Sekitar jam delapan pagi, Putra sudah tampak rapi dengan pakaiannya. Menyisir rambut kesebelah kiri menambah ketampanan laki-laki itu. Tak lupa dia menyemprotkan wewangian pada tubuhnya biar harum.
Sedangkan Cici, ia malah asik-asik menaikan ponsel di atas ranjang dan masih menggunakan baju tidur yang semalam dia pakai. Seakan-akan hari ini dia tidak akan pergi kemana-mana. Cici membiarkan suaminya yang sudah terlihat Tapi, karena tadi dia sempat melihat suaminya melalui ekor matanya.
"Heii, kamu kok ngak siap-siap sih?" tanya Putra mengagetkan istrinya yang masih asik dengan benda pipih ditangannya.
"Emang kita mau kemana Pak?" tanya Cici menatap bingung suaminya. Padahal dia tidak tau jika hari ini ada acara apa. Lagian juga tidak ada yang memberitahu dirinya.
Putra menepuk jidatnya karena, ia lupa memberitahu tau Cici bahwa mereka hari ini akan berangkat ke Jepang.
"Oh ya aku lupa, kita sekarang akan pergi ke Jepang. Karena, semalam Papa bilang sama saya," balas Putra.
"Apa? Kok cepat amat sih Pak?" protes Cici.
"Kalau kamu mau protes, ya protes saja pada Papa. Jangan sama saya!" balasnya tidak suka dengan ucapan istrinya. Seakan-akan istrinya itu tidak senang dengan kepergian mereka hari ini. Lagian jika boleh jujur dia juga tidak mau. Badannya saja masih terasa lelah.
Tanpa harus menjawab ucapan dari Putra, Cici langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena ia tahu bahwa ia ngak akan bisa menolak ucapan mertuanya.
Sekitar lima belas menit, Cici keluar dari kamar mandi dan mengenakan handuk selutut.
Di dalam kamar Cici tak mendapati Putra dan ia langsung mengenakan baju yang sudah di letakkan Putra di atas ranjangnya. Sepertinya suaminya itu meruapakan suami idaman para kaum Hawa. Tapi ntah bagi Cici, karena bagi Cici sekarang putra biasa-biasa saja. Namun tidak tau untuk kedepannya.
Selesai memakai baju, Cici memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan sedikit lipstik pada bibirnya agar tidak terlihat pucat.
Tak lama setelah itu, Putra masuk ke dalam kamar dan Cici yang semula menghadap ke arah cermin sekarang menghadap ke arah suaminya.
"Sudah siap?" tanya putra sambil berkacak pinggang.
"Sudah kok Pak," jawab Cici dengan senyuman.
"Yaudah, sekarang kita turun!" ajak Putra dan dibalas anggukan kecil dari istrinya.
Mereka berdua keluar dari kamar. Menuruni anak tangga dengan pelan. Tidak terburu-buru seperti dikejar waktu. Sekarang mereka sudah sampai di bawah dan mereka sudah ditunggu oleh orang tua Cici maupun orang tua dari Putra.
"Sayang, nanti kalau sampai di sana jangan lupa kabari bunda ya?" ucap Mila kepada putri semata wayangnya. Dia sedih karena putrinya itu akan meninggalkannya selama seminggu kedepan. Meskipun putrinya tinggal bersama mertuanya, Mila masih bisa berkunjung, Namun jika untuk seminggu ke depan dia tidak akan bisa ketemu anaknya. Pasti dia akan sangat merindukan anak gadisnya itu.
"Iya Bun, pasti aku akan ngabarin Bunda," jawab Cici sambil memeluk Bundanya dengan erat.
Sekitar lima menit mereka berpelukan, akhirnya Mila melepaskan pelukannya. Mengusap denagn lembut wajah putrinya dengan penuh kasih sayang. Jangan lupakan tangannya juga mengusap lembut pipi putrinya. Terakhir Mila mengecup pipi putrinya dengan sayang.
"Sayang, beri Mama kabar gembira sekembali dari Jepang nanti ya, Nak?" ucap Nini dengan melemparkan senyuman kepada sang menantu. Sedangkan Cici tampak bingung dengan ucapan mertuanya. Apa maksudnya kabar gembira, apa membawakan oleh-oleh yang banyak. Itu pikir Cici. Ya mungkin saja ucapan Ibu mertuanya memang itu.
"Ihhh, Mama apa-apaan sih, lagian Cici masih sekolah." jawab Putra kesal.
"Hehehe, Mama becanda kok Sayang," balas Nini dan melihat ke arah menantunya yang tengah berdiri di depannya dengan wajah kebingungan dengan dahi sedikit berkerut.
"Yaudah, kami pergi dulu ya Ma, Pa, Bun,Yah?" pamit Putra dan Cici serempak kepada ke-dua keluarga mereka.
"Iya Sayang, jangan lupa pesanan Mama tadi ya?" ucap Nini dan seluruh keluarga tertawa mendengar ucapan dari Nini. Sedangkan putra mendengus mendengar ucapan Namanya.
Sekarang mereka sudah berangkat dari rumah, dan mereka akan menuju bandara. Diantar oleh taksi yang dipesan Nini.
Sekitar setengah jam, Putra dan Cici sudah sampai di bandara dan mereka langsung menaiki pesawat dengan menenteng koper mereka masing-masing.
Sekarang Cici sudah duduk di kursi paling depan. Sedangkan putra masih meletakkan kedua koper mereka di tempat yang telah di tentukan. Selanjutnya Putra duduk di samping istrinya yang tampak memejamkan matanya. Mungkin saja istrinya itu masih mengantuk. Sekitar sepuluh menit, pesawat yang mereka naiki akhirnya sudah mulai bergerak untuk melaju di atas awang-awang.
"Pak," panggil Cici kepada Putra yang sedang asik memejamkan matanya. Menikmati suasana di atas pesawat.
"Iya ada apa?" tanya Putra dan melirik ke arah Cici setelah membuka matanya dengan sempurna.
"Saya sangat takut Pak," ucap Cici dengan spontan memegang tangan suaminya dengan erat. Jangan lupakan wajahnya yang menyerah karena takut.
"Kamu jangan takut! Kan ada saya di samping kamu," balas Putra dengan senyuman. Mengusap tangan istrinya yang kini memegang tangannya.
"Ya, walaupun ada Bapak kalau takut mah akan tetap takut Pak," balas Cici dengan cemberut.
"Ihh, jangan cemberut segala ah, jelek tau kalau kamu cemberut. Lagian buat apa kamu takut, ada saya kok yang akan menjaga kamu," balas Putra dengan senyuman. Lagian putra tidak akan membiarkan istrinya merasakan ketakukan. Dia pasti bakal berusaha membuat sang istri merasa nyaman di dalam pesawat.
Cici tak menjawab ucapan dari Putra melainkan ia terus cemberut bahkan bibir Cici sudah sangat monyong ke depan. Meski rasa takut itu masih mendominasi dirinya.
"Heii, jangan monyong gitu. Liat tuh yang lain pada melihat ke melihat kamu," ucap Putra sambil memutar kepala Cici ke arah orang yang tengah melihat istrinya.
Cici yang melihat orang itumerasa malu lalu, ia menghadap ke arah luar jendela pesawat. Memenangkan dirinya agar tidak akan terjadi apa-apa seperti yang dia takuti.
***
Sekitar tujuh jam dua puluh menit akhirnya pesawat yang mereka naiki sudah landing di Bandara Haneda, Tokyo. Satu-satu penumpang yang berada di dalam pesawat sudah mulai turun tanpa berdesak-desakan.
Cici dan putra turun paling akhir disebabkan kedua koper mereka terhimpit oleh barang-barang penumpang yang lain.
"Pak, makasih ya udah bantu aku buat ngak ngerasa takut di dalam pesawat tadi." ujar Cici kepada suaminya.
" Iya sama-sama, itu juga udah kewajiban saya," balas Putra yang juga menatap wajah istrinya yang sudah tampak mendingan. Tidak ada lagi rasa takut seperti tadi.
Selanjut mereka keluar dari bandara tersebut untuk mencari taksi yang akan membawa mereka ke sebuah hotel yang ada di Jepang.
***
Di dalam kamar, Putra langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Cici memilih ke balkon kamar hotel dan melihat keindahan negara yang penuh dengan bunga sakura.
"Wahhhh, indah banget disini, aku mau disini aja ahh," ucap Cici sambil merentangkan tangannya. Sejuknya angin menerpa wajah Cici, bahkan bunga-bunga sakura yang tampak masih mekar membaut mata Cici berbinar. Ingin sekali dia berteduh dibawah pohon sakura tersebut, namun rasa lelahnya membuat rasa itu sirna seketika. Mungkin saja besok-besok dia bisa kesana bersama suaminya.
Cici sangat bahagia saat memandang betapa indahnya negara Jepang ini, sampai-sampai ia memejamkan netranya berkali-kali.
Tak lama setelah itu, Putra sudah berada di belakang Cici dan membuat Cici terkejut dengan kehadiran suaminya.
"Ehh, Bapak sejak kapan disini?" tanya Cici dengan kaget.
"Barusan, nah sekarang pergi mandi gih," suruh Putra pada Cici dan di balas anggukkan oleh istrinya.
Cici langsung meninggalkan putra dan melangkah menuju kamar mandi. Sebelum itu Cici terlebih dahulu mengambil handuk di dalam kopernya.
Sepuluh menit berlalu, Cici keluar dari kamar mandi dan ia meletakkan handuk tersebut di tempat gantungan kain yang sudah tersedia di sana. Setelah itu Cici memoles wajahnya seperti biasa dia lalukan.
***
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan saat ini Cici sudah merasa sangat lapar.
"Pak," panggil Cici pada Putra yang sedang asik memainkan ponselnya.
"Iya? Ada apa?" tanya Putra dan melirik ke arah Cici.
"Saya lapar Pak, makan yuk?" ajak Cici pada Putra.
"Yaudah, kita makan di luar saja ya?" tawar Putra dan di angguki oleh Cici.
Mereka keluar bersamaan dari dalam kamar hotel untuk menuju restauran yang berada agak jauh dari hotel.
Sampai di restoran, Putra dan Cici duduk di bagian paling pojok karena, di sana mereka dapat menikmati keindahan malam di Jepang. Dan tak lupa mereka juga memesan makan malam.
Tak berselang lama, makanan yang mereka pesanpun datang. Dan mereka menikmati makan malam saat ini.
"Aaaaaa, buka mulut kamu Ci," ucap Putra yang menyodorkan sesendok makanan kemulut Cici.
"Lah, kok Bapak nyuapin aku sih? Kan aku juga makan makanan yang sama seperti yang Bapak makan?" ucap Cici dengan polos. Ya selama ini Cici memang tidak pernah berpacaran dan begitu pun dengan Putra. Tetapi Putra bisa menciptakan adegan yang romantis karena ia sering nonton romantis.
"Ihhh, kan saya mau bikin suasana romantis sama kamu," balas Putra dan tetap menyodorkan makanan tersebut ke mulut Cici.
Tanpa berfikir panjang, Cici langsung membuka mulutnya dan menerima suapan dari Putra.
"Uhhhh, kamu gemes banget deh kalau di suapin kek gini," ucap Putra sambil mencubit pipi Cici dengan kedua tangannya.
"Ihhh Pak, sakit tau," protes Cici dengan kesal.
"Hehe, maaf ya," ucap Putra sambil cengigiran dan dibalas manyunan dari istrinya. Istrinya itu memang bukan memanyunkan bibirnya jika dia merasa kesal, marah atau semacamnya. Mungkin memang sudah menjadi kebiasaan gadisnya itu.
Selesai makan malam, Putra mengajak Cici jalan-jalan di sekitar hotel dan mereka pergi ke sebuah taman yang sangat indah di samping hotel tersebut.
Di taman Putra dan Cici duduk di tengah-tengah karena, semua tempat duduk yang ada di sana sudah di isi oleh para pengunjung. Dan yang ada di sana bukan hanya pasangan suami istri saja tetapi juga ada yang menjalin hubungan asmara.
"Pak, aku mau beli es krim itu?" ucap Cici sambil menunjuk sinpenjual yang berada tak jauh dari taman.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
mereka masih kaku memanggil satu sama lain
2022-09-08
1
Rhiedha Nasrowi
panggilan nya dirubah dung biar makin oke😁😁🙏
2022-08-29
1
Maulana ya_Rohman
kata. SAYA dan BAPAK gak bisa di ubah ya thor🤔🤔🤔
kalimatnya terasa kaku gitu😌....
yang penting jangan panggil bpk dan KAKAK.... 😊
2022-08-08
1