Sekarang wajah mereka sudah sangat dekat dan bahkan deru nafas keduanya pun sudah sangat terasa. Cici semakin takut dengan apa yang dilakukan Putra saat ini. Dia berfikir apakah Putra akan menghempaskan kepalanya pada tembok di belakangnya. Atau bahkan lebih. Sungguh dia sangat takut untuk saat ini.
Setelah itu Putra...
Tok... Tok... Tok...
Pintu kamar mereka di ketuk seseorang dari luar. Cici merasa lega, akhirnya dia selamat dan tidak terperangkap dengan putra seperti saat ini. Sungguh jantungnya serasa mau copot jika berhadapan seperti ini dengan suaminya. Suami yang belum ada sedikitpun rasa cinta dalam dirinya lantaran karena perjodohan konyol tersebut.
Cici langsung berjalan dengan cepat menuju pintu masuk, karena ketukan pada pintu kamar itu terus saja berbunyi.
"Mama, ada apa Ma?" tanya Cici setelah membukakan pintu bamar dan tersenyum manis kepada wanita yang kini menjadi mertuanya.
Nini memperhatikan wajah menantunya yang tampak memerah. "Kenapa wajah kamu merah begitu Sayang? apa terjadi sesuatu sama kamu? atau kamu lagi sakit Sayang?" tanya Nini tanpa menyelesaikan jawaban dari pertanyaan pertama.
"Nggak kok Ma, aku baik-baik saja." balas Cici dengan masih menampilkan senyum manis khas dirinya.
"Yaudah, yuk kita ke bawah. Mama ada sesuatu buat kamu," ajak Nini dengan senyuman. Menarik tangan menantunya dengan lembut untuk dibawa ke bawah. Karena ada sesuatu yang akan dia berikan kepada menantunya itu.
"Iya Ma, oh ya emang apa Ma. Apa begitu penting?" tanya Cici dengan penasaran. Gadis cantik itu tampak mengerutkan keningnya, lantaran sangat penasaran dengan apa yang akan di tunjukkan sang ibu mertua.
"Ya turun dulu ke bawah. Nanti kamu akan tau Sayang," jawab Nini yang tak mau memberitahu kepada menantunya apa yang akan dia berikan.
Sekarang, Nini dan Cici sudah berjalan ke bawah melalui anak tangga Karena, kamar Cici berada di lantai dua. Tak lama setelah itu, mereka sampai di ruang tamu. Dan Nini menyuruh Cici untuk duduk di sampingnya.
"Sayang ini hadiahnya," ujar Nini menyodorkan dua buah tiket kepada Cici, dan Cici langsung menerima kedua tiket tersebut dengan tanda tanya yang begitu besar di otaknya.
"Tiket buat apa Ma?" tanya Cici kepada Nini dengan sedikit bingung.
"Tiket buat kamu dan putra. Karena, kalian akan bulan madu ke Jepang. Dan Mama juga sudah meminta izin kepada pihak sekolah jika kamu akan libur selama satu minggu.
Sedangkan di dalam kamar, Putra hanya berputar-putar tak menentu karena, istrinya sampai sekarang belum juga kembali. Padahal sudah lebih dari sepuluh menit. Apa ada hal yang penting sehingga Mamanya itu membawa istrinya selama ini. Putra kesal, iya dia sangat kesal karena tidak jadi menjahili istrinya karena ulah sang mama.
Dirasa tak ada lagi yang akan dibicarakan ibu mertuanya, Cici memilih meminta izin untuk kembali ke kamar menemui sang suami.
"Ma, aku ke kamar dulu ya?" pamit Cici dengan lembut dan di balas anggukan oleh Nini.
Cici melangkah cepat dengan manaiki tangga agar lekas sampis dikamarnya serta kamar suaminya.
Klek
Cici membuka pintu kamar dengan pelan. Matanya menangkap Putra yang tengah mondar-mandir seperti ada sesuatu yang akan dia tunggu. Bahkan lebih jelas seperti seorang suami yang menunggu istrinya yang tengah melahirkan sang buah hati.
"Pak?" panggil Cici kepada Putra.
Laki-laki itu langsung menghentikan kakinya yang tak berhenti bergerak seperti cacing kepanasan. Lalu kaki panjang itu melangkah mendekati sang istri. Sedangkan cici yang melihat sang suami melangkah ke arahnya otomatis mundur ke belakang. Tapi tubuh gadis itu mentok pada tembok dan tak bisa lagi berlari ke arah lain.
"Bapak mau ngapain?" tanya Cici dengan gugup. Dia takut jika putra melakukan sesuatu pada dirinya.
"Kamu sudah membuat badan saya menjadi sakit karena, kamu menutup pintu terlalu keras. Membuat saya terjatuh karena kaget. Dan kamu sekarang harus bertanggung jawab!" ujar Putra yang terus maju dan akhirnya jarak mereka sudah sangat dekat. Bahkan deru nafas keduanya kembali terasa di wajah mereka masing-masing.
Putra yang hendak mengangkat tangannya untuk mengambil kedua tangan Cici untuk dia pegang agar tak bisa bergerak leluasa, namun tangan gadis itu terangkat lebih dulu darinya. Memperlihatkan dua buah tiket kepada putra.
Putra kembali menurunkan kedua tangannya, lantaran matanya menangkap dua buah ***** ditangan sang istri.
"Tiket buat apa?" tanya Putra bingung. Padahal tadi saat keluar dari kamar, perasaan istrinya itu tidak membawa apa-apa. Namun sekarang istrinya tengah memegang tiket dan memperlihatkan kepada dirinya. Putra merasa bingung sekaligus penasaran dengan hal itu.
"Ini Mama yang ngasih di bawah tadi." jawab Cici merasa lega, karena Putra melangkah sedikit kebelakang dari dirinya. Jadi jarak mereka tidak lagi sedekat tadi.
"Emang untuk apa?" tanya Putra dengan bingung.
"Kata Mama, kita akan pergi bulan madu ke Jepang." balas Cici sambil menatap wajah tampan suaminya. Ya suaminya itu sangat tampan, Bahkan banyak temannya disekolah yang mengidolakan suaminya itu. Kata mereka suaminya itu persis seperti opo-opo gitu. Tapi bagi Cici biasa saja. Karena pendapat setiap orang pasti berbeda-beda.
Putra hanya menganggukkan kepalanya dan keluar dari kamar menuju ke lantai bawah untuk menemui Mamanya. Bahkan Cici dibuat bengong dengan tingkat suaminya yang dirasa berubah dalam seketika. Tak apa, lagian Cici juga malas di desak seperti tadi. Apalagi jantungnya serasa mau copot karena tingkah Putra.
Putra melewati banyak anak tangga dan akhirnya ia sudah sampai di ruang tamu dan duduk di hadapan Mama dan Papanya yang tengah menonton televisi.
"Ma, Pa, aku mau ngomong sesuatu?" ucap Putra kepada kedua orang tuanya, yang langsung menatap ke arah putra semata wayang mereka.
"Iya Sayang, kamu mau ngomong apa?" tanya Nini.
"Tadi Mama ngasih kepada istriku dua buah tiket untuk bulan madu. Nah yang aku mau ngomongin itu, gimana kalau bulan madunya di tunda dulu," Putra menatap lekat wajah suami istri yang merupakan orangtuanya. Berharap orang tuanya menyetujui pendapatnya.
"Ngak bisa!! kamu harus bulan madu. Dan Mama juga sudah minta izin kepada pihak sekolah, bahwa kamu akan izin selama satu minggu." jelas Nini panjang lebar tanpa mau mendengarkan ucapan anaknya. Karena dirasa ucapannya adalah perintah yang tidak bisa dilanggar.
"Tapi Ma--"
" Ngak ada tapi-tapian Putra, kamu akan berangkat besok karena, pesawat yang akan kamu naiki akan berangkat jam sembilan pagi." potong Farhan yang tidak mau mendengarkan alasan apapun yang keluar dari mulut putranya.
Putra hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menganggukkan kepalanya petanda ia menyetujui ucapan kedua orang tuanya. Lagian percuma saja jika dia terus menolak dengan cara apapun jika akhirnya keputusan orang-tuanya itu lebih utama tanpa bisa di ganggu gugat.
Putra kembali ke dalam kamar, dan ia mendapati Cici sudah tertidur pulas di atas ranjang king size miliknya.
Laki-laki itu melangkah menuju lemari dan langsung mengambil dua buah koper untuknya dan untuk sang istri yang kini tengah tertidur pulas tanpa tau jika suaminya sudah kembali ke dalam kamar. Putra masukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam koper miliknya dan yang terakhir dia memasukkan pakaian istrinya ke dalam koper milik istrinya itu.
Sekitar setengah jam putra membereskan semua keperluan mereka dan sekarang ia naik keatas ranjang dan ikut tidur bersama istrinya. Menatap sebentar wajah ayu sang istri dengan mulut sedikit terbuka. Tampak lucu bagi Putra. Putra sedikit terkekeh dengan cara tidur istrinya yang sangat lucu. Sebelum Putra tidur dengan sempurna laki-laki itu mendekat wajahnya pada sang istri, hendak memberikan ciuman selamat malam. Namun hal itu tidak terjadi lantaran Cici berbalik memunggungi suaminya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
yah gagal deh😘😘😘😘
2022-09-08
1
Maulana ya_Rohman
gagal dong ngasih kecupan🤦
2022-08-08
4