Bab 4 Tidur Terpisah

Sesampainya di kota.

Davin langsung melajukan mobilnya menuju ke apartemennya.

Davin turun dari mobil diiringi istrinya masuk ke dalam rumah.

"Aku akan istirahat," ucap Davin ketika baru saja mereka sampai di apartemennya.

Mellisa hanya diam.

"Kamarku ada di sebelah sana." Davin menunjuk ke sebuah ruangan yang tak jauh dari sana.

"Dimana kamar tamu, Mas?" tanya Mellisa.

'Sudah kuduga,' batin Davin.

"Ayo masuk, aku ingin tidur," ajak Davin menarik tangan Mellisa.

"Mas, aku ingin istirahat di kamar tamu saja," ucap Mellisa berusaha melepaskan diri dari genggaman Davin.

"Di sana!" ucap Davin menghempaskan tangan Mellisa agak kasar.

Mellisa berlalu ke kamar tamu yang Davin tunjuk.

Tak lama setelah Mellisa masuk ke dalam kamar, dia mendengar gebrakan pintu, sepertinya itu Davin yang melakukannya.

Davin benar-benar tak habis fikir dengan istrinya itu.

Dia melihat langit-langit sambil rebahan di tempat tidur.

Ponselnya berbunyi, ternyata ada pesan WA masuk dari mamanya.

"Apa kalian sudah sampai?" tanya mama.

"Baru saja sampai, Ma," balas Davin.

"Alhamdulillah Mama lega, kalian baik-baik di sana ya."

"Iya, Ma."

Davin menaruh ponselnya kembali, dia memikirkan sang mama yang begitu berharap.

Davin tertawa kecil, siapa yang tahu bakal seperti ini.

Sementara di dalam kamar Mellisa. Ibunya tentu saja menunggu kabarnya.

Mellisa lalu mengambil ponsel dan mengirim pesan ke ibunya bahwa dia dan suaminya telah sampai.

***

Hari demi hari berlalu, mereka masih tidur sendiri-sendiri.

Sudah seminggu lamanya mereka di sini, Mellisa menghabiskan banyak waktunya di kamar, hanya sesekali keluar untuk memasak dan makan, membersihkan rumah dan mencuci baju.

Kemana Davin suaminya?

Entahlah, Mellisa sendiri tak begitu peduli, dia hanya mendengar beberapa kali larut malam sekali suaminya pulang dan besoknya pagi-pagi sekali dia sudah pergi lagi.

"Kenapa begini ya? aku benar-benar merasa kesepian," ucap Mellisa pada dirinya sendiri.

"Aku ingin pulang ke rumah ibu," ucapnya lagi sambil rebahan di tempat tidur.

Begitulah Mellisa kesepian dan bosan, tak ada bedanya siang dan malam buat dia.

Namun begitu Mellisa tak pernah menyadari jika Davin selalu datang ke kamarnya setiap malam hanya sekedar melihat keadaan istrinya itu baik-baik saja atau tidak.

"Pernikahan seperti apa ini?" tanya Davin pada dirinya sendiri.

"Aku akan biarkan dulu bagaimana sikap Mellisa ke depannya."

***

Pagi ini seperti biasa Davin berangkat ke kantor, dia berangkat agak siang karena bangunnya memang kesiangan.

Meja makan sudah siap dengan hidangan seperti biasa Mellisa siapkan.

Davin duduk termenung melihat makanan di depannya.

"Istriku menyiapkan makanan, tapi tak mendampingiku saat aku makan," gumamnya masih melihat isi meja.

"Mell," panggil Davin.

"Mellisa," panggil Davin lagi agak keras.

Mellisa yang di dalam kamar tak menyahut.

"Aku tahu kamu mendengarnya, cepat Keluar! atau aku dobrak pintunya," ancam Davin membuat Mellisa langsung keluar dari kamar menuju meja makan dimana suaminya menunggu.

Mellisa nampak takut.

"Kamu takut."

Mellisa menggelengkan kepala dan menunduk.

Davin membuang nafas kasar.

"Kemari," suruh Davin.

Mellisa mendekat, dia masih menunduk dan seluruh tubuhnya gemetar.

"Aku tidak akan menerkammu, kenapa gemetar begitu?" tanya Davin dengan nada agak tinggi.

Davin hendak memegang tangan Mellisa, istrinya itu langsung menolak dan kembali masuk ke dalam kamar.

Davin mengejarnya namun tidak keburu, karena Mellisa langsung menutup pintu dan menguncinya.

"Oh." Davin kesal.

"Aku akan berangkat ke kantor, nanti malam tolong masak rendang, aku ingin makan itu," pamit Davin meninggalkan Mellisa.

Di dalam kamar, Mellisa mulai merasa takut, baru kali ini dia melihat Davin yang begitu marah.

Bagaimanapun juga Davin adalah laki-laki, ini adalah rumahnya, dia adalah suaminya, dia adalah imam rumah tangganya.

Mellisa merasa bersalah, padahal bisa saja kan Davin melakukan sesuatu yang lebih.

Mengembalikan Mellisa ke ibunya, misalnya.

Mellisa kembali takut, dia sudah membayangkan hal itu. Pasti ibunya sangat kecewa dan sedih.

***

Davin mengerjakan tugasnya dengan gundah, sesekali dia bergumam sendiri.

"Sebenarnya dia tidak mencintaiku atau takut padaku."

"Davin," panggil Jeny masuk ke ruangan Davin tanpa mengetuk pintu.

"Kebiasaan, tak pernah ketuk pintu, tak pernah salam," sahut Davin tanpa melihat Jeny yang kini ada di depannya.

"Oh maaf, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Davin masih belum menutup laptopnya.

"Bagaimana keadaan istrimu di rumah?" tanya Jeny, salah satu teman Davin di kantor.

"Kenapa tiba-tiba menanyakannya?" tanya Davin balik sambil menyeruput kopi.

Jeny tersenyum.

"Tidak apa-apa, kamu pasti sudah bahagia ya bersama istrimu."

"Tentu saja," bohong Davin tetap melanjutkan minumnya.

"Aku sangat iri dengan istrimu, andai saja aku yang ada di posisinya."

Davin mengerutkan alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Memangnya kamu belum mengerti," ucap Jeny kesal.

Davin, karyawan terbaik di perusahaan yang terkenal tampan dan ramah, semua orang menyukainya.

Tak jarang diam-diam banyak rekan kerja yang menyukai dan mengidolakannya, termasuk Jeny.

Namun siapa yang berani mengutarakannya apalagi mereka kini sudah mengetahui bahwa sekarang idola mereka baru saja melangsungkan pernikahan.

"Bagaimana kalau nanti siang kita makan siang bersama di kantin?" tanya Jeny mengajak Davin.

"Maaf, aku sudah pesan makanan, pekerjaanku menumpuk, aku mau makan di sini," tolak Davin.

Jeny semakin kesal, dia merasakan perubahan Davin semenjak Davin menikah.

Sebelumnya Jeny selalu bersama Davin dalam kerja tim maupun waktu senggang, walaupun bukan hanya mereka berdua, ada juga teman kerja yang lain.

"Dia benar-benar menjaga pandangannya, betapa beruntungnya istri Davin," ucap Jeny setelah berlalu dari ruangan Davin.

Jeny kembali ke ruangannya dengan kesal, ternyata di ruangannya sudah ada Vina, temannya yang sudah menunggunya.

"Dari mana?" tanya Vina.

"Dari ruangan Davin," jawab Jeny.

Vina melihat wajah temannya itu cemberut.

"Apa kalian bertengkar?" tanya Vina lagi.

Jeny menggeleng.

"Ini berkas tim kita yang harus kita selesaikan sekarang," ucap Vina menunjuk tumpukan kertas di meja.

Jeny mengangguk.

Baru terasa sekarang, Jeny menyesal. Kenapa tidak dari dulu saja dia mengutarakan perasaannya.

Ah lagi pula bukannya dia perempuan mana mungkin maju lebih dulu, kalau Davin menyukainya pasti Davin sudah mengutarakannya bukan?

"Kamu kenapa Jen?" tanya Vina lagi karena melihat temannya itu tidak fokus mengerjakan tugasnya.

Jeny menatap Vina.

"Bagaimana caranya melupakan Davin?"

Vina mengerutkan alisnya.

"Kamu menyukainya?"

Jeny mengangguk.

Vina hanya tertawa.

"Kenapa menertawaiku?" Jeny tambah kesal.

"Sejak kapan? kamu kan tahu Davin baru saja menikah."

"Aku tahu, makanya aku ingin melupakannya."

"Cari pacar sana," ucap Vina melanjutkan kerjaannya.

Jeny berfikir, mungkin benar juga kata Vina.

Dia lalu melanjutkan pekerjaannya karena hasilnya sudah ditunggu atasannya.

***

Terpopuler

Comments

🅝ⓞⓝ🄰 𝓓𝓮𝓪

🅝ⓞⓝ🄰 𝓓𝓮𝓪

istirahat sana lagian melisa diem aja

2023-03-03

3

Dewi Payang

Dewi Payang

Nah bagus, aku suka ada saingan Melissa😁👍

2023-02-01

3

Dewi Payang

Dewi Payang

Aneh memang si Melisa

2023-02-01

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perjodohan
2 Bab 2 Belum Siap
3 Bab 3 Ke Kota
4 Bab 4 Tidur Terpisah
5 Bab 5 Sakit
6 Bab 6 Sekamar
7 Bab 7 Nasihat Mama
8 Bab 8 Aku Mencintaimu
9 Bab 9 Gelisah
10 Bab 10 Salah Faham
11 Bab 11 Sakit part 2
12 Bab 12 Menggoda
13 Bab 13 Siap (Terlena)
14 Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15 Bab 15 Hamil
16 Bab 16 Melahirkan
17 Bab 17 Malam-malam Terindah
18 Bab 18 Nakal
19 Bab 19 Tamu
20 Bab 20 Ma'af
21 Bab 21 Syukuran
22 Bab 22 Dua Pilihan
23 Bab 23 Memilihmu
24 Bab 24 Tak Jodoh
25 Bab 25 Melamar
26 Bab 26 Terasa Lama
27 Bab 27 Pernikahan
28 Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29 Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30 Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31 Bab 31 Gagal
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Tidak Tega
34 Bab 34 Rumah Baru
35 Bab 35 Kedekatan
36 Bab 36 Liburan
37 Bab 37 Ayah Sakit
38 Bab 38 Satu Garis Lagi
39 Bab 39 Nona Sonya
40 Bab 40 Terungkap
41 Bab 41 Perubahan
42 Bab 42 Godaan
43 Bab 43 Anting Baru
44 Bab 44 Sabtu pun Lembur
45 Bab 45 Bertengkar
46 Bab 46 Undangan
47 Bab 47 Jodoh
48 Bab 48 Datang bulan
49 Bab 49 Pernikahan part Jeny
50 Bab 50 Sakit part Ibu
51 Bab 51 Dirumahkan
52 Bab 52 Terharu
53 Bab 53 Ke Kampung
54 Bab 54 Kembali ke Kota
55 Bab 55 Penantian (Hamil)
56 Bab 56 Pilih Kasih
57 Bab 57 Khawatir
58 Bab 58 Canggung
59 Bab 59 Bimbang
60 Bab 60 Takut
61 Bab 61 Peringatan
62 Bab 62 Rencana Kerja Sama
63 Bab 63 Persiapan Outbond
64 Bab 64 Outbond
65 Bab 65 Party
66 Bab 66 Pecah Seribu
67 Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68 Bab 68 Beban
69 Bab 69 Keren
70 Bab 70 Pinta Ibu
71 Bab 71 Resah
72 Bab 72 Menemani Ibu
73 Bab 73 Pergi Selamanya
74 Bab 74 Saling menyayangi
75 Bab 75 Keguguran
76 Bab 76 Senyum Kembali
77 Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 Perjodohan
2
Bab 2 Belum Siap
3
Bab 3 Ke Kota
4
Bab 4 Tidur Terpisah
5
Bab 5 Sakit
6
Bab 6 Sekamar
7
Bab 7 Nasihat Mama
8
Bab 8 Aku Mencintaimu
9
Bab 9 Gelisah
10
Bab 10 Salah Faham
11
Bab 11 Sakit part 2
12
Bab 12 Menggoda
13
Bab 13 Siap (Terlena)
14
Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15
Bab 15 Hamil
16
Bab 16 Melahirkan
17
Bab 17 Malam-malam Terindah
18
Bab 18 Nakal
19
Bab 19 Tamu
20
Bab 20 Ma'af
21
Bab 21 Syukuran
22
Bab 22 Dua Pilihan
23
Bab 23 Memilihmu
24
Bab 24 Tak Jodoh
25
Bab 25 Melamar
26
Bab 26 Terasa Lama
27
Bab 27 Pernikahan
28
Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29
Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30
Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31
Bab 31 Gagal
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Tidak Tega
34
Bab 34 Rumah Baru
35
Bab 35 Kedekatan
36
Bab 36 Liburan
37
Bab 37 Ayah Sakit
38
Bab 38 Satu Garis Lagi
39
Bab 39 Nona Sonya
40
Bab 40 Terungkap
41
Bab 41 Perubahan
42
Bab 42 Godaan
43
Bab 43 Anting Baru
44
Bab 44 Sabtu pun Lembur
45
Bab 45 Bertengkar
46
Bab 46 Undangan
47
Bab 47 Jodoh
48
Bab 48 Datang bulan
49
Bab 49 Pernikahan part Jeny
50
Bab 50 Sakit part Ibu
51
Bab 51 Dirumahkan
52
Bab 52 Terharu
53
Bab 53 Ke Kampung
54
Bab 54 Kembali ke Kota
55
Bab 55 Penantian (Hamil)
56
Bab 56 Pilih Kasih
57
Bab 57 Khawatir
58
Bab 58 Canggung
59
Bab 59 Bimbang
60
Bab 60 Takut
61
Bab 61 Peringatan
62
Bab 62 Rencana Kerja Sama
63
Bab 63 Persiapan Outbond
64
Bab 64 Outbond
65
Bab 65 Party
66
Bab 66 Pecah Seribu
67
Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68
Bab 68 Beban
69
Bab 69 Keren
70
Bab 70 Pinta Ibu
71
Bab 71 Resah
72
Bab 72 Menemani Ibu
73
Bab 73 Pergi Selamanya
74
Bab 74 Saling menyayangi
75
Bab 75 Keguguran
76
Bab 76 Senyum Kembali
77
Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!