepian." Davin merangkul istrinya, tentu saja Mellisa tak dapat menolaknya.

"Baik, Mas," jawab Mellisa patuh.

Sekejap perasaan Mellisa menjadi gundah, dalam hati resah tiada henti.

'Bagaimana ini, aku akan ikut suamiku tapi malah perasaanku tidak tenang,' batin Mellisa.

***

Walaupun jarak antara rumah mertuanya dan rumah ibunya tidak begitu jauh, namun Mellisa memilih untuk berpamitan kepada ibu melalui telfon saja.

"Kamu yakin tak mau berpamitan langsung dengan ibu?" tanya Davin.

Mellisa menggelengkan kepalanya.

Davin hendak menggenggam tangan istrinya, namun Mellisa menolak.

'Ada apa dengan Mellisa?' batin Davin.

Sudah setengah perjalanan dan keduanya terus diam membisu, tetap tak ada sepatah katapun yang keluar diantara suami istri itu.

Mellisa mengambil ponselnya di dalam tas, lalu dia menelfon untuk bicara dengan ibunya.

"Assalamu'alaikum," salam Talita setelah mengangkat telfon.

"Wa'alaikum salam, ibu dimana Dek? kakak ingin bicara dengan ibu."

"Sebentar kak, aku cari ibu dulu."

Talita mencari ibunya yang masih di sekitar rumah.

Mellisa menunggu sebentar.

Talita menyerahkan ponselnya pada ibu setelah mengutarakan bahwa kakaknya ingin bicara.

"Assalamu'alaikum Mell, ada apa?" tanya ibu.

"Wa'alaikum salam Bu, hari ini aku dan mas Davin berangkat ke kota Bu, ini sedang di perjalanan Bu, maaf aku pamitan hanya lewat telfon," terang Mellisa menoleh ke arah suaminya sekilas.

"Oh begitu, ya sudah kalian baik-baik di sana, dimana Davin? ibu ingin bicara."

Mellisa menyerahkan ponselnya pada suaminya.

"Kamu pegang saja, aktifkan loudspeakernya," pinta Davin karena dia sedang menyetir.

Mellisa menurut.

"Ibu," panggil Davin.

"Iya Davin, tolong Ibu titip Mellisa, jaga anak Ibu dengan baik, katakan pada Ibu jika Mellisa tak mau menurut."

"Siap Bu, aku janji akan menjaga istriku dengan baik."

Beberapa saat mereka mengakhiri telfonnya.

Mellisa kembali melihat ke luar jendela.

Davin pun kembali menyetir sambil melirik ke arah istrinya.

"Mell," panggil Davin.

Mellisa menoleh.

"Iya, Mas," sahutnya.

"Kamu tidak mau ikut ke kota atau tidak mau hidup bersamaku?"

Mellisa nampak kaget, Davin terlalu buru-buru menanyakan hal itu.

"Aku tahu dari semalam kamu terlihat agak lain tidak seperti perempuan yang gugup di malam pertama tapi lebih ke takut akan sesuatu, boleh tahu itu apa?"

Mellisa sebenarnya bingung mau menjawab apa, beberapa saat dia diam tak menjawab.

Davin hendak menggenggam tangan istrinya namun dia urungkan, pasti akan ditolaknya lagi.

"Aku minta maaf, Mas." Mellisa menunduk.

"Kenapa minta maaf?"

"Aku sudah berusaha untuk mencintaimu, tapi hatiku tak berdebar sama sekali saat di dekatmu, aku minta maaf."

Davin sudah menduganya, tentu saja dia sangat kecewa, padahal semenjak hari pernikahan mereka, Davin sudah memantapkan hatinya untuk mencintai istrinya seorang.

"Apa kamu mau kita tinggal terpisah saja?" tanya Davin membuat Mellisa kaget.

"Jangan, bagaimana kalau ibu dan mama papa tahu," tolak Mellisa.

"Apalah arti sebuah pernikahan jika tidak ada cinta."

"Aku bahkan tidak mengenalmu, bagaimana aku bisa mencintaimu?"

"Kamu tak mau mencobanya, lalu apa mau kamu?"

Mellisa tak menjawab, dia malah menoleh ke jendela mobil tak menghiraukan Davin.

Davin membuang nafas dengan kasar.

Pedih rasanya Davin menahan rasa sakit di hatinya, dia sama sekali tak menyangka kalau istrinya akan bicara jujur seperti itu, bukannya menjalani dulu dan belajar mencintai.

Disisa akhir perjalanan mereka, dihabiskan kembali dengan kesunyian, setelah disela dengan percakapan mereka yang justru membuat Davin penuh kekecewaan.

***

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Hehe saking sibuknya dia itu, makanya gak sadar kalau lagi di liatin oleh suaminya.

2023-03-04

4

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Acrika Gifasya

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Acrika Gifasya

Jika penuh kelembutan pasti rasa sanggung juga akan cepat hilang di ganti dengan rasa nyaman. 😊

2023-03-04

4

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Ahmar Mahruk

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Ahmar Mahruk

Mntu yng pka y dngn mrtuanya, mrtuanya jga tmpak rmah dngn mantu

2023-03-04

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perjodohan
2 Bab 2 Belum Siap
3 Bab 3 Ke Kota
4 Bab 4 Tidur Terpisah
5 Bab 5 Sakit
6 Bab 6 Sekamar
7 Bab 7 Nasihat Mama
8 Bab 8 Aku Mencintaimu
9 Bab 9 Gelisah
10 Bab 10 Salah Faham
11 Bab 11 Sakit part 2
12 Bab 12 Menggoda
13 Bab 13 Siap (Terlena)
14 Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15 Bab 15 Hamil
16 Bab 16 Melahirkan
17 Bab 17 Malam-malam Terindah
18 Bab 18 Nakal
19 Bab 19 Tamu
20 Bab 20 Ma'af
21 Bab 21 Syukuran
22 Bab 22 Dua Pilihan
23 Bab 23 Memilihmu
24 Bab 24 Tak Jodoh
25 Bab 25 Melamar
26 Bab 26 Terasa Lama
27 Bab 27 Pernikahan
28 Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29 Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30 Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31 Bab 31 Gagal
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Tidak Tega
34 Bab 34 Rumah Baru
35 Bab 35 Kedekatan
36 Bab 36 Liburan
37 Bab 37 Ayah Sakit
38 Bab 38 Satu Garis Lagi
39 Bab 39 Nona Sonya
40 Bab 40 Terungkap
41 Bab 41 Perubahan
42 Bab 42 Godaan
43 Bab 43 Anting Baru
44 Bab 44 Sabtu pun Lembur
45 Bab 45 Bertengkar
46 Bab 46 Undangan
47 Bab 47 Jodoh
48 Bab 48 Datang bulan
49 Bab 49 Pernikahan part Jeny
50 Bab 50 Sakit part Ibu
51 Bab 51 Dirumahkan
52 Bab 52 Terharu
53 Bab 53 Ke Kampung
54 Bab 54 Kembali ke Kota
55 Bab 55 Penantian (Hamil)
56 Bab 56 Pilih Kasih
57 Bab 57 Khawatir
58 Bab 58 Canggung
59 Bab 59 Bimbang
60 Bab 60 Takut
61 Bab 61 Peringatan
62 Bab 62 Rencana Kerja Sama
63 Bab 63 Persiapan Outbond
64 Bab 64 Outbond
65 Bab 65 Party
66 Bab 66 Pecah Seribu
67 Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68 Bab 68 Beban
69 Bab 69 Keren
70 Bab 70 Pinta Ibu
71 Bab 71 Resah
72 Bab 72 Menemani Ibu
73 Bab 73 Pergi Selamanya
74 Bab 74 Saling menyayangi
75 Bab 75 Keguguran
76 Bab 76 Senyum Kembali
77 Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 Perjodohan
2
Bab 2 Belum Siap
3
Bab 3 Ke Kota
4
Bab 4 Tidur Terpisah
5
Bab 5 Sakit
6
Bab 6 Sekamar
7
Bab 7 Nasihat Mama
8
Bab 8 Aku Mencintaimu
9
Bab 9 Gelisah
10
Bab 10 Salah Faham
11
Bab 11 Sakit part 2
12
Bab 12 Menggoda
13
Bab 13 Siap (Terlena)
14
Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15
Bab 15 Hamil
16
Bab 16 Melahirkan
17
Bab 17 Malam-malam Terindah
18
Bab 18 Nakal
19
Bab 19 Tamu
20
Bab 20 Ma'af
21
Bab 21 Syukuran
22
Bab 22 Dua Pilihan
23
Bab 23 Memilihmu
24
Bab 24 Tak Jodoh
25
Bab 25 Melamar
26
Bab 26 Terasa Lama
27
Bab 27 Pernikahan
28
Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29
Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30
Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31
Bab 31 Gagal
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Tidak Tega
34
Bab 34 Rumah Baru
35
Bab 35 Kedekatan
36
Bab 36 Liburan
37
Bab 37 Ayah Sakit
38
Bab 38 Satu Garis Lagi
39
Bab 39 Nona Sonya
40
Bab 40 Terungkap
41
Bab 41 Perubahan
42
Bab 42 Godaan
43
Bab 43 Anting Baru
44
Bab 44 Sabtu pun Lembur
45
Bab 45 Bertengkar
46
Bab 46 Undangan
47
Bab 47 Jodoh
48
Bab 48 Datang bulan
49
Bab 49 Pernikahan part Jeny
50
Bab 50 Sakit part Ibu
51
Bab 51 Dirumahkan
52
Bab 52 Terharu
53
Bab 53 Ke Kampung
54
Bab 54 Kembali ke Kota
55
Bab 55 Penantian (Hamil)
56
Bab 56 Pilih Kasih
57
Bab 57 Khawatir
58
Bab 58 Canggung
59
Bab 59 Bimbang
60
Bab 60 Takut
61
Bab 61 Peringatan
62
Bab 62 Rencana Kerja Sama
63
Bab 63 Persiapan Outbond
64
Bab 64 Outbond
65
Bab 65 Party
66
Bab 66 Pecah Seribu
67
Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68
Bab 68 Beban
69
Bab 69 Keren
70
Bab 70 Pinta Ibu
71
Bab 71 Resah
72
Bab 72 Menemani Ibu
73
Bab 73 Pergi Selamanya
74
Bab 74 Saling menyayangi
75
Bab 75 Keguguran
76
Bab 76 Senyum Kembali
77
Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!