Bab 2 Belum Siap

Davin merenung di balkon, sibuk dengan pikirannya, sebentar lagi dia akan berumah tangga.

"Assalamu'alaikum," salam mama.

Davin membalikkan badan, dia kaget mendapati mamanya ada di belakangnya.

"Mama."

"Tidak menjawab salam Mama." Mama menghampiri putranya.

"Iya wa'alaikum salam."

"Mama tahu apa yang kamu pikirkan."

Davin membalikkan badannya kembali.

"Memangnya apa yang aku pikirkan, Ma."

"Mellisa anak yang baik, belajarlah mencintainya, pilihan kami pasti yang terbaik untukmu." Mama mendekati Davin.

Davin menoleh mamanya dan memeluk sang mama.

"Mama ingin melihatmu bahagia." Mama membalas pelukan putranya.

"Iya, Ma. Aku tidak akan mengecewakan Mama dan Papa."

***

"Calon suamimu adalah seorang pengusaha, setelah menikah kamu akan ikut dengannya ke kota, ingat jadilah istri yang baik, menurut apa kata suamimu nanti." Ibu memegang tangan putrinya.

'Akan aku usahakan Bu, tapi tak janji,' batin Mellisa.

Mellisa mengangguk dan memeluk ibunya.

"Aku akan sering mengunjungi Ibu nanti."

Ibu melepaskan pelukannya.

"Tidak Mell, suamimu seorang pengusaha, dia pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya, jangan memintanya untuk sering-sering datang ke sini, jangat merepotkannya. Berkunjung saja jika dia yang mengajaknya."

Mellisa terdiam.

"Setelah menikah prioritas utama seorang wanita adalah suami, taat dan patuhlah pada suamimu selagi itu tidak menentang ajaran agama, ingat itu baik-baik ya Mell. Anak ibu yang satu ini pasti tidak akan mengecewakan Ibu dan Bapak."

Mellisa mengangguk.

Ibu tersenyum kemudian mengelus kepala Mellisa.

"Besok hari pernikahanmu, Ibu yakin jika kamu sudah siap."

***

Mellisa digandeng oleh sang mertua menuju ke sebuah kamar.

"Ini kamar suamimu," ucap sang mertua dengan sumringah.

Mellisa melihat pintu di depannya.

Mertuanya lalu membuka pintu kamar dan mempersilahkan Mellisa untuk masuk.

"Masuklah, kamar mandinya ada di sebelah sana. Ganti bajumu dan beristirahatlah."

Mellisa mengangguk. Dia melihat sekeliling kamar.

"Dengar, jangan sungkan-sungkan, ini rumahmu sekarang." Mama mertua berjalan mendekati Mellisa.

"Mama sangat ingin mempunyai anak perempuan, dan kini sudah terwujud. Kamu putri Mama sekarang, mulai sekarang panggil Mama, anggap Mama seperti ibumu sendiri." Mama memegang tangan Mellisa kemudian memeluknya, senantiasa disertai dengan senyumannya yang hangat.

"Iya, Ma, terimakasih."

Mama melepas pelukannya.

"Baiklah Mama tinggal dulu, mandilah dan istirahat sana, oh iya Davin mungkin masih mengobrol dibawah karena banyak saudara-saudaranya yang datang," ucap mama sambil berjalan meninggalkan kamar.

Mellisa mengangguk.

Sepeninggal mama mertuanya, Mellisa kembali melihat sekeliling, mengamati seisi kamar yang terlihat sangat rapi dan bersih juga mewah tak seperti kamarnya yang jauh dari kata mewah.

Matanya kemudian terhenti pada sebuah foto yang terletak di atas nakas di samping tempat tidur.

Mellisa berjalan mendekatinya.

Bukankah seharusnya Mellisa merasa beruntung bersuamikan seorang Davin yang kaya dan mapan dan tampan tentunya.

Tapi Mellisa bahkan tak memikirkan hal itu.

Mellisa mengambil bingkai foto dan mengamati wajah dalam foto itu dengan seksama, karena baru kali ini dia bisa melihat wajah suaminya dengan jelas, walaupun sudah dijodohkan sejak kecil.

Selama pernikahan tadi siang, Mellisa tak menatap atau bahkan melihat wajah suaminya, walaupun mereka disandingkan di atas pelaminan dan saling berdekatan, namun Mellisa tak mau walau hanya sekedar menatap sebentar.

Setelah acara yang diselenggarakan secara sederhana itu selesai, Mellisa langsung diboyong keluarga suaminya untuk langsung ikut ke rumah mereka, tentu saja dengan diiringi isak tangis terutama Inayah, sang ibu yang terlihat sangat bersedih, Mellisa pergi meninggalkan rumah tempat dia dibesarkan.

***

Mellisa berjalan keluar dari kamar mandi menuju tempat tidur dengan perlahan, perasaannya campur aduk tak karuan, bagaimana menjalani rumah tangga yang dia sendiri bahkan tidak mencintai sang suami.

Sudah pasti karena ini malam pertama pernikahan baginya dan sang suami, dia tahu betul jika kini saatnya dia harus melayani sang suami, siap tidak siap, mau tidak mau dia harus melakukannya karena itu kewajibannya sebagai seorang istri.

Mellisa melangkahkan kakinya mendekati pintu balkon yang sedikit terbuka, walaupun sudah semakin dekat, suaminya tetap tak menyadari kehadirannya karena masih sibuk dengan telefonnya.

Mellisa menghentikan langkahnya dan kembali ke tempat tidurnya. Bagaimana jika suaminya menginginkannya malam ini? bagaimana Mellisa menghadapinya sedangkan dia sama sekali tak mencintai sang suami.

"Ibu...." Mellisa memegang dadanya yang berdebar.

"Maafkan aku Bu, aku belum siap."

***

Davin menyudahi pembicaraannya di telefon, dia lalu membalikkan tubuhnya, sedikit mendongakkan kepala ke dalam kamar untuk mencari Mellisa yang tidak nampak olehnya, dia lalu melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup.

Davin memang penasaran, dia belum melihat dengan seksama bagaimana wajah sang istri.

Demi baktinya pada kedua orang tuanya, dia bersedia menikahi wanita yang belum dia kenal sebelumnya, dia berjanji akan mencintai sepenuh hati dan tidak mengecewakan kedua orang tuanya.

Davin merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil bermain ponsel.

Ceklek.

Davin mendengar pintu kamar mandi terbuka, namun dia masih belum menoleh.

Mellisa berjalan ke meja rias di sebelah tempat tidur.

Davin meletakkan ponselnya dan mendekati Mellisa.

"A...! Ibu!" teriak Mellisa, dia kaget Davin tiba-tiba melingkarkan tangannya ke pinggang Mellisa dari belakang.

"Kenapa? ada apa?" tanya Davin melepaskan tangannya.

"Aku hanya kaget," jawab Mellisa gugup.

"Oh, apa kamu gugup sayang?"

Davin membalikkan badan Mellisa, kini wajah mereka saling berhadapan.

Davin mencium kening Mellisa pelan, Mellisa memejamkan matanya lalu membuka matanya kembali dan mendorong tubuh Davin hingga terjatuh.

'Hampir saja aku terlena,' batin Mellisa.

"Kenapa lagi?" tanya Davin masih duduk di bawah.

"Maaf, aku belum terbiasa," jawab Mellisa lalu duduk di tempat tidur.

Davin bangun lalu mendekati Mellisa lagi.

"Tak apa-apa, apakah sekarang sudah siap?" tanya davin sambil mengelus pipi istrinya.

Mellisa semakin bingung, bagaimana ini aduh rasa hati tak karuan bukan karena menantikan malam pertama namun memikirkan cara menolak hak suaminya.

"Apa kita harus melakukannya?" tanya Mellisa balik lalu menunduk.

Davin nampak terkejut, kenapa istrinya bertanya seperti itu, namun dia tak mau bertanya kenapa alasannya, mungkin Mellisa lelah, pikirnya.

"Baiklah ayo kita tidur, aku tak akan memaksamu kalau kamu belum siap."

Davin mengusap kepala Mellisa dan mencium keningnya perlahan.

"Mas, bisa tidak jangan terlalu dekat begini," pinta Mellisa.

Davin melonggarkan jarak mereka, mereka kini agak kejauhan.

Sebenarnya Davin kecewa, namun dia juga tak mau jika malam pertama mereka ada keterpaksaan dari sang istri.

"Ayo tidur, besok kita akan bersiap," ucap Davin lalu memejamkan matanya.

Davin membalikkan tubuhnya, Mellisa melihatnya terkejut.

Apa mungkin suaminya tahu tentang perasaannya, lah mana mungkin, pikirnya.

'Aku kira dia akan memakanku dengan beringas, ternyata dia cukup menghormatiku,' batin Mellisa.

***

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Iya, orang tua mana yang tidak ingin melihat anak - anak mereka bahagia dengan pasangan pilihannya.

2023-03-04

4

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Acrika Gifasya

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Acrika Gifasya

Ia memang akan berusaha mencintai, tapi belum tentu dengan lawannya. Namun, ingatlah usaha tak akan pernah menyia - nyiakan hasil.

2023-03-04

4

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Ahmar Mahruk

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Ahmar Mahruk

Kn jdi mlu sndiri jka bgitu, di tgur lngsung sma mama

2023-03-04

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perjodohan
2 Bab 2 Belum Siap
3 Bab 3 Ke Kota
4 Bab 4 Tidur Terpisah
5 Bab 5 Sakit
6 Bab 6 Sekamar
7 Bab 7 Nasihat Mama
8 Bab 8 Aku Mencintaimu
9 Bab 9 Gelisah
10 Bab 10 Salah Faham
11 Bab 11 Sakit part 2
12 Bab 12 Menggoda
13 Bab 13 Siap (Terlena)
14 Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15 Bab 15 Hamil
16 Bab 16 Melahirkan
17 Bab 17 Malam-malam Terindah
18 Bab 18 Nakal
19 Bab 19 Tamu
20 Bab 20 Ma'af
21 Bab 21 Syukuran
22 Bab 22 Dua Pilihan
23 Bab 23 Memilihmu
24 Bab 24 Tak Jodoh
25 Bab 25 Melamar
26 Bab 26 Terasa Lama
27 Bab 27 Pernikahan
28 Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29 Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30 Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31 Bab 31 Gagal
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Tidak Tega
34 Bab 34 Rumah Baru
35 Bab 35 Kedekatan
36 Bab 36 Liburan
37 Bab 37 Ayah Sakit
38 Bab 38 Satu Garis Lagi
39 Bab 39 Nona Sonya
40 Bab 40 Terungkap
41 Bab 41 Perubahan
42 Bab 42 Godaan
43 Bab 43 Anting Baru
44 Bab 44 Sabtu pun Lembur
45 Bab 45 Bertengkar
46 Bab 46 Undangan
47 Bab 47 Jodoh
48 Bab 48 Datang bulan
49 Bab 49 Pernikahan part Jeny
50 Bab 50 Sakit part Ibu
51 Bab 51 Dirumahkan
52 Bab 52 Terharu
53 Bab 53 Ke Kampung
54 Bab 54 Kembali ke Kota
55 Bab 55 Penantian (Hamil)
56 Bab 56 Pilih Kasih
57 Bab 57 Khawatir
58 Bab 58 Canggung
59 Bab 59 Bimbang
60 Bab 60 Takut
61 Bab 61 Peringatan
62 Bab 62 Rencana Kerja Sama
63 Bab 63 Persiapan Outbond
64 Bab 64 Outbond
65 Bab 65 Party
66 Bab 66 Pecah Seribu
67 Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68 Bab 68 Beban
69 Bab 69 Keren
70 Bab 70 Pinta Ibu
71 Bab 71 Resah
72 Bab 72 Menemani Ibu
73 Bab 73 Pergi Selamanya
74 Bab 74 Saling menyayangi
75 Bab 75 Keguguran
76 Bab 76 Senyum Kembali
77 Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 Perjodohan
2
Bab 2 Belum Siap
3
Bab 3 Ke Kota
4
Bab 4 Tidur Terpisah
5
Bab 5 Sakit
6
Bab 6 Sekamar
7
Bab 7 Nasihat Mama
8
Bab 8 Aku Mencintaimu
9
Bab 9 Gelisah
10
Bab 10 Salah Faham
11
Bab 11 Sakit part 2
12
Bab 12 Menggoda
13
Bab 13 Siap (Terlena)
14
Bab 14 Hanya Aku di Hatimu ( Kamu di Hatiku)
15
Bab 15 Hamil
16
Bab 16 Melahirkan
17
Bab 17 Malam-malam Terindah
18
Bab 18 Nakal
19
Bab 19 Tamu
20
Bab 20 Ma'af
21
Bab 21 Syukuran
22
Bab 22 Dua Pilihan
23
Bab 23 Memilihmu
24
Bab 24 Tak Jodoh
25
Bab 25 Melamar
26
Bab 26 Terasa Lama
27
Bab 27 Pernikahan
28
Bab 28 Indahnya Berkeluarga
29
Bab 29 Tahun-tahun Berlalu
30
Bab 30 Tak Kunjung Hamil
31
Bab 31 Gagal
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Tidak Tega
34
Bab 34 Rumah Baru
35
Bab 35 Kedekatan
36
Bab 36 Liburan
37
Bab 37 Ayah Sakit
38
Bab 38 Satu Garis Lagi
39
Bab 39 Nona Sonya
40
Bab 40 Terungkap
41
Bab 41 Perubahan
42
Bab 42 Godaan
43
Bab 43 Anting Baru
44
Bab 44 Sabtu pun Lembur
45
Bab 45 Bertengkar
46
Bab 46 Undangan
47
Bab 47 Jodoh
48
Bab 48 Datang bulan
49
Bab 49 Pernikahan part Jeny
50
Bab 50 Sakit part Ibu
51
Bab 51 Dirumahkan
52
Bab 52 Terharu
53
Bab 53 Ke Kampung
54
Bab 54 Kembali ke Kota
55
Bab 55 Penantian (Hamil)
56
Bab 56 Pilih Kasih
57
Bab 57 Khawatir
58
Bab 58 Canggung
59
Bab 59 Bimbang
60
Bab 60 Takut
61
Bab 61 Peringatan
62
Bab 62 Rencana Kerja Sama
63
Bab 63 Persiapan Outbond
64
Bab 64 Outbond
65
Bab 65 Party
66
Bab 66 Pecah Seribu
67
Bab 67 Ada Apa dengan Ayah?
68
Bab 68 Beban
69
Bab 69 Keren
70
Bab 70 Pinta Ibu
71
Bab 71 Resah
72
Bab 72 Menemani Ibu
73
Bab 73 Pergi Selamanya
74
Bab 74 Saling menyayangi
75
Bab 75 Keguguran
76
Bab 76 Senyum Kembali
77
Bab 77 Kepergian Tanpa Kabar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!